CANDI BOROBUDUR (NF 13)
MAKALAH CANDI BOROBUDUR
Kami mengucapkan puji
syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan hidayahnya kepada kita semua, sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas Bahasa Indonesia mengenai hasil study tour
kami yang berjudul “Candi Borobudur”.
Orang tua kami yang
telah memberikan dukungannya, sehingga kami dapat mengikuti kegiatan study tour
ke jogjakarta, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya.
Kami menyadari bahwa
laporan ini jauh dari kata sempurna, oleh karenaitu kritik dan saran yang
sifatnya membangun akan kami terima dengan senang hati.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTARDAFTAR ISI
BAB
I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
1.2 Tujuan
BAB
II ISI
2.1
pengertian Candi Borobudur
2.2
maksud dan tujuan dibangunnya Candi Borobudur
2.3 Sejarah Candi
Borobudur
2.4
Letak Candi Borobudur
2.5
Fasilitas Candi Borobudur
2.6
Faktor – faktor yang mempengaruhi kerusakkan pada Candi Borobudur
2.7
Cara Merawat Dan Melestarikan Candi Borobudur
2.8
Pengelola Candi Borobudur
2.9
Penyesuaian Tiket
BAB
3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Candi Borobudur
merupakan salah satu aset budaya Indonesia. Candi Borobudur juga
merupakan salah satu dari 7 keajaiban dunia. pertama diperkenalkan kepada
anak-anak, dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Sekolah Dasar
(SD) sebagai bangunan peninggalan kerajaan Buddha di Indonesia. Pengetahuan
yang diberikan sebatas pada tahun pembangunan, raja yang memimpin dan
membangun, serta nama tingkatan pada candi. Candi Borobudur, sampai
saat ini menjadi pusat perhatian masyarakat dunia, baik dari segi
kepariwisataan, arkeologi dan pengetahuan. Selain Candi Borobudur, disini juga
terdapat dua Candi lainnya, yaitu Candi Mendut dan Candi Pawon sebagai Tri
Tunggal Candi.
Candi Borobudur dipercaya
sebagai perwujudan dari kitab suci yang berisi cerita-cerita tentang dewa,
kehidupan manusia, hewan, dan perwujudan ‘Boddhisatva’ yang diarahkan
sebagai monumen atas intisari kehidupan dari dasar hingga puncak bangunan.
Kemegahan Candi Borobudur menjadikannya salah satu tujuan wisata para turis
lokal maupun internasional sehingga menjadi aset kebanggaan Indonesia. Bersama
dengan situs manusia purba Sangiran dan Candi Prambanan, Candi Borobudur
menjadi situs warisan dunia UNESCO dari Indonesia yang dikategorikan
dalam World Heritage of Culture yang harus dilestarikan
Bagi para peziarah yang
ingin mencapai tingkat Bodhisatwa, terlebih dahulu datang ke Mendut untuk
menyampaikan penghormatan kepada Budha. Kemudian ke Candi Pawon yang
jaraknya kurang lebih 2km sebagai peristirahatan untuk mensucikan diri sebelum
menginjak Borobudur, untuk menyatakan sembahyang dan doa untuk mencapai tingkat
kebudhaan dan pembebasan mutlak dan abadi.
Tiga serangkai Candi
Mendut, Pawon dan Borobudur tersebut terbujur pada satu garis lurus, merupakan
kesatuan perlambang.
1.1 Latar
Belakang
Bangsa Indonesia dikaruniai tanah air yang
memiliki keindahan alam yang melimpah, dan mempunyai daya tarik yang sangat
mengagumkan. Hal ini perlu disyukuri oleh seluruh bangsa Indonesia. Kita
sebagai pelajar, diharapkan dapat memelihara dan melestarikannya. Untuk itu,
kita perlu belajar dengan baik, supaya dapat menjadikan bangsa Indonesia yang
dikagumi oleh bangsa lain.
Belajar tidak hanya dilakukan didalam ruangan
atau di dalam kelas. Belajar dapat dilakukan di berbagai tempat. Bisa di
sekolah, di rumah, dan di lingkungan masyarakat. Kegiatan belajar, akan lebih
bermakna apabila siswa/siswi terlibat secara langsung dalam pembelajaran. Salah
satu cara untuk meningkatkan kebermaknaan hasil belajar siswa, maka dapat
dilaksanakan dengan cara study tour. Sekolah kami, memilih study tour untuk
tahun ajaran 2014/2015 ke Yogyakarta.
1.2 Tujuan
Tujuan
study tour yang kami laksanakan, adalah sebagai berikut :
1.
Untuk menambah wawasan para siawa/siswi SMPN
2 CIAMIS bahwa di Negara Indonesia, tepatnya di Yogyakarta memiliki kekayaan
budaya yang sagat berharga. Diantaranya:
2.
Candi Borobudur, dan Candi Prambanan.
3. Untuk
menunjang pembelajaran di sekolah, terutama mengenai Sejarah.
4. Untuk
melatih siswa/siswi melakukan penelitian secara langsung mengenai objek - objek
yang tersebut.
5. Untuk
menambah pengalaman kepada siswa/siswi dalam mengenal Daerah Istimewa
Yogyakarta.
6. Untuk
mempererat tali persaudaraan antar siswa/siswi SMPN 2 Ciamis.
7. Melatih
siswa/siswi untuk menyesuaikan diri untuk disiplin waktu.
8. Supaya
siswa/siswi dapat berlatih membuat laporan berupa makalah sederhana sebagai
hasi dari kegiatan Study Tour
BAB II
ISI
2.1 Pengertian Candi
Borobudur
Candi Borobudur adalah
candi budha terbesar didunia. Candi ini merupakan salah satu keajaiban dunia
yang merupakan salah satu icon kebanggan Indonesia. Bangunan candi memiliki
wujud triangga yaitu kepala, badan dan kaki. Masing-masing
bagian ini memiliki arti secara simbolis yaitu :
1. Kepala
melambangkan alam atas, yang merupakan alam para dewa;
2. Badanmelambangkan
alam antara yang mempunyai makna sebagai tempat manusiayang telah meninggalkan
tempat suci; dan
3. Kaki
yang melambangkan alam bawah yaitu tempat manusia biasa.
Beberapa peninggalan bersejarah tersebut adalah
Candi Prambanan dari kerajaan Hindu dan Candi Borobudur dari kerajaan Buddha.
Kegunaan candi adalah sebagai tempat pemujaan dewa oleh agama Hindu atau Buddha
dan tempat disemayamkannya raja atau pemuka agama.
