Distribusi Produk Nyata (tangible) dan produk tidak nyata (intangibl
Distribusi merupakan suatu jalur yang
dilalui oleh arus barang-barang dari produsen ke perantara dan akhirnya sampai
pada pemakai (Angipora, 2002:295). Distribusi merupakan masalah lain yang akan
dihadapi perusahaan pada saat produk selesai diproses. Distribusi ini
menyangkut cara penyampaian produk ke tangan konsumen. Manajemen pemasaran
mempunyai peranan dalam mengevaluasi penampilan para penyalur. Bila perusahaan
merencanakan suatu pasar tertentu, yang pertama kali dipikirkan adalah siapa
yang akan ditunjuk sebagai penyalur di sana, atau berapa banyak yang bersedia
untuk menjadi penyalur di daerah itu. Hasil penelitian Satmoko, dkk (2005)
menyatakan bahwa distribusi berpengaruh positif dan signifikan terhadap
keputusan pembelian.
Produk dibagi menjadi
dua kelompok besar yaitu produk yang berbentuk barang (fisik) dan produk
berbentuk jasa (tidak berwujud). Namun secara jelas hampir tidak ada jenis
produk yang tidak tergantung satu sama lain. Strategi memasarkan produk yang
dominan berbentuk barang (fisik) sangat berbeda dengan produk yang dominan
jasa. Didalam pembahasan akan dibahas strategi memasarkan produk berbentuk
dominan jasa. Ada beberapa macam strategi yang perlu dikemukakan yaitu
penentuan segmentasi, targeting, posisioning, strategi produk dan distribusi
jasa, strategi penentuan harga jasa, strategi promosi dan komunikasi jasa,
strategi sumber daya manusia dalam pemasaran jasa. Dari berbagai macam strategi
tersebut maka akan diketahui strategi yang cocok dan sesuai dengan produk jasa
yang ditawarkan kepada konsumen. Tentunya untuk mencari strategi yang cocok dan
sesuai tergantung dari bentuk jasa yang dilakukan oleh perusahaan atau
organisasi. Dengan strategi yang cocok dan sesuai maka kepuasan konsumen akan
tercapai, apabila kepuasan tercapai maka pelanggan yang puas tersebut akan
loyal. Bentuk dari loyalitas tersebut adalah melakukan pembelian ulang,
melakukan positif word of mouth communication (getok tular positif) atau
merekomendasikan kepada pihak lain agar menggunakan jasa tersebut.
Suatu
produk sosial tidak akan bisa menjangkau khalayak apabila keberadaannya jauh
dari posisi khalayak. Oleh karenanya produk sosial harus didekatkan pada
khalayak agar mudah di akses. Caranya bisa dengan menempatkan dan
mendistibusikan produk sosial agar lebih dekat dengan khalayak. Penempatan dan
distribusi produk sosial yang tangible (nyata) tentunya
berbeda dengan produk sosial yang intangible (tidak nyata).
Distribusi
produk nyata (tangible) adalah kegiatan penyaluran barang dan jasa
yang dibuat dari produsen ke konsumen agar tersebar luas. Kegiatan
distribusi berfungsi mendekatkan produsen dengan konsumen sehingga barang
atau jasa dari seluruh indonesia atau luar indonesia dapat kita barang dan jasa
tersebut. Kegiatan distribusi merupakan penghubung antara kegiatan produksi dan
konsumsi. Pelaku kegiatan distribusi dinamakan distributor. Distribusi
merupakan kegiatan yang berada di antara sampai ke tangan konsumen. Barang yang
telah dihasilkan oleh produsen agar sampai ke tangan konsumen memerlukan adanya
lembaga yang disebut dengan distributor.
Dalam kenyataan tidak selamanya barang yang dihasilkan produsen untuk
sampai ke konsumen harus melewati distributor. Akan tetapi, dalam perekonomian
modern kegiatan distribusi memegang peranan yang penting. Lebih-lebih dengan
makin majunya teknologi transportasi yang mengakibatkan hubungan antarbangsa
menjadi lebih dekat. Hal ini mengakibatkan peranan distribusi makin penting
karena barang yang ada didalam negeri tetapi juga konsumen yang ada diluar
negeri.
