JATI DIRI PGRI
A.
Pengertian
Menurut
kamus besar Bahasa Indonesia yang disusun pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa Jatidiri mengandung pengertian :
1.
Ciri – ciri,
gambaran atau keadaan khusus seseorang atau suatu tanda/ identitas
2.
Inti, jiwa,
semangat dan daya gerak dari dalam (spiritualitas).
B.
Jati diri
PGRI
Berdasarkan
pengertian tersebut diatas Jatidiri PGRI mengandung makna, jiwa semangat dan
daya
gerak dari dalam yang telah memberikan hidup kepada organisasi PGRI serta ciri – ciri khas yang dimiliki PGRI dan menjadi identitas organisasi PGRI yang mengikat dan dipegang teguh anggotanya.
gerak dari dalam yang telah memberikan hidup kepada organisasi PGRI serta ciri – ciri khas yang dimiliki PGRI dan menjadi identitas organisasi PGRI yang mengikat dan dipegang teguh anggotanya.
Jatidiri
PGRI adalah landasan filosofi yang menjadi norma dalam pola pikir, sikap
perbuatan dan tindakan serta bersifat mengikat dan ditaati oleh para
anggotanya.
Jatidiri
PGRI adalah perwujudan dari sifat – sifat khas PGRI yang tampak dalam
nilai-nilai dalam sikap perbuatan, tindakan, perjuangan dan profesi
analisasi yang didasarkan pada falsafah Negara Pancasila serta Jiwa semangat
dan nilai – nilai 1945.
C.
Dasar dan
Ruang Lingkup PGRI
1.
Dasar
Jatidiri PGRI
Jatidiri PGRI memiliki dasar yang
dalam dan kokoh. Dengan dasar yang kokoh itu jatidiri PGRI menjadi landasan
filosofi yang kuat bagi PGRI dalam mengemban misi sebagai organisasi perjuangan
organisasi profesi, organisasi ketenagakerjaan.
a.
Dasar –
dasar Jatidiri PGRI, meliputi
a.1. Dasar Historis
Berdasarkan
hakekat kelahirannya PGRI merupakan bagian dari perjuangan seluruh rakyat
Indonesia. Melalui profesi keguruan guru Indonesia berhimpun dalam organisasi
PGRI untuk berjuang menyebarkan semangat perjuangan. Untuk merebut, menegakkan
dan mempertahankan dan mengisi kemerdekaan NKRI yang diproklamasikan tanggal 17
Agustus 1945
a.2. Dasar Idiologis – politis
Secara Idiologis
– politis, PGRI memiliki kewajiban untuk mewujudkan cita – cita kemerdekaan
melalui pembangunan nasional dibidang pendidikan. PGRI memiliki tangggung jawab
moral dan tanggung jawab dalam melaksanakan dan mewujudkan tujuan nasional
sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, terutama dalam upaya
mencerdaskan kehidupan bangsa.
a.3. Dasar Sosiologi dan IPTEK
Dalam
perjuangan dan pengabdiannya, PGRI sangat tanggap dan aspiratif atas nasib
anggotanya serta selalu bersifat responsife, adatif, inovatif, dan permisif –
selektif, terhadap keadaan masyarakat serta perkembangan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi.
2.
Jiwa,
semangat dan nilai – nilai 1945
Pewaris jiwa, semangat dan nilai –
nilai 1945 keapda generasi muda sebagai penerus perjuangan bangsa sangat
penting. Dengan memahami secara baik dan benar, jiwa, semangat dan nilai –
nilai 1945, perjuangan generasi penerus akan tetapi berpijak pada norma – norma
serta selalu dijiwai semangat dan nilai – nilai yang telah disepakati para
pendiri Negara kita.
Jiwa dan semangat 1945 tersebut
dapat disimpulkan sebagai berikut :
Ø Jiwa
merdeka, yaitu percaya pada kemampuan bangsa sendiri.
Ø Jiwa persatuan dan kesatuan, yaitu
semangat yang tumbuh dan sesuai dengan jiwa semangat Sumpah Pemuda, 28 Oktober
1928.
Ø Jiwa
konsekuen, yaitu sikap berjuang tanpa pamrih, selalu bekerja keras, teguh
pendirian, ulet, sederhana, pantang menyerah dan tidak putus asa.
Ø Jiwa
pelopor, yaitu berani berinisiatif, kreatif dan memiliki jiwa membangun.
Ø Jiwa ikhlas
beramal, rela berjuang dan berkorban.
Dalam buku Dharma Pusaka 45, menguraikan tentang nilai
– nilai dan prinsip – prinsip 1945 yang penting diwariskan kepada generasi
penerus.