2.2 Maksud dan
Tujuan Dibangunnya Candi Borobudur
Menurut
catatan sejarah, candi dibangun untuk memuliakan orang yang sudah meninggal,
khususnya para raja dan keluarganya. Abu jenazah aja atau keluarganya itu
ditaruh didalam candi, lalu pada candi ditaruh arca yang menggambarkan almarhum
sebagai Dewa. Biasanya didepan arca itu orang, menaruh sesaji untuk memuliakan
almarhum. Namun kadang – kadang pembuatan candi itu untuk tempat pemujaan dewa
atau tempat beribadah candi yang digunakan tempat ibadah biasanya candi yang
bercorak agama Budha. Candi yang dibuat dari batu – batu yang dipahat. Batu –
batu yang telah dipahat itu disusun rapi, sehingga terbentuklah candi. Pada
dinding candi terdapat pahatan yang disebut relief pada candi yang memiliki
makna. Makna pada bangunan dan relief itu menunjukkan betapa tinggi peradapan
nenek moyang kita. Candi Borobudur adalah canti agama Budha, candi didirikan
pada tahun 824 M. pada masa pemerintahan raja Samaratungga dari Dinasti
Syailendra.
Kesimpulan tersebut di atas
itu ternyata sesuai benar dengan dengan kerangka sejarah Indonesia pada umumnya
dan juga sejarah yang berada di daerah Jawa Tengah pada khususnya periode
antara abad ke – 8 dan pertengahan abad ke – 9 di terkenal dengan abad Emas
Wangsa Syailendra kejayaan ini di tandai di bangunnya sejumlah besar candi yang
di lereng – lereng gunung kebanyakan berdiri khas bangunan hindu sedangkan yang
bertebaran di dataran – dataran adaaalah khas bangunan Budha tapi ada juga
sebagian khas Hindu. Dengan demikian dapat di tarik kesimpulan bahwa Candi Borobudur
di bangun oleh wangsa Syailendra yang terkenal dalam sejarah karena karena
usaha untuk menjungjung tinggi dan mengagungkan agama Budha Mahayana.
Banyak buku – buku sejarah
yang menuliskan tentang Candi Borobudur. Akan tetapi kapan Candi Borobudur itu
di dirikan tidaklah dapat di ketahui secara pasti namun suatu perkiraan dapat
di peroleh dengan tulisan singkat yang di pahatkan di atas pigura relief kaki
asli Candi Borobudur ( Karwa Wibhangga ) menunjukan huruf sejenis dengan yang
di dapatkan dari prasati di akhir abad ke – 8 sampai awal abad ke – 9 dari
bukti – bukti tersebut dapat di tarik kesimpulan bahwa Candi Borobudur di
dirikan kurang lebih sekitar tahun 800 M.
2.3 Sejarah Candi
Borobudur
Candi Borobudur dibangun
sekitar tahun 800 sebelum masehi atau abad ke 9 . Borobudur dibangun oleh
pengikut Buddha Mahayana pada masa pemerintahan Dinasti Dinasti. Candi ini
dibangun pada masa kejayaan dinasti dinasti. Pendiri Candi Borobudur, Raja
Samaratungga dari atau dinasti dinasti dinasti. Kemungkinan candi ini dibangun
sekitar 824 AD dan selesai sekitar 900 Masehi pada masa pemerintahan Ratu
Pramudawardhani putri Samaratungga. Sementara arsitek yang membantu membangun
candi ini untuk cerita turun-temurun bernama Gunadharma.
Beberapa Penafsiran Nama Borobudur
Dari beberapa literarur yang ada, dapat
disebutkan berbagai pendapat yang berbeda dari para ahli, antara lain:
a) Kitab
negara kertagema
Naskah dari tahun 1365 M
yaitu kitab Negara Kertagama karangan Mpu Prapanca, menyebutkan kata “Budur”
untuk sebuah bangunan Agama Budha dari aliran Wajradha. Kemungkinan yang ada
nama “Budur” tersebut tidak lain adalah Candi Borobudur. Karena
tidak ada keterangan lain kiranya tak dapat diambilsuatu kesimpulan.
b) Sir
Thomas Stamford Raffles
Penafsiran tentang
Borobudur juga telah dilakukan oleh Raffles berdasarkan keterangan dari
masyarakat luas yang menafsirkan bahwa:
Ø Budur
merupakan bentuk lain dari “Budo” yang dalam bahasa Jawa berarti Kuno.Tetapi
bila dikaitkan dengan Borobudur berarti “Boro jaman Kuno” jelas tidak
mengandung suatu pengertian yang dapat dikaitkan dengan Candi
Borobudur.Budha.Dengan demikian Borobudur berarti Sang Budha yang Agung.
Ø Namun kerana
“Bhara” dalam bahasa Jawa Kuno dapat diartikan banyak,maka Borobudur dapat juga
berarti “Budha yang Banyak”.
Ø Jika dikaji
secara teliti,maka keterangan yang dikemukakan oleh Raffles memang tidak ada
yang memuaskan.”Boro jaman Kuno” kurang mengena. ”Sang Budha yang Agung” maupun
“Budha yang banyak”.Kurang mencapai sasaran.Perubahan kata “Budha menjadi
Budur” misalnya perubahan demikian tidak dapat diterangkan dari segi ilmu
bahasa,karena sukar dapat diterima.(Soekmono, 1981)
c) Poerbatjaraka
Menurut Beliau “Boro”
berarti “Biara” dengan demikian Borobudur berati “Biara Budur”.Penafsiran ini
memang sangat menarik karena mendekati kebenaran berdasarkan bukti-bukti yang
ada.
Penyelidikan dan penggalian yang dilakukan
tahun 1952 di halaman sebelah barat laut bangunan Candi Borobudur telah
berhasil menemukan fondasi batu-batu dan genta perunggu berukuran
besar.Penemuan fondasi batu-batu dan genta ini memperkuat dugaan yaitu
merupakan sisa-sisa dari sebuah biara.
Selanjutnya jika
dihubungkan dengan Kitab Negara Kertagama mengenai “Budur” maka besar
kemungkinan penafsiran Poerbatjaraka adalah benar dan tepat.Namun demikian
masih merupakan suatu pertanyaan mengapa Biara dalam hal ini penamaan
menggantikan Candinya,padahal Candi jauh lebih penting dari biaranya.
d) De Casparis
De Casparis menemukan kata
majemuk dalam sebuah prasasti yang kemungkinan merupakan asal kata
Borobudur.Dalam prasasti SRI KAHULUNAN YANG BERANGKA 842
Masehi dijumpai kata “Bhumi Sambhara Budhara” yaitu suatu sebutan untuk
bangunan suci pemujaan nenek moyang atau disebut kuil.
Penelitian yang mendalam
tentang keagamaan yang terungkap dalam prasasti dan rekonstruksi yang teliti
terhadap geografi daerah yang terjadinya peristiwa sejarah bertalian dengan
prasasti tersebut,maka De Casparis itu menyimpulkan bahwa Bhumi Sambhara
Budhara tidak lain adalah Borobudur.(Soekmono,1981)
e) Drs.
Soediman
Didalam bukunya “Borobudur
salah satu keajaiban Dunia”, menyebutkan bahwa arti nama Borobudur sampai
sekarang masih belum jelas.Dijelaskan pula bahwa Borobudur berasal dari dua
kata yaitu “Bara” dan “Budur”. Bara berasal dari bahasa sansekerta “Vihara”yang
berarti kompleks Candi dan “Bihara”yang berati asrama.”Budur” dalam bahasa
Bali Beduhur yang artinya diatas. Jadi nama Borobudur berarti asrama
atau Vihara dan kelompok Candi yang terletak diatas tanah yang tinggi atau
bukit.