Contoh
produknya, treatment methadone untuk adiksi narkoba, pemberian vaksin imunisasi,
3M untuk mencegah DBD, pembagian kondom, 3D untuk uang palsu. Distribusi produk
nyata dilakukan apabila tujuannya untuk mencapai target adopter
sebanyak-banyaknya maka harga harus dibuat serendah-rendahnya atau gratis.
Kalau tujuannya distribusi seimbang maka harganya harus fleksibel. Tetapi kalau
tujuannya untuk mengembalikan modal maka sebagian modal harus tertutup.
Proses
distribusi produk nyata dapat dilakukan seperti pada produk komersial. Dari
produser ke distrobutor, ke agen, ke pengecer baru ke pengguna. Misalnya obat
generik, dari produser akan didistribusikan ke instalasi-instalasi obat di
Rumah Sakit, didistribusikan ke apotik atau ke Puskesmas sehingga obat ini
mudah diakses oleh khalayak yang membutuhkan.
Distribusi
Produk Tidak Nyata (intangible) adalah kegiatan penyaluran
informasi melalui media komunikasi yang dapat mempengaruhi perilaku penerima
pesan. Contoh produknya, pelatihan media literacy, program penyadaran Hak Asasi
Manusia, program anti korupsi, deradikalisasi eks teroris. Berbeda dengan
produk sosial berupa ide atau praktik, produk tipe intangible dapat
didistribusikan melalui komunikasi. Didalamnya ada unsur komunikator yaitu
pihak yang akan meyampaikan pesan, pesan yang mau disampaikan, media/saluran
yang akan digunakan untuk menyampaikan pesan, komunikan/khalayak sasaran yang
akan menerima pesan, dan efek yang diharapkan terjadi pada khalayak sasaran.
1. Saluran
Distribusi Produk Nyata (tangible)
a) Saluran Konsumen
i) Produsen
ke konsumen merupakan sosial marketer yang mendistribusikan produk langsung ke
konsumen tanpa ada perantara.
ii) Produsen
ke pengecer kemudian ke konsumen merupakan sosial marketer yang
mendistribusikan produk ke pengecer kemudian dari pengecer di distribusikan ke
konsumen.
iii) Produsen
ke pedagang grosir kemudian ke pengecer lalu ke konsumen merupakan sosial
marketer yang mendistribusikan produk ke pedagang grosir terlebih dahulu
kemudian di distribusikan ke pengecer lalu dari pengecer ke konsumen.
b) Saluran Industri
i) Producer
|
|
V
Buyer
Sangat popular, khususnya untuk
barang-barang yang mahal yang membutuhkan pelayanan pasca beli. Hanya ada
sedikit konsumen yang biasanya terpisah secara geografis.
ii) Producer
|
|
V
BB distributor
|
|
V
Buyer
Digunakan jika konsumen sangat banyak,
contohnya untuk barang habis pakai.
iii) Producer
|
|
V
Agent
|
|
V
Buyer
Dilakukan jika perusahaan tidak
membutuhkan departemen pemasaran atau tenaga penjualan , maka tugas ini akan
dilakukan oleh agen perusahaan.
iv) Producer
|
|
V
Agent
|
|
V
Distributor
|
|
V
Buyer
Sama seperti diatas, tetapi konsumen
lebih banyak , misalnya di ekspor.
2. Saluran Distribusi Produk Tidak Nyata (intangible)
Menurut
Kotler, 1989 menggambarkan bahwa terdapat tiga alur distribusi produk
sosial intangible sebagai berikut :
The one step flow model merupakan sosial
marketer mendistribusikan produk sosial langsung kepada khalayak sasaran.
The two step flow model merupakan sosial
marketer mendistribusikan produk sosial melalui media yang kemudian membawanya
kepada initial adopter yang selanjutnya akan menyampaikan langsung kepada
khalayak sasaran terakhir.
