Makalah | Pengembangan Program Pembelajaran Sains Untuk Anak Usia Dini (AUD)
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan dan pengembangan pembelajaran sains bagi anak usia dini sangatlah penting. Pendidikan sains hendaklah bersifat segera dan wajib diberikan pada setiap anak usia dini. Selama ini anak usia dini keliru karena telah memandang sains sebagai sesuatu pelajaran yang sulit dan membosankan. Kekeliruan anak usia dini itu harus dihentikan dan dicarikan solusinya. Para pengajar dan pendidik sains harus meningkatkan kemampuannya dalam memperkenalkan sains pada anak - anak, baik dalam melihat dan mengungkapkan isi sains ( discovery content ), dalam mengkaji dan mengungkapkan proses sains ( utilization of process ), maupun dalam melekatkan sikap sains ( scientist personality ), sehingga dapat mengantar anak pada pemahaman yang benar tentang sains dan ruang lingkupnya.
Oleh karena itu kami kelompok 4 akan menguraikan secara rinci tentang berbagai hal yang terkait dengan program pengembangan pembelajaran sains untuk anak usia dini.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja ruang lingkup program pembelajaran sains untuk AUD ?
2. Apa saja model program pengembangan sains untuk AUD ?
3. Bagaimana Pendekatan dan strategi pembelajaran sains untuk AUD ?
4. Bagaimana cara pengembangan keterampilan proses sains untuk AUD ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui ruang lingkup program pembelajaran sains untuk AUD
2. Untuk mengetahui model program pengembangan sains untuk AUD
3. Untuk mengetahui pendekatan dan strategi pembelajaran sains untuk AUD
4. Untuk mengetahui cara pengembangan keterampilan proses sains untuk AUD
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A. Ruang Lingkup Program Pembelajaran Sains Untuk AUD
Secara umum yang menjadi wilayah garapan pembelajaran sains meliputi dua dimensi besar, pertama dilihat dari isi bahan kajian dan kedua dilihat dari bidang pengembangan atau kemampuan yang akan di capai. Abruscato dalam Nugraha (2005: 99) mengemukakan bahwa ruang lingkup sains dilihat dari isi bahan kajian meliputi materi atau disiplin yang terkait dengan bumi dan jagat raya (ilmu bumi), ilmu-ilmu hayati (biologi), serta bidang kajian fisika dan kimia.
Isi bahan kajian bidang yang terkait dengan jagat raya (ilmu tentang bumi), mempresentasikan tentang pengetahuan-pengetahuan yang benar mengenai alam semesta dan bagian-bagiannya.Yang termasuk dalam kelompok ini meliputi astronomi, geologi, meteorology.
Tetapi topik-topik umum untuk pembelajaran anak usia dini, biasanya meliputi :
- Pengetahuan
tentang binatang, matahari dan planet
- Kajian tentang
tanah, batuan dan pegunungan, serta
- Kajian tentang
cuaca dan musim.
Sedangkan isi bahan kajian terkait
dengan ilmu-ilmu hayati atau biologi meliputi botani, zoology, dan ekologi. Dan
khusus lingkup kajian untuk pendidikn anak usia dini, biasanya meliputi :
- Studi tentang
tumbuh-tumbuhan
- Studi tentang
binatang atau hewan
- Studi tentang
hubungan antara tumbuhan dan hewan, serta
- Studi tentang
hubungan antara aspek-aspek kehidupan dengan lingkungannya.
Ruang lingkup program
pengembangan pembelajaran sains apabila ditinjau dari bidang pengembangan atau
kemampuan yang harus dicapai, maka terdapat tiga dimensi yang semestinya
dikembangkan bagi anak usia dini yaitu meliputi kemampuan terkait dengan
penguasaaan produk sains, penguasaan proses sains dan penguasaan sikap-sikap
sains (jiwa ilmuan).
B. Model Program Pengembangan Pembelajaran Sains untuk AUD
Jurnal yang berjudul Pengembangan Model Pembelajaran Sains Bagi Siswa MI/SD (Murtono, 130) menejelaskan bahwa model pembelajaran adalah suatu pola pembelajaran yang dapat menerangakan proses , menyebutkan dan menghasilkan lingkkungan belajar tertentu sehingga peserta didik dapat berinteraksi yang selanjutnya berakibat terjadinya perubahan tingakah laku siswa secara khusus.
Terdapat beberapa model pengembangan program pembelajaran atau kurikulum yang dapat dijadikan pedoman dalam pengembangan program pembelajaran sains pada anak usia dini. Tytler dalam Samatowa (2010: 57 ) menyatakan bahwa setiap model memiliki fase-fase dengan istilah yang berbeda, tetapi pada dasarnya memiliki tujuan yang sama, yaitu :
a. Menggali gagasan siswa
b. Mengadakan klarifikasi dan perluasan terhadap gagasan tersebut
c. Merefleksikannya secara eksplisit.