Penemuan Kembali
Borobudur yang menjadi
keajaiban dunia menjulang tinggidi antara dataran rendah yang ada di daerah
sekelilingnya. Tidak akan pernah mamasuk akal mereka melihat karya seni
terbesar yang merupakan hasil karya sangat mengagumkan dan tidak lebih masuk
akal lagi bila di katakan Candi Borobudur pernah mengalami kerusakan.
Memang demikian keadaannya
Candi Borobudur terlupakan selama tenggang waktu yang cukup lama bahkan sampai
berabad – abad bangunan yang begitu megahnya di hadapkan pada proses
kehancuran. Kira – kira hanya 150 tahun Candi Borobudur di gunakan sebagai
pusat Ziarah, waktu yang singkat di bandingkan dengan usianya ketika pekerja
menghiasi atau membangun bukit alam Candi Borobudur dengan batu – batu di bawah
pemerintahan yang sangat terkenal yaitu SAMARATUNGGA, sekitar tahun 800 – an
dengan berakhirnya kerajaan Mataram tahu 930 M pusat kehidupan dan kebudayaan
jawa bergeser ke Timur. Demikian karena terbengkalai tak terurus maka lama –
lama di sana – sini tumbuh macam – macam tumbuhan liar yang lama kelamaan
menjadi rimbun dan menutupi bangunannya. Pada kira – kira abad ke – 10 Candi
Borobudur terbengkalai dan terlupakan. Baru pada tahun 1814 M berkat usaha Sir
Thomas Stamford Rafles Candi Borobudur muncul dari kegelapan masa silam. Rafles
adalah Letnan Gubernur Jendral Inggris, ketika Indonesia di kuasai / di jajah
Inggris pada tahun 1811 M – 1816 M. Pada tahun 1835 M seluruh candi di bebaskan
dari apa yang menjadi penghalang pemandangan oleh Presiden kedua yang bernama
Hartman, karen begitu tertariknya terhadap Candi Borobudur sehingga ia
mengusahakan pembersihan lebih lanjut, puing –puing yang masih menutupi candi
di sigkirkan dan tanah yang menutupi lorong – lorong dari bangunan candi di
singkirkan semua shingga candi lebih baik di bandingkan sebelumnya.
A. Penyelamatan
I
Semenjak Candi Borobudur di
temukan dimulailah usaha perbaikan dan pemugaran kembali bangunan Candi
Borobudur mula – mula hanya dilakukan secara kecil – kecilan serta pembuatan
gambar – gambar dan photo – photo reliefnya. Pemugaran Candi Borobudur yang
pertam kali di adakan pada tahun 1907 M – 1911 M di bawah pimpinan Th Van erf
dengan maksudnya adalah untuk menghindari kerusakan – kerusakan yang lebih
besar lagi dari bangunan Candi Borobudur walaupun banyak bagian tembok atau
dinding – dinding terutam tingkat tiga dari bawah sebelah Barat Laut, Utara dan
Timur Laut yang masih tampak miring dan sangat mengkhawatirkan bagi para
pengunjungmaupun bangunannya sendiri namun pekerjaan Van Erp tersebut untuk
sementara Candi Borobudur dapat dsi selamatkan dari kerusakan yang lebih besar.
Mengenai gapura – gapura hanya beberapa saja yang telah di kerjakan masa itu
telah mengembalikan kejayaan masa silam, namun juga perlu di sadari bahwa tahun
– tahun yang di lalui borobudur selama tersembunyi di semak – semak secara
tidak langsung telah menutupi adan melindungi dari cuaca buruk yang mungkin
dapat merusak bangunan Candi Borobudur, Van Erp berpendapat miring dan
meleseknya dinding – dinding dari bangunan itu tidak sangat membahayakan
bangunan itu, Pendapat itu sampai 50 tahun kemudian memang tidak salah akan
tetapi sejak tahun 1960 M pendapat Tn Vanerf itu mulai di ragukan dan di
khawatirkan akan ada kerusakan yang lebih parah.
B. Pemugaran
Candi Borobudur
Pemugaran Candi Borobudur
di mulai tanggal 10 Agustus 1973 prasati dimulainya pekerjaan pemugaran Candi
Borobudur terletak di sebelah Barat Laut Menghadap ke timur karyawan pemugaran
tidak kurang dari 600 orang diantaranya ada tenaga – tenaga muda lulusan SMA
dan SIM bangunan yang memang diberikan pendidikan khususnya mengenai teori dan
praktek dalam bidang Chemika Arkeologi ( CA ) dan Teknologi Arkeologi ( TA ).
Teknologi Arkeologi bertugas membongkar dan memasang batu - batu Candi
Borobudur sedangkan Chemika Arkeologi bertugas membersihkan serta memperbaiki
batu – batu yang sudah retak dan pecah, pekerjaan – pekerjan di atas bersifat
arkeologi semua di tangani oleh badan pemugaran Candi Borobudur, sedangkan
pekerjaan yang bersifat teknis seperti penyediaan transportasi pengadaaan bahan
– bahan bangunan di tangani oleh kontraktor (PT NIDYA KARYA dan THE CONTRUCTION
AND DEVELOPMENT CORPORATION OF THE FILIPINE). Bagian – bagian Candi Borobudur
yang di pugar ialah bagian Rupadhatu yaitu tempat tingkat dari bawah yang berbentuk
bujur sangkar sedangkan kaki Candi Borobudur serta teras I, II, III dan stupa
induk ikut di pugar pemugaran selesai pada tanggal 23 Februari 1983 M di bawah
pimpinan DR Soekmono dengan di tandai sebuah batu prasati seberat + 20
Ton. Prasasti peresmian selesainya pemugaran berada di halaman barat
dengan batu yang sangat besar di buatkan dengan dua bagian satu menghadap ke
utara satu lagi menghadap ke timur penulisan dalam prasasti tersebut di tangani
langsung oleh tenaga yang ahli dan terampil dari Yogyakarta yang bekerja pada
proyek pemugaran Candi Borobudur.
Bangunan Candi Borobudur
a. Uraian Banguan Candi
Borobudur
Candi Borobudur di bangun
mengunakan batu Adhesit sebanyak 55.000 M3 bangunan Candi Borobudur berbentuk
limas yang berundak – undak dengan tangga naik pada ke – 4 sisinya ( Utara,
selatan, Timur Dan Barat ) pada Candi Borobudur tidak ada ruangan di mana orang
tak bisa masuk melainkan bisa naik ke atas saja.