The multi step flow model merupakan
sosial marketer mendistribusikan produk sosial melalui jakur distribusi yang
lebih rumit. Disini sosial marketer akan menyampaikan produk sosialnya kepada
agen periklanan dan media terlebih dahulu. Kemudian akan membawanya kepada initial
adopter yang selanjurnya akan disampaikan langsung kepada khalayak sasaran
terakhir.
Produk intangible dapat
didistribusikan melalui komunikasi. Adapun alur dari komunikasi itu sendiri
adalah sebagai berikut :
Dalam membina kerja sama dalam kelompok
inilah yang nantinya di gunakan dalam rangka membina koordinasi kesatuan gerak
arah yang sesuai dengan arah dan tujuan organisasi. Agar tercapai koordinasi
dalam kerjasama itu sangat penting di laksanakannya komunikasi yang
setepat-tepatnya dan seefektif mungkin sehingga koordinasi dan kerja sama
benar-benar dapat dilaksanakan setepat-tepatnya juga. Pengambilan keputusan
juga sangat memerlukan komunikasi yang setepat-tepatnya, karena dalam akhir
dari pengambilan keputusan tersebut hendaknya juga merupakan pencerminan dari
adanya koordinasi dan kerjasama yang tercipta dalam lingkungan perusahaan atau
lingkungan organisasi.
Strategi Pendekatan Distribusi Produk Nyata (tangible)
a) Penentuan
segmentasi yaitu membagi pasar heterogen menjadi pasar yang homogen, penentuan
targeting adalah evaluasi dari segementasi yang diwujudkan dengan pasar sasaran
yang tepat atau pasar yang hendak dibidik, penentuan posisioning adalah
perusahaan harus dapat menunjukkan ke unggulan-keunggulannya di bandingkan
dengan produk pesaing.
b) Strategi produk
dan distribusi jasa, untuk distribusi jasa perusahaan mempunyai 3 pilihan yaitu
apakah konsumen mendatangi penyedia jasa, penyedia jasa men datangi konsumen
atau transaksi bisnis jasa dilakukan melalui kepanjangan tangan perusahaan.
c) Strategi
penentuan harga jasa,. Harga merupakan satu-satunya unsur bauran pemasaran yang
memberi kan pendapatan bagi organisasi. Keputusan mengenai harga (terutama
dalam konteks pemasaran jasa) tidak mudah dilakukan. Di satu sisi, harga yang
terlalu mahal bisa meningkatkan laba jangka pendek, tetapi di sisi lain akan
sulit dijangkau konsumen dan sukar bersaing dengan kompetitor. Dalam kasus
tertentu, harga yang terlampau mahal bisa diprotes lembaga konsumen dan bahkan
mengundang campur tangan pemerintah untuk menurunkannya. Selain itu,
margin laba yang besar cenderung menarik para pesaing untuk masuk ke industri
yang sama. Sedangkan bila harga terlalu murah, pangsa pasar bisa melonjak,
namun margin kontribusi dan laba bersih yang diperoleh akan berkurang.
d) Strategi promosi dan
komunikasi jasa, hal yang penting dari promosi dan komunikasi adalah
menginformasikan dan mendidik calon pelanggan tentang perusahaan dan ciri-ciri
barang dan jasa yang ditawarkannya, membujuk pelanggan sasaran bahwa produk
jasa tertentu menawarkan solusi terbaik bagi kebutuhan–kebutuhan mereka,
dibandingkan dengan yang ditawarkan perusahaan-perusahaan pesaing, mengingatkan
kembali pelanggan tentang produk tersebut dan memotivasi mereka untuk melakukan
pembelian ulang, memelihara hubungan dengan pelanggan yang sudah ada dan
memberikan berita terbaru dan informasi lebih jauh tentang bagai mana
mendapatkan hasil terbaik dari produk-produk perusahaan tersebut.
e) Strategi
sumber daya manusia dalam pemasaran jasa. Kesuksesan pemasaran jasa sangat
tergantung Sumber Daya Manusia yang dimiliki. Apalagi untuk mencapai hasil yang
optimal diperlukan keterlibatan langsung antara penyedia jasa dengan
konsumennya.