Menurut pandangan konstruktivis dalam Samatowa (2012: 63 ) dalam proses pembelajaran sains seyogianya disediakan serangkaian pengalaman berupa kegiatan nyata yang rasional atau dapat dimengerti siswa dan memungkinkan terjadi interaksi sosial. Dengan kata lain saat proses belajar berlangsung siswa harus terlibat secara langsung dengan kegiatan nyata.
Hasil kajian selama ini, secara umum terdapat tiga pendekatan utama dalam pengembangan kurikulum sains pada jenjang pendidikan anak usia dini, yaitu :
1. Pendekatan yang bersifat situasional
Pendekatan yang bersifat situasional adalah pembahasan tentang sains akan di ulas secara lebih mndalam apabila dalam pembelajaran muncul fenomena yang terkait dengan tuntutan pembahasan konsep dan pengalaman dan pengalaman sains pada sasaran belajar.
Jadi pendekatan ini sangat ditentukan oleh muncul atau tidaknya konteks sains dalam pembelajaran yang sedang dilakukan. Jika muncul maka pembelajaran akan segera disesuaikan dan diarahkan pada pembahasan sains, tetapi jika tidak muncul maka pembelajaran akan dilanjutkan sebagaimana semestinya. Dengan kata lain pendekatan ini dapat dikatakan sebagai program pengembangan pmbelajaran sains yang berdasarkan situasi spontanitas (spontanous based treatment) sebagai titik awal (execellent starting point) untuk menjelaskan sains pada anak.
Haren dan Jelly dalam Nugraha (2005: 104-105 ) menyebutkan bahwa pendekatan tersebut sebagai pendekatan yang bersifat sensitif (sensitif approach ) yaitu strategi pengembangan pembelajaran sains yang didasarkan atas kepekaan terhadap situasi kelas atau pembelajaran yang terjadi. Jadi pembelajaran sains akan diperkenalkan pada anak sesuai dengan perkembangan anak itu sendiri dan situasi kelas, jika ada kesempatan maka harus di fasilitasi secara optimal. Hal tersebut dikarenakan memang anak itu bersifat spontan, yang ia ingin ketahui seringkali langsung ia tanyakan kepada guru atau orang dewasa lainnya. Kemuncuan itu sendiri, dapat saja di awal pembelajaran, di tengah-tengah pembelajaran ataupun jelang-jelang akhir pembelajaran yang sedang dilakukan dilaksanakan.
2. Pendekatan yang bersifat terpisah atau tersendiri.
Pendekatan yang bersifat terpisah atau tersendiri diartikan sebagai program pengembangan pembelajaran sains dikemas secara khusus dan tersendiri. Pembelajaran sains diberikan waktu tersendiri sebagaimana bidang pengembangan lainnya dalam pendidikan anak usia dini, pembelajaran sains di setting (dirancang) secara khusus sesuai dengan karakteristik anak yang sesuai (relevant) dengan tuntutan penguasaan sains. Jadi pengembangan pembelajaran sains bersifat regular karena memiliki waktu dan tempat khusus dalam program (kurikulum) pendidikan anak usia dini yang ada.
Program sains tidak tergantung program lainnya, walaupun tetap prinsip-prinsip pengembangannya harus mengacu pada landasan pengembangan program (kurikulum) pada umumnya. Jadi program pengembangan pembelajaran sains sederajat dan berdampingan denga program program pengembangan lainnya dalam sistem pendidikan yang ada. Haren dan Jelly dalam Nugraha (2005: 106) menyatakan bahwa untuk model pengembangan kurikulum pembelajaran sains seperti ini, menyebutnya dengan istilah separate lessons, maksudnya adalah program sains direncanakan secara mandiri dan terpisa, dengan alokasi waktu dan jam belajar tersendiri.
Secara tegas, Haren dan Jelly menyatakan, untuk mengemas program sains dengan pendekatan tersebut , para pengembang diberikan keleluasaan dan otoritas (kewenangan) yang tinggi. Pengembang sains tidak di bebani tuntutan untuk menyelaraskan dan mengharmoniskan progra yang dibuatnya dengan program yang di buat untuk mengembangkan bidang lainnya. Pikiran yang harus ada dalam pengembang adalah plot waktu untuk sains anak, dan isilah dengan program yang optimal sesuai karakteristik sains itu sendiri dan karakteristik anak sebagai sasaran pengembangan.