Lebar bangunan Candi
Borobudur 123 M. Panjang bangunan Candi Borobudur 123 M. Pada sudut yang
membelok 113 M. Dan tinggi bangunan Candi Borobudur 30.5 M. Pada kaki yang asli
di di tutup oleh batu Adhesit sebanyak 12.750 M3 sebagai selasar
undaknya. Candi Borobudur merupakan tiruan dari kehidupan pada alam
semesta yang terbagi ke dalam tiga bagian besar di antaranya:
1. Kamadhatu:
Sama dengan alam bawah atau dunia hasrat dalam dunia ini manusia terikat pada
hasrat bahkan di kusai oleh hasrat kemauan dan hawa nafsu, Relief – relief ini
terdapat pada bagian kaki candi asli yang menggambarkan adegan – adegan
Karmawibangga ialah yang melukiskan hukum sebab akibat.
2. Rupadhatu:
Sama dengan alam semesta antara dunia rupa dalam hal manusia telah meninggalkan
segala urusan keduniawian dan meninggalkan hasrat dan kemauan bagian ini
terdapat pada lorong satu sampai lorong empat.
3. Arupadhatu:
Sama dengan alam atas atau dunia tanpa rupa yaitu tempat para dewa bagian ini
terdapat pada teras bundar ingkat I, II, dan III beserta Stupa Induk.
b. Patung
Di dalam bangunan Budha terdapat patung – patung Budha berjumlah 504 buah
diantaranya sebagai berikut:
Patung Budha yang terdapat pada relung –
relung : 432 Buah Sedangkan pada teras – teras I, II, III berjumlah : 72 Buah.
Jumlah : 504 Buah
Agar lebih jelas susunan –
susunan patung Budha pada Budha sebagai berikut:
i. Langkah
I Teradapat : 104 Patung Budha
ii. Langkah
II Terdapat : 104 Patung Budha
iii. Langkah
III Terdapat : 88 Patung Budha
iv. Langkah
IV Terdapat : 22 Patung Budha
v. Langkah
V Terdapat : 64 Patung Budha
vi. Teras
Bundar I Terdapat : 32 Patung Budha
vii. Teras
Bundar II Terdapat : 24 Patung Budha
viii. Teras
Bundar III Terdapat : 16 Patung Budha
Jumlah : 504 Patung Budha
Sekilas patung Budha itu
tampak serupa semuanya namun sesunguhnya ada juga perbedaannya perbedaan yang
sangat jelas dan juga yang membedakan satu sama lainya adalah dalam sikap
tangannyayang di sebut Mudra dan merupakan ciri khas untuk setiap patung sikap
tangan patung Budha di Candi Borobudur ada 6 macam hanya saja karena macam oleh
karena macam mudra yang di miliki menghadap semua arah (Timur Selatan Barat dan
Utara) pada bagian rupadhatu langkah V maupun pada bagian arupadhatu pada
umumnya menggambarkan maksud yang sama maka jumlah mudra yang pokok ada 5
kelima mudra it adalah Bhumispara – Mudra Wara – Mudra, Dhayana – Mudra, Abhaya
– Mudra, Dharma Cakra – Mudra.
c. Patung
Singa
Pada Candi Borobudur selain
patung Budha juga terdapat patung singa jumlah patung singa seharusnya tidak
kurang dari 32 buah akan tetapi bila di hitung sekarang jumlahnya berkurang
karena berbagai sebab satu satunya patung singa besar berada pada halaman sisi
Barat yang juga menghadap ke barat seolah – olah sedang menjaga bangunan Candi
Borobudur yang megah dan anggun.
d. Stupa
· Stupa
Induk
Berukuran lebih besar dari
stupa – stupa lainya dan terletak di tengah – tengah paling atas yang merupakan
mhkota dari seluruh monumen bangunan Candi Borobudur, garis tengah Stupa induk
+ 9.90 M puncak yang tertinggi di sebut pinakel / Yasti Cikkara, terletak di
atas Padmaganda dan juga terletak di garis Harmika.
· Stupa
Berlubang / Terawang
Yang dimaksud stupa
berlubang atau terawang ialah Stupa yang terdapat pada teras I, II, III di mana
di dalamnya terdapat patung Budha. Di Candi Borobudur jumlah stupa berlubang
seluruhnya 72 Buah, stupa – stupa tersebut berada pada tingkat Arupadhatu:
Teras I terdapat 32 Stupa
Teras II terdapat 24 Stupa
Teras III terdapat 16 Stupa
Jumlah 72 Stupa
· Stupa
kecil
Stupa kecil berbentuk hampir sama dengan stupa
yang lainya hanya saja perbedaannya yang menojol adalah ukurannya yang lebih
kecil dari stupa yang lainya, seolah – olah menjadi hiasan bangunan Candi
Borobudur keberadaanstupa ini menempati relung – relung pada langkah ke II
saampai langkah ke V sedangkan pada langkah I berupa Keben dan sebagian berupa
Stupa kecil jumlah stupa kecil ada 1472 Buah.
e. Relief
Bagan Relief |
|||
Tingkat |
Posisi/letak |
Cerita Relief |
Jumlah Pigura |
Kaki candi asli |
----- |
Karmawibhangga |
160 |
Tingkat I |
dinding |
a. Lalitawistara |
120 |
b. jataka/awadana |
120 |
||
langkan |
a. jataka/awadana |
372 |
|
b. jataka/awadana |
128 |
||
Tingkat II |
dinding |
Gandawyuha |
128 |
langkan |
jataka/awadana |
100 |
|
Tingkat III |
dinding |
Gandawyuha |
88 |
langkan |
Gandawyuha |
88 |
|
Tingkat IV |
dinding |
Gandawyuha |
84 |
langkan |
Gandawyuha |
72 |
|
Jumlah |
1460 |
Ø Relief
Karmawibhangga bagian yang terlihat sekarang ini tidaklah sebagaimana
bangunan aslinya karena alasan teknis maupun yang lainya maka candi di buatkan
batu tambahan sebagai penutup. Sesuai dengan makna simbolis pada kaki candi,
relief yang menghiasi dinding batu yang terselubung tersebut menggambarkan
hukum karma. Karmawibhangga adalah naskah yang menggambarkan ajaran mengenai
karma, yakni sebab-akibat perbuatan baik dan jahat. Deretan relief tersebut
bukan merupakan cerita seri (serial), tetapi pada setiap pigura menggambarkan
suatu cerita yang mempunyai hubungan sebab akibat. Relief tersebut tidak saja
memberi gambaran terhadap perbuatan tercela manusia disertai dengan hukuman
yang akan diperolehnya, tetapi juga perbuatan baik manusia dan pahala. Secara keseluruhan merupakan penggambaran
kehidupan manusia dalam lingkaran lahir - hidup - mati (samsara)
yang tidak pernah berakhir, dan oleh agama Buddha rantai tersebutlah yang akan
diakhiri untuk menuju kesempurnaan. Kini hanya bagian tenggara yang terbuka dan
dapat dilihat oleh pengujung.
Relief Karmawibhanga yang terdapat pada
bagian Kamadhatu berjumlah 160 buah pigura yang secara jelas menggambarkan tentang
hawa nafsu dan kenikmatan serta akibat perbuatan dosa dan juga hukuman yang di
terima tetapi ada juga perbuatan baik serta pahalanya. Yang di perlihatkan pada
relief – relief itu antara lain:
· Gambaran
mengenai mulut – mulut yang usil orang yang suka mabuk – mabukan perbuatan –
perbuatan lain yang mengakibatkan suatu dosa.