Nilai – nilai yang telah disepakati
seluruh rakyat Indonesia :
a)
Proklamasi Kemerdekaan
17 Agustus 1945 sebagai penjelmaan falsafah dan pandangan bangsa Indonesia yang
tercantum dalam Pancasila sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945.
b)
Lima sila
dalam Pancasila yang masing – masing merupakan nilai – nilai intrinsic yang
abstrak, umum/ universal tetap tak berubah terlepas dari perubahan dan
perkembangan. Kelima – limanya merupakan kesatuan bulat dengan rumusan
hierarchis pyramidal.
c)
Nilai –
nilai yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 :
Ø Negara
Persatuan, yang melindungi dan meliputi segenap bangsa Indonesia. Negara
mengatasi segala paham perorangan.
Ø Tujuan
Negara, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan social.
Ø Negara yang
berkedaulatan rakyat berdasarkan atas kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwailan.
Ø Negar
berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil
dan beradap.
Ø Negara yang
merdeka dan berdaulat.
Ø Anti
penjajahan, karena penjajahan tidak sesuai dengan perikemansiaan dan
perikeadilan.
3.
Jatidiri
PGRI sesuai dengan jiwa, semangat dan nilai – nilai 1945
Perwujudan dari sifat – sifat khas
yang dimiliki PGRI tampak dalam nilai – nilai, pola pikir, sikap perbuatan,
tindakan, perjuangan dan profesionalisme adalah merupakan Jatidiri PGRI yang
berdasarkan pada falsafah Pancasila serta jiwa, semangat dan nilai – nilai
1945.
Kelahiran PGRI pada masa perjuangan
fisik, tidak lepas dari tekad kaum guru untuk turut serta berjuang
mempertahankan, menegakkan dan mengisi Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
diplokamirkan tanggal 17 Agustus 1945. Secara ideologis – politis PGRI memiliki
kewajiban untuk mewujudkan cita – cita kemerdekaan melalui pembangunan nasional
dibidang pendidikan serta memegang peranan terpenting dalam usaha mencerdaskan
kehidupan bangsa yang merupakan salah satu dari tujuan nasional sebagaimana
tercantum dalam pembukaan UUD 1945. Dalam pengabdiannya PGRI selalu tanggap dan
aspiratif terhadap nasib anggotanya dan bersifat responsive, adaftif, inovatif
dan permisif selektif terhadap keadaan masyarakat serta perkembangan IPTEK. Hal
tersebut menjadi dasar sosiologi dan IPTEK bagi organisasi PGRI.
Uraian
tersebut diatas menunjukkan dengan jelas bahwa Jatidiri PGRI bersumber
dan berakar pada dasar falsafah Pancasila dan dijiwai oleh Jiwa, Semangat
dan Nilai – nilai 1945.
D. CIRI – CIRI
JATIDIRI PGRI
Jatidiri
PGRI adalah perwujudan dari sifat – sifat khas PGRI yang tampak dari nilai –
nilai pola pikir, sikap perbuatan, tindakan dan perjuangan yang didasarkan pada
falsafah Pancasila dan UUD 1945.
SEMBILAN CIRI JATIDIRI PGRI
1.
Nasionalisme
Nasionalisme
adalah kesadaran suatu warga Negara yang secara professional atau actual
bersama – sama mencapai, mempertahankan dan mengabdiakan identitas, intergritas
kemakmuran dan kekuatan bangsa secara mandiri. Dalam hal ini PGRI mengutamakan
persatuan dan kesatuan sebagai modal dasar dengan memupuk sikap dan sifat
patriotisme sebagai jiwa dan semangat PGRI dalam melaksanakan misinya.
Indonesia yang merupakan Negara kepulauan dengan berbagai macam suku bangsa,
bahasa daerah, budaya dan dapat istiadat perlu mewujudkan persatuan dan
kesatuan. Sikap ini harus diawali dari kehidupan sehari –hari di rumah, dalam
pergaulan, disekkolah. Hal itu akan terwujud jika kita bila diantar kita saling
mengenal, memahami, saling menghormati dan saling menghargai.
2.
Faham
demokrasi
Faham
demokrasi diawali dalam system pemerintahan kota bangsa Yunanai (508 SM).