3. Pendekatan yang bersifat merger atau terintregasi dengan disiplin lain atau bidang pengembangan lain
Dalam pendekatan ini, program sains dikembangkan dengan cara digabungkan secara formal dan sistematis dengan bidang pengembangan atau displin ilmu lainnya. Sehingga dalam program, pengembangan pembelajaran sains merupakan bagian dari suatu program kurikulum yang lebih luas dan terpadu sifatnya. Jadi dalam pengorganisasiannya, para pengembang program harus mampu melihat secara seksama karakteristik dari setiap bidang yang diintegrasikan dengan bidang sains tersebut.
Disiplin atau bidang pengembangan lain yang diintegrasikan dapat bersifat terbatas, maupun terbuka secara luas dan tanpa dibatasi secara khusus. Contoh pengintegrasian program sainsyang dilihat berdasarkan isi bahan kajian misalnya : penggabungan sains dan matematika, penggabungan sains dan sejarah, penggabungan sains dan olahraga, dan sebagainya. Sedangkan contoh penggabungan program sains dilihat dari dimensi pengembangan kemampuan, diantaranya : sains, keterampilan, bahasa, moral, agama, dan sebagainya menjadi satu kesatuan yang utuh.
Beberapa saran yang harus diperhatikan oleh para guru sains ketika mengembangkan program sains secara umum, daintaranya :
B. Model Program Pengembangan Pembelajaran Sains untuk AUD
Jurnal yang berjudul Pengembangan Model Pembelajaran Sains Bagi Siswa MI/SD (Murtono, 130) menejelaskan bahwa model pembelajaran adalah suatu pola pembelajaran yang dapat menerangakan proses , menyebutkan dan menghasilkan lingkkungan belajar tertentu sehingga peserta didik dapat berinteraksi yang selanjutnya berakibat terjadinya perubahan tingakah laku siswa secara khusus.
Terdapat beberapa model pengembangan program pembelajaran atau kurikulum yang dapat dijadikan pedoman dalam pengembangan program pembelajaran sains pada anak usia dini. Tytler dalam Samatowa (2010: 57 ) menyatakan bahwa setiap model memiliki fase-fase dengan istilah yang berbeda, tetapi pada dasarnya memiliki tujuan yang sama, yaitu :
a. Menggali gagasan siswa
b. Mengadakan klarifikasi dan perluasan terhadap gagasan tersebut
c. Merefleksikannya secara eksplisit.
Menurut pandangan konstruktivis dalam Samatowa (2012: 63 ) dalam proses pembelajaran sains seyogianya disediakan serangkaian pengalaman berupa kegiatan nyata yang rasional atau dapat dimengerti siswa dan memungkinkan terjadi interaksi sosial. Dengan kata lain saat proses belajar berlangsung siswa harus terlibat secara langsung dengan kegiatan nyata.
Hasil kajian selama ini, secara umum terdapat tiga pendekatan utama dalam pengembangan kurikulum sains pada jenjang pendidikan anak usia dini, yaitu :
1. Pendekatan yang bersifat situasional
Pendekatan yang bersifat situasional adalah pembahasan tentang sains akan di ulas secara lebih mndalam apabila dalam pembelajaran muncul fenomena yang terkait dengan tuntutan pembahasan konsep dan pengalaman dan pengalaman sains pada sasaran belajar.
Jadi pendekatan ini sangat ditentukan oleh muncul atau tidaknya konteks sains dalam pembelajaran yang sedang dilakukan. Jika muncul maka pembelajaran akan segera disesuaikan dan diarahkan pada pembahasan sains, tetapi jika tidak muncul maka pembelajaran akan dilanjutkan sebagaimana semestinya. Dengan kata lain pendekatan ini dapat dikatakan sebagai program pengembangan pmbelajaran sains yang berdasarkan situasi spontanitas (spontanous based treatment) sebagai titik awal (execellent starting point) untuk menjelaskan sains pada anak.
Haren dan Jelly dalam Nugraha (2005: 104-105 ) menyebutkan bahwa pendekatan tersebut sebagai pendekatan yang bersifat sensitif (sensitif approach ) yaitu strategi pengembangan pembelajaran sains yang didasarkan atas kepekaan terhadap situasi kelas atau pembelajaran yang terjadi. Jadi pembelajaran sains akan diperkenalkan pada anak sesuai dengan perkembangan anak itu sendiri dan situasi kelas, jika ada kesempatan maka harus di fasilitasi secara optimal. Hal tersebut dikarenakan memang anak itu bersifat spontan, yang ia ingin ketahui seringkali langsung ia tanyakan kepada guru atau orang dewasa lainnya. Kemuncuan itu sendiri, dapat saja di awal pembelajaran, di tengah-tengah pembelajaran ataupun jelang-jelang akhir pembelajaran yang sedang dilakukan dilaksanakan.