Strategi
Pendekatan Distribusi Produk Tidak Nyata (intangible)
a) Mengembangkan
kebijakan publik berwawasan sehat (build health public policy).
Kebijakan promosi kesehatan mengkombinasikan pendekatan yang berbeda tapi
saling terkait mencakup perubahan perundang-undangan, pengukuran fiskal, pajak
dan perubahan organisasi. Harus ada aksi yang terkordinir yang mengarah pada
kebijakan kesehatan, penghasilan dan kebijakan umum yang mempercepat upaya
kesetaraan/keadilan yang lebih baik. Kerja sama aksi membantu jaminan pelayanan
yang lebih aman, lebih sehat, lebih bersih, dan lingkungan yang lebih nyaman.
Kebijakan membutuhkan upaya identifikasi hambatan-hambatan dalam mengadopsi
kebijakan umum yang sehat untuk sektor non-kesehatan dan cara mengatasi
hambatan tersebut. Dalam menentukan sasaran harus dapat menciptakan berbagai
pilihan yang lebih sehat dan lebih mudah bagi pembuat kebijakan.
b) Menciptakan
lingkungan yang mendukung (supportive environment). Kaitan yang
tidak dapat terpisahkan antara manusia dan lingkungannya merupakan dasar
pendekatan sosio-ekologis untuk kesehatan. Seluruh prinsip dasar bagi dunia,
negara, wilayah dan masyarakat pada umumnya merupakan suatu kebutuhan untuk
mendorong saling menjaga, saling menolong sesama anggota masyarakat dan menjaga
kelestarian lingkungan. Perkiraan yang sistematik dari dampak kesehatan yang
diakibatkan oleh perubahan lingkungan yang cepat khususnya dibidang teknologi,
pekerjaan, produksi bahan bakar dan urbanisasi merupakan hal penting dan harus
diikuti oleh aksi untuk menjamin manfaat yang positif bagi kesehatan
masyarakat. Pelestarian dan perlindungan terhadap lingkungan dan sumber daya
alam harus dicanangkan dalam setiap strategi.
c) Memperkuat
aksi/gerakan masyarakat (strengthening community action).
Pengembangan masyarakat diarahkan untuk mencari potensi diri dan sumber data
materi yang ada dalam masyarakat guna meningkatkan kemandirian dan dukungan
sosial untuk mengembangkan sistem yang fleksibel guna merangsang keterlibatan
masyarakat dalam setiap program kesehatan.
d) Pengembangan
keterampilan perseorangan (develop personal skills). Menyediakan
kemungkinan orang untuk belajar melalui pengalaman hidup sehari-hari,
menyiapkan diri menghadapi masalah penyakit dan kecelakaan merupakan hal yang
sangat penting. Kesempatan ini dapat difasilitasi pada tatanan sekolah, rumah
tangga, tempat kerja serta pada tatanan masyarakat umum. Aksi-aksi ini
diperlukan melalui institusi pendidikan, profesi, komersial dan lembaga swadaya
masyarakat (LSM).
e) Reorientasi
sistem pelayanan kesehatan (reorient health services). Peran sektor
pelayanan kesehatan harus bergerak dengan cepat mengikuti arah perkembangan
program-program promosi kesehatan disamping tanggung jawabnya dalam
menyelenggarakan pelayanan klinis dan kuratif. Pelayanan kesehatan harus
mempertimbangkan kepekaan sosiobudaya seperti adat, tradisi, dan kebiasaan
serta kebutuhan masyarakat setempat. Reorientasi upaya pelayanan kesehatan juga
harus menaruh perhatian pada riset-riset kesehatan serta perubahan yang terjadi,
arah pendidikan profesi dan pendidikan keterampilan orientasi ini harus dapat
menciptakan atau merangsang suatu perubahan sikap, perilaku, dan perubahan
organisasi pelayanan kesehatan yang berfokus pada kebutuhan total individu
sebagai manusia seutuhnya.
Komentar