Bentuk pemerintahan baru itu kemudian dinamakan “ demokrasi”, artinya
pemerintahan oleh rakyat. Jadi demokrasi itu sudah ada sebelum Kristen dan
islam lahir sebagai agama besar di dunia. Kemudian demokrasi memasuki abad
Rasionalisme yaitu suatu aliran mendasarkan pemikiran atas akal semata –
mata. Suatu teori yang mengandung prinsip – prinsip keadilan yang universal,
yang berlaku bagi semua waktu dan semua manusia. Teori ini mendasari pengertian
dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Demokrasi didasarkan
bahwa semua manusia pada prinsip kedaulatan rakyat yang mengandung pengertian
bahwa semua manusia pada dasarnya memiliki kebebasan dan hak serta kewajiban
yang sama. Kesamaan hak dan mengeluarkan pendapat telah dilakukan dalam
kehidupan sehari – hari, seperti gotong – royong, dalam organisasi masyarakat
dan dalam organisasi sekolahan.
3.
Kemitraan
Kata “mitra”
mempunyai arti teman, sahabat atau kawan kerja. Menjalin kemitraan berarti
menjalin persahabatan. Seseorang yang menjalain persahabatan dengan orang lain
diharpkan memperoleh kebahagiaan dan keuntungan dikedua belah pihak. PGRI
sebagai oraganisasi pejuang pendidik dan pendidik pejuang selalu berusaha
menjalain dan mengembangkan kemitraan dalam bentuk kerjasama nasional maupun
internasional. Kesemuannya itu dimaksudkan untu kmembela hak dan nasib pekerja
pada umumnya dan guru pada khususnya.
4.
Unitarisme
Pengertian “
unitarisme” mengandung arti suatu ajaran atau paham yang menginginkan suatu
bentuk kesatuan ( misalnya Negara kesatuan). Sedang pengertian ciri unitarisme
dalam organisasi PGRI ialah semua guru dapat menjadi anggota dengan tidak membedakan
latar belakang, tingkat dan jenis kelamin, status, asal – usul serta adat
istiadat. Sikap dan perilaku yang unitaristik ditandai dengan sikap yang
toleran, sabar dan penuh pengertian. Sangat tidak terpuji sebagai siswa lembaga
PGRI, apabila disekolah ada berbagai kelompok yang menonjolkan adanya
perbedaan yang didasarkan pada agama, ras, suku dan social ekonomi.
5.
Profesionalisme
Kata
“Profesionalisme” diturunkan dari kata “professional” yang berarti segala
sesuatu yang berkaitan dengan pekerjaan yang dilandasi pendidikan seseorang
dikatakan professional apabila ia telah mendapatkan pendidikan dan kepandaian
khusus untuk menjalankan pekerjaannya. Ciri profesioanlisme artinya PGRI
mengutamakan karya dan kemampuan profesionalisme dikalangan siswa. PGRI
mewajibkan siswa belajar sungguh – sungguh sesuai dengan bakat minat dan cita –
citanya, agar memperoleh suatu keahlian atau dalam mengerjakan sesuatu.
6.
Kekeluargaan
Hubungan
sosial dalam bentuk kekeluargaan sangat dikenal di Indonesia. Sikap
kekeluargaan ditunjukan dalam sikap dan perilaku keseharian. Sikap gotong –
royong, ramah, tenggang rasa, saling membantu dan rasa senasib dan
sepenanggungan dapat dilihat dalam kehidupan didesa. Dalam kekeluargaan akan
tumbuh sikap saling asah, asuh, ajrih. Saling asah berarti saling membntu dalam
memperoleh pengetahuan, saling asih berkaitan dengan kasih saying sesame siswa
lembaga PGRI. Saling Asuh mempunyai makna saling mengingatkan apabila ada
kesalahan. Ajrih berarti sikap segan atau hormat, sikap takut melanggar tata
tertib atau peraturan, baik yang diatur oleh manusia maupun yang diatur dalam
agama.
7.
Kemandirian
Organisasi
PGRI memiliki ciri kemandirian, artinya bahwa dalam melaksanakan sesuatu tidak
sepenuhnya bergantung pada pihak lain, PGRI bertumpu pada kepercayaan,
kemampuan diri sendiri, tanpa ketertarikan dan ketergantungan pada pihak lain.
Dalam era
globalisasi dengan pesatnya kemajuan teknologi dan informasi sangat
memerlukan kemandirian dan kerja sama antar bangsa.
Seseorang memiliki kemandirian
apabila mempunyai kemampuan, percaya diri serta keberanin untuk berbuat dan
bertindak untuk mencapai kemajuan.
Kemandirian yang harus dimiliki
siswa lembaga pendidikan PGRI, adalah berrbekal pengadaan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta kemampuan berinteraksi dengan orang lain.