· Perbuatan
terpuji, gambaran mengenai orang yang suka menolong Ziarah ke tempat suci
bermurah hati kepada sesama dan lain – lain yang mengakibatkan orang mendapat
ketentraman hidup dan dapat pahala
Ø Lalitawistara merupakan
penggambaran riwayat Sang Buddha dalam deretan relief-relief (tetapi bukan
merupakan riwayat yang lengkap) yang dimulai dari turunnya Sang Buddha dari
surga Tushita, dan berakhir dengan wejangan pertama di Taman Rusa dekat kota
Banaras. Relief ini berderet dari tangga pada sisi sebelah selatan, setelah
melampui deretan relief sebanyak 27 pigura yang dimulai dari tangga sisi timur.
Ke-27 pigura tersebut menggambarkan kesibukan, baik di sorga maupun di dunia,
sebagai persiapan untuk menyambut hadirnya penjelmaan terakhir Sang Bodhisattwa
selaku calon Buddha. Relief tersebut menggambarkan lahirnya Sang Buddha di
arcapada ini sebagai Pangeran Siddhartha, putra Raja Suddhodana dan Permaisuri
Maya dari Negeri Kapilawastu. Relief tersebut berjumlah 120 pigura, yang
berakhir dengan wejangan pertama, yang secara simbolis dinyatakan sebagai
Pemutaran Roda Dharma, ajaran Sang Buddha di sebut dharma yang juga berarti "hukum",
sedangkan dharma dilambangkan sebagai roda.
Ø Jataka dan Awadana
Jataka adalah
berbagai cerita tentang Sang Buddha sebelum dilahirkan sebagai Pangeran
Siddharta. Isinya merupakan pokok penonjolan perbuatan-perbuatan baik, seperti
sikap rela berkorban dan suka menolong yang membedakan Sang Bodhisattwa dari
makhluk lain manapun juga. Beberapa kisah Jataka menampilkan kisah fabel yakni kisah yang melibatkan tokoh satwa
yang bersikap dan berpikir seperti manusia. Sesungguhnya, pengumpulan jasa atau
perbuatan baik merupakan tahapan persiapan dalam usaha menuju ketingkat
ke-Buddha-an.
Sedangkan Awadana,
pada dasarnya hampir sama dengan Jataka akan tetapi pelakunya bukan Sang
Bodhisattwa, melainkan orang lain dan ceritanya dihimpun dalam kitab Diwyawadana yang berarti
perbuatan mulia kedewaan, dan kitab Awadanasataka atau seratus cerita Awadana.
Pada relief candi Borobudur Jataka dan Awadana, diperlakukan sama, artinya
keduanya terdapat dalam deretan yang sama tanpa dibedakan. Himpunan yang paling
terkenal dari kehidupan Sang Bodhisattwa adalah Jatakamala atau untaian cerita
Jataka, karya penyair Aryasura yang hidup dalam abad ke-4 Masehi.
Ø Gandawyuha merupakan
deretan relief menghiasi dinding lorong ke-2,adalah cerita Sudhana yang berkelana tanpa
mengenal lelah dalam usahanya mencari Pengetahuan Tertinggi tentang Kebenaran
Sejati oleh Sudhana. Penggambarannya dalam 460 pigura didasarkan pada kitab
suci Buddha Mahayana yang berjudul Gandawyuha, dan untuk bagian penutupnya
berdasarkan cerita kitab lainnya yaitu Bhadracari.
Arca Buddha
Selain wujud buddha dalam
kosmologi buddhis yang terukir di dinding, di Borobudur terdapat banyak arca
buddha duduk bersila dalam posisi teratai serta menampilkan mudra atau
sikap tangan simbolis tertentu. Patung buddha dengan tinggi 1,5 meter ini
dipahat dari bahan batu andesit.
Patung buddha dalam relung-relung di
tingkat Rupadhatu, diatur berdasarkan barisan di sisi luar pagar
langkan. Jumlahnya semakin berkurang pada sisi atasnya. Barisan pagar langkan
pertama terdiri dari 104 relung, baris kedua 104 relung, baris ketiga 88
relung, baris keempat 72 relung, dan baris kelima 64 relung. Jumlah total
terdapat 432 arca Buddha di tingkat Rupadhatu.Pada bagian Arupadhatu (tiga
pelataran melingkar), arca Buddha diletakkan di dalam stupa-stupa berterawang
(berlubang). Pada pelataran melingkar pertama terdapat 32 stupa, pelataran
kedua 24 stupa, dan pelataran ketiga terdapat 16 stupa, semuanya total 72
stupa. Dari jumlah asli sebanyak 504 arca Buddha, lebih dari 300 telah
rusak (kebanyakan tanpa kepala) dan 43 hilang (sejak penemuan monumen ini,
kepala buddha sering dicuri sebagai barang koleksi, kebanyakan oleh museum luar
negeri).
Secara
sepintas semua arca buddha ini terlihat serupa, akan tetapi terdapat perbedaan
halus diantaranya, yaitu pada mudra atau posisi sikap tangan.
Terdapat lima golongan mudra: Utara, Timur, Selatan, Barat, dan Tengah,
kesemuanya berdasarkan lima arah utama kompas menurut ajaran Mahayana. Keempat
pagar langkan memiliki empat mudra: Utara, Timur, Selatan, dan
Barat, dimana masing-masing arca buddha yang menghadap arah tersebut
menampilkan mudra yang khas. Arca Buddha pada pagar langkan
kelima dan arca buddha di dalam 72 stupa berterawang di pelataran atas
menampilkan mudra: Tengah atau Pusat. Masing-masing mudra melambangkan
lima Dhyani Buddha; masing-masing dengan makna simbolisnya tersendiri.
1. Bhumisparca Mudra
Letak: Arca ini menghadap
timur dan menjadi tanda khusus bagi Dhyani Buddha Aksobhya sebagai
penguasa Timur.
Makna: Sikap tangan sedang
menghadap kebawah, tangan kiri terbuka dan menengadah di pangkuan, sedangkan
tangan kanan menempel pada lutut kanan dengan jari-jari menunjuk kebawah.
Melambangkan saat sang Buddha memanggil Dewi Bumi sebagai saksi ketika dia
menangkis serangan iblis Mara.
2. Wara Mudra
Letak: Mudra ini
dapat dikenali Dhyani Buddha Ratna Sambawa yang
bertahta di Selatan. Arca ini menghadap selatan.
Makna: Telapak tangan yang
kanan menghadap keatas sedangkan jari-jarinya terletak di lutut kanan. Mudra ini
melambangkan pemberian amal.
3. Dyhana Mudra
Letak: Arca ini
menghadap ke Barat dan merupakan tanda khusus bagi Dhyani Buddha
Amitabha yang menjadi penguasa daerah Barat.