Sikap
perrcaya diri dapat ditumbuhkan melalui kemampuan untuk mengembangkan dan
mengaktualisasikan bakat dan minatnya. Misal seorang siswa akan memiliki
percaya diri, apabila ampu mewujudkan kebolahannya berbahasa inggris, bermain
musik, bermain basket, atau memperoleh prestasi akademik yang tinggi.
Sebaliknya siswa akan suka tawuran, mengganggu orang lain dan
sebagainyya,mewudkan sikap menutupi kelemahan / kekurangan pada dirinya.
Keberanian adalah sikap berani mencoba
hal-hal baik meskipun sulit, berani menentang arus mayoritas yang menuju kearah
yang salah, berani berkata “tidak” terhadap ajakan berbuat salah, berani
mengikuti kata hati yang baik, tersisih dan menderita karenanya, berani
bersikap ramah dan bersahabat.
Dengan
demikian kemandirian, seseorang dapat mengembangkan serta mampu
mengaktualisasikan diri dalam menyesuaikan kehidupannya dengan lingkungan
masyarakat.
8.
Non Partai
Ciri non
partai artinya bahwa PGRI tidak mempunyai hubungan organisasi dengan sosial
politik namapun sebagai organisasi. PGRI tidak menganut suatu paham politik
tertentu, tidak menjadi bagian dari partai dari politik apapun dan tidak
melakukan kegiatan – kegiatan politik praktik seperti yang dilakukan oleh
partai politik. Hakekat dan ciri non partai politik adalah kemandirian yang
berarti memiliki kemampuan diri. Disekolah ciri non partai ini harus dapat
ditunjukkan dalam wawasan wiyata mandala. Arti kata “ wawasan” berarti
pandangan, “ wiyata” berarti pengajaran. Jadi wawasan wiyata mandala adalah
suatu pandangan bahwa sekolah adalah lingkungan belajar mengajar, yang terlepas
dari pengaruh apapun yang dapat mengganggu proses belajar mengajar tersebut.
Kewajiban siswa PGRI harus dapat menciptakan wawasasn wiyata mandala disekolah.
Untuk menciptakannya, siswa harus menjaga pengaruh – pengaruh dari luar yang
dapat mengganggu proses belajar mengajar. Misalnya pengaruh untuk ikut tawuran
atau berkelahi, ikut serta berpolitik praktis.
9.
Jiwa,
Semangat dan Nilai-niali 1945
Jiwa,
Semangat dan Nilai-niali 1945 itu adalah upaya PGRI dalam menegakkan dan
melestarikan semangat perjuangan kemerdekaan 1945 sebagai jiwa kejuangan bangsa
kepada generasi penerus. Semangat para pejuang dan pendiri bangsa selalu
disertai dengan semangat rela berkorban, pantang mundur, dan pengabdian kepada
bangsa Indonesia tanpa pamrih. Rela berkorban bukan berarti mengorbankan diri
dengan sia – sia, tetapi berkorban dalam membela keadilan dan kebenaran. Rela
berkorban harus disertai keiklasan dan kejujuran. Sikap pantang mundur memeberi
makna tidak mudah putus asa. Siswa PGRI harus terus belajar. Kegagalan
merupakan awal keberhasilan. Belajar dan bekerja merupakan motto lembaga
pendidikan PGRI. Sifat pengabdian kepada bangsa pernyataan sikap seluruh rakyat
sebagai bangsa Indonesia dari sabang sampai merauke. Membela bangsa Indonesia
perlu ditumbuh kembangkan.
KESIMPULAN
Sesuai dengan semangat kelahirannya jatidiri PGRI adalah organisasi perjuangan,
organisasi profesi dan organisasi ketenagakerjaan yang mewadahi kaum buruh
diseluruh Idonesia dalam uapaya mewujudkan hak – hak asasi sebagai pribadi,
warganegar, dan pengemban profesi. Adapun sifatnya PGRI sebagai organisasi yang
unitaristik, Independen dan non parpol praktis.
Sebagai organisasi perjuangan PGRI
merupakan wadah bagi para guru dalam memperoleh, memepertahankan, meningkatkan,
dan membela hak asasinya baik secara pribadi, anggota masyarakat, warga Negara,
maupun pemangku profesi keguruan.
Sebagai organisasi profesi PGRI
berfungsi sebagai wadah kebersamaan dan rasa kesesejahwatan ( kesetiakawanan)
para anggota dalam mewujudkan keberadaannya dilingkunang masyarakat,
memperjuangkan segala aspirasi dan kepentingannya suatu profesi, menetapkan
standar perilaku professional melindungi seluruh anggotanya, meningkatkan
kualitas kesejahteraan, dan mengembangkan kualitas pribadi dan profesi.
Sebagai organisasi ketenagakerjaan,
PGRI merupakan wadah perjuangan hak – hak asasi guru sebagai pekerja, terutama
dalam kaitannya dengan kesejahteraan. Guru sebagai kelompok tenaga kerja
professional memerlukan jaminan yang pasti menyakut hokum, kesejahteraan, hak –
hak pribadi dan warga Negara. Dalam konteks yang lebih luas, kesejahteraan
mempunyai arti sebagai suatu kondisi kehidupan yang utuh seimbang dan wajar.
Perwujudan kesejahteraan secara utuh ditopang oleh lima pilar yaitu imbalan
jasa, rasa aman, hubungan antar pribadi, kondisi kerja, serta kesempatan untuk
pengembangn karir dan pribadi.
TEKS DIALOG
WAWANCARA TEMA :
Kenaikan Harga Bahan Pokok
Topik : Kenaikan harga bahan pokok menjelang Hari Raya
Pewawancara (W) : Tri Turuti (Wartawati Nitisara TV)
Narasumber (N) : Bapak Slamet, pemilik Toko “Brotoseno” Pekalongan
Topik : Kenaikan harga bahan pokok menjelang Hari Raya
Pewawancara (W) : Tri Turuti (Wartawati Nitisara TV)
Narasumber (N) : Bapak Slamet, pemilik Toko “Brotoseno” Pekalongan
W : Pak Slamet, hari-hari sibuk menjelang lebaran seperti ini, bagaimana suplai sembako dari distributor, apakah masih stabil atau mengalami hambatan hingga mengakibatkan tersendatnya proses distribusi?
N : 50% masih lancar mbak, terutama bahan pokok seperti minyak, cabai, dan gula. Namun, tetap saja ada sebagian yang mulai sering terlambat .
W : Barang apa saja yang mengalami keterlambatan pengiriman Pak?
N : Kebutuhan pokok yang mengalami keterlambatan yaitu beras dan telur.
W : Bagaimana dengan distribusi bawang putih dan bawang merah Pak, apakah juga mengalami keterlambatan?
N : Alhamdulillah untuk jenis bawang impor masih tetap lancar. Hanya saja untuk bawang merah sudah 4 hari terakhir masih kosong mbak, mungkin ada keterlambatan pasokan dari pihak petani.
W : Hari raya sudah semakin dekat, apakah sudah mulai ada kenaikan harga kebutuhan pokok Pak?
N : Meskipun tidak begitu signifikan, tapi kenaikan harga kebutuhan pokok sudah mulai terasa sejak awal bulan puasa kemarin mbak. Walaupun masih ada sebagian yang harganya tetap stabil.
W : Bagaimana reaksi para konsumen menanggapi kenaikan harga kebutuhan pokok ini Pak?
N : Ya begitulah mbak, seperti biasa ada yang diam saja tapi banyak juga yang protes, meskipun akhirnya mereka menyadari kalau hal seperti ini sudah biasa terjadi.
W : Apakah efek dari terlambatnya distribusi barang dan kenaikan harga berpengaruh terhadap omzet penjualan bapak setiap harinya?
N : Sedikit
berpengaruh juga mbak, meskipun hanya sedikit. Paling selisih sekitar 10% dari
penjualan sebelum ada kenaikan harga.
W : Dari awal puasa, biasanya kapan puncak kenaikan harga terjadi?
N : Biasanya dari awal puasa terus merangkak naik hingga setelah lebaran mbak.
W : Apakah hal itu terjadi setiap tahun?
N : Biasanya begitu mbak.
W : Kan biasanya ada operasi pasar dari pejabat terkait, apakah tidak berpengaruh?
N : Tidak mbak, paling turun waktu ada kunjungan, setelah itu naik lagi.
W : Baiklah pak, terimakasih banyak atas informasinya. Semoga dagangan bapak tetap laris ya Pak.
N : Sama-sama mbak, terimakasih atas doanya
W : Dari awal puasa, biasanya kapan puncak kenaikan harga terjadi?
N : Biasanya dari awal puasa terus merangkak naik hingga setelah lebaran mbak.
W : Apakah hal itu terjadi setiap tahun?
N : Biasanya begitu mbak.
W : Kan biasanya ada operasi pasar dari pejabat terkait, apakah tidak berpengaruh?
N : Tidak mbak, paling turun waktu ada kunjungan, setelah itu naik lagi.
W : Baiklah pak, terimakasih banyak atas informasinya. Semoga dagangan bapak tetap laris ya Pak.
N : Sama-sama mbak, terimakasih atas doanya
Komentar