Makna: Mudra ini
menggambarkan sikap semedi, kedua tangan diletakkan di pangkuan, yang kanan
diatas yang kiri dengan telapaknya menengadah dan kedua jempolnya saling
bertemu.
4. Abhaya Mudra
Letak : Arca
ini menghadap ke Utara Langkan dan merupakan tanda khusus bagi Dhyani Buddha
Amogasidha yang berkuasa di Utara.
Makna: Tangan kiri
terbuka dan menengadah di pangkuan, tangan kanan diangkat sedikit diatas lutut
kanan dengan telapak menghadap muka. Mudra ini menggambarkan
sikap tangan sedang menenangkan dan menyatakan ketidak gentaran.
5. Witarka Mudra
Letak: Mudra ini
menjadi ciri khas bagi Dhyani Buddha Waroicana.Arca
ini terdapat di tengah, pada tingkat Rupadhatu di pagar
langkan baris kelima (teratas).
Makna: Tangan kiri terbuka
dan menengadah di pangkuan, sedangkan tangan kanan diangkat sedikit diatas
lutut kanan dengan telapak menghadap muka, jaritelunjuk dan ibu jari
bersatu. Mudra ini menggambarkan akal budi.
6. Dharmacakra Mudra
Letak: Mudra ini
menjadi ciri khas bagi Dhyani Buddha Waroicana yang daerah kekuasaannya
terletak di pusat.
Makna: Kedua tangan
diangkat sampai ke depan dada, yang kiri dibawah yang kanan. Tangan kiri
menghadap ke atas dengan jari manisnya, serupa dengan gerakan memutar
roda. Mudra ini melambangkan gerak memutar roda dharma.
2.4 Letak Candi
Borobudur
Candi Borobudur didirikan pada sebuah bukit
pada ketinggian ± 15m di atas dataran di sekitarnya.
Candi Borobudur terletak di Desa Borobudur,
Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Propinsi Jawa Tengah,
Negara Indonesia, ± 41 km dari Yogyakarta. ±80km dari Kota Semarang,
Ibu Kota Propinsi Jawa Tengah. Candi borobudur juga dikelilingi oleh pegunungan
Menoreh di sisi Selatan, Gunung Merapi (2411m) dan Gunung Merbabu (3142m) di
sisi Timur, serta Gunung Sumbing (2271m) dan Gunung Sindoro (3135m) di sisi
Barat Laut. Disebelah Timur Candi Borobudur juga terdapat Sungai
Progo dan Sungai Elo.
2.5 Fasilitas Candi
Borobudur
a) Fasilitas
Area Taman
1. Museum
Karmawibangga / Borobudur
Museum ini menampilkan
beragam informasi mengenai Candi Borobudur dari sudut pandang sejarah,
arkeologi, arsitektur, lingkungan, dll. Beragam artifak yang ditemukan di
sekitar Candi Borobudur juga didisplay secara aktif di museum ini.
2. Museum
Kapal Samudraraksa
Kapal Samudraraksa
merupakan satu dari dua museum yang ada di kawasan Candi Borobudur. Museum ini
menjadi persinggahan terakhir Kapal Samudraraksa atau Kapal Borobudur yang
telah mengarungi Samudera Hindia hingga ke wilayah Afrika. Museum yang
diresmikan pada tanggal 31 Agustus 2005 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhyono
ini terdiri dari tiga bangunan. Bangunan pertama merupakan tempat informasi,
display foto, poster, relief, serta pemutaran film. Bangunan kedua yang
berbentuk rumah joglo merupakan tempat kapal Samudraraksa dipajang. Selain
kapal, di bangunan kedua ini disimpan barang-barang yang dipergunakan oleh para
awak kapalnya sewaktu berlayar mengarungi samudera, seperti: peralatan memasak,
peralatan rumah tangga sehari-hari, buku, kaset, cd, vcd, dan obat-obatan.
Sedangkan bangunan ketiga berfungsi sebagai kantor dan tempat penjualan
suvenir.
3. Kereta
Mini
Berkeliling Candi dapat
juga dilakukan dengan mengendarai kereta taman. Dapat melihart candi dari
seluruh arah dan juga melihat taman serta museum yang tersedia di taman wisata
candi
4. Visitor
Center & Audio Visual
Tempat pengunjung
memperoleh beragam informasi awal mengenai candi. Juga informasi mengenai
beragam fasilitas yang ada di dalam Taman Wisata Candi Borobudur. Disini juga
terdapat audio visual yang memutar film dokumenter mengenai candi Borobudur
5. Sepeda
Dengan Menaiki sepeda,
pengunjung semakin mudah eksplorasi kawasan Taman Wisata Candi dengan lebih
leluasa dan menyenangkan, sambil menghirup segarnya udara di sekitar taman.
b) Fasilitas
Lahan
1. Lahan
Lumbini
· Lokasi
: Sebelah timur laut Candi Borobudur
· Ukuran
: 70m x 65m :4.550m2 (posisi rata dan datar)
2. Lahan
Marga Utama
· Lokasi
: Sebelah timur Candi Borobudur
· Ukuran
: 40m x 50m : 2.000m2 (posisi rata dan datar)
3. Lahan
Bermain Anak – Anak
o Lokasi
: Sebelah barat Candi Borobudur
o Ukuran
: 38m x 112m : 4.256m2 (posisi rata dan mendatar)
4. Lahan
Bukit Dagi
· Lokasi
:Sebelah utara Candi Borobudur
· Ukuran
:Radius 160 m,luas 80.384m2
5. Lahan
Samudraraksa
· Lokasi
:Sebelah barat galery Museun Borobudur/sebelah utara
Galery Museum Samuderaraksa
· Ukuran
:90m x 45m = 4.050m2
6. LAHAN
KARMAWIBANGGA
· Lokasi
:Sebelah utara Candi Borobudur/depan galery Museum Borobudur
· Ukuran
:60m x 60m = 3.600m2
7. LAHAN
PADMA
· Lokasi
:Sebelah Timur Laut Candi Borobudur/sebelah Utara Lahan Lumbini
· Ukuran
: 50m x 40m = 2.000m2
Note: Fasilitas Lahan
termasuk Parkir, Toilet, Penerangan Lingkungan, Listrik Max 5.000 Watt,
Keamanan Intern, Kebersihan
2.6 Faktor –
faktor yang mempengaruhi kerusakkan pada Candi Borobudur
Ada 2
faktor utama yang mempengaruhi kerusakkan bagian – bagian Candi
Borobudur, yaitu faktor dari dalam dan faktor luar.
Faktor dari dalam adalah
besarnya tekanan antarbatuan yang menyusun Candi Borobudur. Karena Candi
Borobudur disusun dari banyak sekali batuan yang ditumpuk, maka sudah pasti
batu yang di atas akan menekan batu yang berada di bagian bawah. Sedikit demi
sedikit, batuitu akan retak dan lama kelamaan akan menjadi pecah.
Faktor dari luar yang
mempengaruhi rusaknya bangunan Candi Borobudur diantaranta adalah faktor iklim,
faktor lumut dan ganggang, serta faktor manusia.
v Padafaktor
iklim, yang mempengaaruhi adalah suhu dan curah hujan. Suhu yang panas ada
siang hari meyebabkan batuan memuai, sedangkan suhu yang dingin pada malam hari
menyebabkan batuan menyusut. Perubahan suhu yang terjadi terus,
menyebabkan batuan mengalami retak pad permukaan. Namun, paktor suhu
hanyaberpengaruh pada bagian luar candi yangterkena sinar matahari. Curah hujan
juga berpengaruh terhdap kerusakkan pada batuan. Curah hujan yang tinggi pada
musim hujan, dapat mengikis permukaan batuan sedikit demi sedikit.
Kondisibatuan yang lembap karena hujan, juga dapat memicu tumbuhnya lumut dan
ganggang, serta jamur kerak.
v Lumut,
ganggang, serta jamur kerak akan tumbuh di permukaan batuan yang lambap,
sehingga dapat menimbulkan pelapukkan pada batuan, dan mengurangi kekuatan
batuan itu. Ketiga jenis tanaman ini biasanya hidup ditempat yang tidak terkena
sinar matahari langsung, ataupun pada batuan yang ada dibagian dalam Candi. Hal
ini sangat menghawatirkan bagi Candi Borobudur.
v Faktor yang
terakhir adalah Manusia. Karena sifat Manusia itu berbeda - beda, maka perilaku
seseorang terhadap benda bendapun berbeda – beda. Banyak tangan – tangan jahila
manusia yangmengunjungi Candi Borobudur, mengambil sebagian kecil batuan
penyusun candi borobudur, sekedar hanya sebagai buah tangan. Padahal kerusakkan
sedikitsaja pada batuan akan mempengaruhi kualitas kekuatan batuan lainnya yang
mengikat Candi Borobudur yang dibangun dengan sistem dry masony “tanpa
perekat”. Ada pula yang tidak sekedar mengambil sebagian kecilbagian, tetapi
banyak bagian terutama patung – patung Buda di Candi Borobudur. Harga yang
mahal mengingat hal itu merupakan peninggalan sejarah, memicu para penjarah
untuk mendapatkan keuntungan yang besar.
2.7 Cara
Merawat Dan Melestarikan Candi Borobudur
Berikut cara-cara perawatan candi
Borobudur berdasarkan setiap faktor yang mempengaruhi kerusakan candi
Borobudur. Berdasarkan faktor tekanan setiap batuan dan faktor suhu, cara
perawatan yang dapat dilakukan hanya memperbaiki batuan yang retak dan
mengganti batuan yang pecah. Hanya cara ini yang dapat dilakukan karena
tentunya kita tidak dapat menjadikan setiap batuan yang ada di candi Borobudur
menjadi lebih ringan sehingga tekanan antarbatuan berkurang atau mengahalangi
sinar matahari yang menerpa candi Borobudur, bukan? Cara memperbaiki batuan yang
retak adalah dengan menambal batuan menggunakan campuran pasir dan semen.
Sedangkan untuk mengganti batuan yang pecah digunakan batu andesit yang telah
disesuaikan bentuk dan ukurannya dengan yang asli.
Untuk perawatan terhadap faktor lumut,
ganggang, dan jamur kerak, pihak pengelola telah mempunyai cara tersendiri
untuk membasmi lumut, ganggang, dan jamur kerak yang tumbuh pada batuan di
candi Borobudur. Selama ini metode pembersihan lumut yang dilakukan dalam
pembersihan batu di Candi Borobudur adalah pembersihan secara kimiawi dan
mekanis. Metode ini menggunakan cairan kimia Hivar XL. Metode pembersihan
kimiawi menggunakan bahan tersebut dengan konsentrasi 1%. Bahan kimia ini
digosok pada setiap permukaan batuan andesit yang ditumbuhi lumut, ganggang,
maupun jamur kerak. Lumut, ganggang, dan jamur kerak akan mati saat digosok
dengan Hivar XL.
Pembersihan secara mekanis yang dilakukan
berupa penggosokan dengan sikat baik secara kering maupun basah. Penggosokan
dengan sikat menyebabkan rontoknya lumut dan jamur kerak yang tumbuh pada
batuan. Namun pembersihan dengan cara ini dapat mengakibatkan kerontokan
permukaan batuan. Metode lain yang digunakan adalah pembersihan secara fisik
menggunakan steam cleaner. Dari hasil penelitian-penelitian yang
telah dilakukan menerangkan bahwa metode pembersihan yang dipakai mempunyai
kelemahan, khususnya pembersihan secara mekanis dan steam cleaner.
Kelemahan tersebut di antaranya adalah dapat menimbulkan efek kerontokan
pada permukaan batuan.
Berdasarkan hasil penelitian metode
pembersihan lumut dengan pemanasan lebih efektif dibandingkan dengan
pembersihan secara mekanis, tetapi metode pembersihan dengan pemanasan ini
kurang aman untuk digunakan pada benda cagar budaya karena adanya kontak
langsung antara permukaan benda dengan api. Dari pengamatan mikroskopis
terlihat adanya perubahan pada permukaan batu yang terjadi setelah dilakukan
proses pemanasan.
Yang terakhir adalah cara perawatan terhadap
kerusakan yang disebabkan oleh manusia. Cara pencegahan dari pengambilan dan
perusakan batu candi adalah dengan memberikan peringatan kepada setiap
pengunjung candi Borobudur agar tidak merusak candi. Jika setiap pengunjung
sudah mempunyai kesadaran akan pentingnya menjaga warisan leluhur, tentunya
tidak akan terjadi masalah. Namun untuk menghindari hal yang tidak diinginkan,
maka diadakan pemeriksaan barang-barang yang dibawa oleh setiap pengunjung,
baik pada pintu masuk maupun pintu keluar kompleks candi. Bila ada pengunjung
yang melanggar peringatan tersebut, tentunya akan dikenakan sangsi yang
setimpal.
Untuk melestarikan candi Borobudur, baik
bangunan itu sendiri maupun budaya dan nama besarnya tentunya diperlukan
bantuan dari berbagai pihak, termasuk diri kita sendiri. Dengan memperkenalkan
candi Borobudur di mata internasional kita turut melestarikan kebudayaan bangsa
Indonesia dan ikut mengharumkan nama candi Borobudur. Dengan terkenalnya Candi
Borobudur ke seluruh dunia, maka kebanggaan kita sebagai warga Negara Indonesia
pun ikut terangkat.
2.8 Pengelola Candi
Borobudur
Pengelolaan
Candi Borobudur Masih Parsial
MAGELANG -
Pengelolaan kawasan cagar budaya Candi Borobudur di Kabupaten Magelang akan
dilakukan bersama-sama mulai dari pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten.
Selama ini pengelolaan dinilai masih parsial. Direktur Jenderal Kebudayaan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kacung Marijan mengatakan pengelolaan
secara gotong royong mulai dari pusat hingga daerah itu ada aturannya. Tapi
dalam pelaksanaannya belum berjalan sesuai harapan.
“Aturan memang harus begitu, tapi aturan ini kita bumikan dan lebih operasional
dan diterima oleh semua pihak,” katanya seusai menghadiri peluncuran dan bedah
buku dalam rangka memperingati 200 tahun penemuan Candi Borobudur di Borobudur
kemarin. Buku tersebut merupakan trilogi dengan judul besar 100 Tahun
Pascapemugaran Candi Borobudur.
Adapun masing-masing buku diberi judul, yakni Menyelamatkan Kembali Candi
Borobudur, Dekonstruksi dan Rekonstruksi Candi Borobudur, serta Candi Borobudur
dalam Multiaspek. Buku-buku tersebut diterbitkan oleh Balai Konservasi
Borobudur dalam rangkaian peringatan 200 tahun penemuan kembali Candi
Borobudur.
Kacung menilai pengelolaan Candi Borobudur selama ini masih parsial. Salah satu
buktinya pembagian zona pengelolaan, misalnya zona I dikelola oleh Kemendikbud;
zona 2 oleh PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko (PT
TWCBPRB); serta zona III oleh pemerintah daerah.
“Kita mau bentuk semacam badan pengelola untuk mengelola kawasan cagar budaya
secara keseluruhan, yang itu akan melibatkan pemerintah pusat, pemerintah
provinsi, dan kabupaten. Ada badan usaha di sini PT Taman dan masyarakat nanti
kita libatkan,” ucapnya.
Kacung telah bertemu dengan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo dan Bupati Magelang
Zaenal Arifin terkait dengan rencana pengelolaan cagar budaya Candi Borobudur
tersebut pada masa mendatang. Komunikasi pihaknya dengan PT TWCBPRB juga terus
dijalin secara intensif selama ini untuk pengembangan pengelolaan Candi
Borobudur pada masa mendatang.
“Supaya konservasi di Borobudur terjaga secara baik, tetapi pengembangan dan
pemanfaatan lebih baik lagi karena kalau hanya misalnya parsial saja, itu bisa
mengganggu konservasi, tapi ini juga untuk manfaat bagi masyarakat,” paparnya.
Sebelumnya, Kepala Balai Konservasi Borobudur (BKB) Marsis Sutopo mendorong
masyarakat bisa ikut bersamasama menjaga kelestarian atas Candi Borobudur.
“Bagaimana ke depan terus kita lestarikan sebaik-baiknya, bisa kita berikan
kepada generasi bangsa ke depan, kepada anak cucu kita, dan bisa memberikan
manfaat sebesar-besarnya bagi masyarakat sekitar,” tandasnya.
2.9 Penyesuaian
Tiket
Tiket Masuk Borobudur Akan
Disesuaikan
PT
Taman Wisata Candi Borobudur akan memperbarui harga tiket masuk ke kawasan
wisata cagar budaya tersebut. Penyesuaian harga tiket akan dilakukan secara
bertahap mulai tahun ini.
"Tidak semua turis Indonesia miskin dan tidak semua turis asing yang
datang kaya," kata Komisaris Utama PT Taman Wisata Candi Borobudur,
Prambanan dan Ratu Boko, Darmono, saat Business Gathering bertema Revitalisasi
Borobudur sebagai Tujuan Wisata Tingkat Dunia di Bellagio Boutique Mall Mega
Kuningan, Jakarta, Selasa 11 Februari 2009.
Kesenjangan harga tiket masuk antara wisatawan domestik dan mancanegara,
menurut Darmono, harus segera diperbarui sehingga ada keadilan. Sekarang setiap
wisatawan domestik dikenakan tiket masuk Rp 10.000 per orang, sedangkan tiket
wisatawan mancanegara ke Borobudur US$ 12 per orang.
Perubahan bertahap yang sudah dimulai tahun ini adalah membedakan tiket masuk
untuk kalangan tertentu. Darmono menyontohkan tiket masuk yang berlaku untuk
rombongan siswa, baik domestik maupun mancanegara, lebih murah. Sedangkan tiket
kunjungan wisata bagi kalangan tertentu harga tiketnya lebih mahal.
"Tetapi kita beri benefit lain seperti tambahan sarung atau kebaya khas
daerah sehingga bermanfaat memajukan ekonomi setempat," ujar Darmono.
Penyeragaman harga tiket berdasarkan tingkatan, selain lebih adil bagi
wisatawan domestik maupun mancanegara, menurut Darmono, berpotensi mendatangkan
pendapatan yang lebih besar.
Pendapatan PT Taman Wisata Borobudur tahun lalu dari hasil penjualan tiket
mencapai Rp 60 miliar dengan jumlah pengunjung Borobudur mencapai tiga juta
orang dan 200.000 orang di antaranya wisatawan mancanegara. Menurut Darmono,
agen perjalanan akan berpengaruh besar terhadap perubahan ini sekaligus sebagai
media promosi daerah pariwisata di dalam dan luar negeri.
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Borobudur
harus dirawat, dan dilesrarikan. Supaya generasi generasi yang akan datang
dapat mengetagui dan mengenal apa itu Candi Borobudur.
3.2 Saran
I. Kita sebagai generasi muda harus
menjadi generasi penerus bangsa, dengan cara giat belajar dan berlatih supaya
menjadi siswa – siswi yang terampil dan bertaqwa
II. Kita sebagai warga negara harus menjaga dan
melestarikan budaya bangsa dengan memelihara tempat – tempat bersejarah sebagai
peninggalan nenek moyang kita.
III. Kami para penulis makalah ini berharap
dengan berkembangnya kebudayaan barat di harapkan pada rekan –
rekan generasi muda mampu memilih dan meniliai budaya yang masuk dan
berusaha mempertahankan kebudayaan bangsa sendiri.
IV. Sebaiknya
kita sebagai warga negara yang baik turut berperan serta dalam merawat candi
Borobudur. Langkah awal adalah dengan tidak meusak bagian-bagian candi
Borobudur. Langkah selanjutnya adalah dengan memperkenalkan candi Borobudur
kepada masyarakat luas agar candi Borobudur dikenal luas, di Indonesia maupun
di Dunia
DAFTAR PUSTAKA
http://www.anakciremai.com/2008/05/makalah-sejarah-tentang-candi-borobudur.html
http://wahyupego.blogspot.com/2012/10/perawatan-dan-pelestarian-candi.html
http://devitaaristia.blogspot.com/2013/05/contoh-laoran-study-tour-ke-candi.html
Madhori. 2008. Borobudur Sepanjang Masa. Yogyakarta:
Media Cipta Pustaka.
Samidi. 1975. Penelitian Pendahuluan
Pemberantasan Lumut Pada Batuan Candi Borobudur. Jakarta: Departemen
Pendidikan Dan Kebudayaan.
MoerTjipto, Drs Borobudur, Pawon Dan Mendut, Kanisus
Yogyakarta 1993
Soediman,
Drs Borobudur Salah Satu Keajaiban Dunia Gramedia Yogyakarta, 1980
Komentar