2. Pendekatan yang bersifat terpisah atau tersendiri.
Pendekatan yang bersifat terpisah atau tersendiri diartikan sebagai program pengembangan pembelajaran sains dikemas secara khusus dan tersendiri. Pembelajaran sains diberikan waktu tersendiri sebagaimana bidang pengembangan lainnya dalam pendidikan anak usia dini, pembelajaran sains di setting (dirancang) secara khusus sesuai dengan karakteristik anak yang sesuai (relevant) dengan tuntutan penguasaan sains. Jadi pengembangan pembelajaran sains bersifat regular karena memiliki waktu dan tempat khusus dalam program (kurikulum) pendidikan anak usia dini yang ada.
Program sains tidak tergantung program lainnya, walaupun tetap prinsip-prinsip pengembangannya harus mengacu pada landasan pengembangan program (kurikulum) pada umumnya. Jadi program pengembangan pembelajaran sains sederajat dan berdampingan denga program program pengembangan lainnya dalam sistem pendidikan yang ada. Haren dan Jelly dalam Nugraha (2005: 106) menyatakan bahwa untuk model pengembangan kurikulum pembelajaran sains seperti ini, menyebutnya dengan istilah separate lessons, maksudnya adalah program sains direncanakan secara mandiri dan terpisa, dengan alokasi waktu dan jam belajar tersendiri.
Secara tegas, Haren dan Jelly menyatakan, untuk mengemas program sains dengan pendekatan tersebut , para pengembang diberikan keleluasaan dan otoritas (kewenangan) yang tinggi. Pengembang sains tidak di bebani tuntutan untuk menyelaraskan dan mengharmoniskan progra yang dibuatnya dengan program yang di buat untuk mengembangkan bidang lainnya. Pikiran yang harus ada dalam pengembang adalah plot waktu untuk sains anak, dan isilah dengan program yang optimal sesuai karakteristik sains itu sendiri dan karakteristik anak sebagai sasaran pengembangan.
3. Pendekatan yang bersifat merger atau terintregasi dengan disiplin lain atau bidang pengembangan lain
Dalam pendekatan ini, program sains dikembangkan dengan cara digabungkan secara formal dan sistematis dengan bidang pengembangan atau displin ilmu lainnya. Sehingga dalam program, pengembangan pembelajaran sains merupakan bagian dari suatu program kurikulum yang lebih luas dan terpadu sifatnya. Jadi dalam pengorganisasiannya, para pengembang program harus mampu melihat secara seksama karakteristik dari setiap bidang yang diintegrasikan dengan bidang sains tersebut.
Disiplin atau bidang pengembangan lain yang diintegrasikan dapat bersifat terbatas, maupun terbuka secara luas dan tanpa dibatasi secara khusus. Contoh pengintegrasian program sainsyang dilihat berdasarkan isi bahan kajian misalnya : penggabungan sains dan matematika, penggabungan sains dan sejarah, penggabungan sains dan olahraga, dan sebagainya. Sedangkan contoh penggabungan program sains dilihat dari dimensi pengembangan kemampuan, diantaranya : sains, keterampilan, bahasa, moral, agama, dan sebagainya menjadi satu kesatuan yang utuh.
Beberapa saran yang harus diperhatikan oleh para guru sains ketika mengembangkan program sains secara umum, daintaranya :
- Sebelum memulai
pengembangan program pembelajaran hendaklah gur sudah meyakinkan diri
bahwa dia sudah memahami perkembangan dan karakteristik anak secara
memadai
- Sebelum memulai
pengembangan program pembelajaran hendaklah guru sudah meyakinkan diri
bahwa dia sudah memahami ruang lingkup program sains, baik dari dimensi
isi, bahan kajian, maupun dari dimensi pengembangan kemampuan anak.
- Jika rambu-rambu 1
dan atau 2, tidak terpenuhi hendaklah dalam pengembangan program
pembelajaran sains anda melakukannya secara kelompok (teamwork). Bahkan
jika diperlukan dan memungkinkan tim anda mengundang ahli khusus atau
konsultan, sehingga anda dan tim dapat bekerja denga optimal.
- Bentuk dan wujud
program sains yang dapat dihasilkan oleh anda dan atau tim, dapat berupa
program 1 tahun, semester, catur wulan, bulan, minggu atau hari atau
insidental. Jadi dapat disesuaikan dengan kebutuhaan lembaga dan
kepentingan program lain secara keseluruhan.
- Sebaiknya
diinventarisir seluruh yang dapat memberikan kontribusi (sumbangan )
terhadap pengembangan pembelajaran sains di tempat anda, sehingga program
sains mendapatkan dukungan semua pihak (total environtment)
- Kemasalah isi
program yng mempehatikan prinsip-prinsip kekseimbangan, keluwesan,
kesinambungan, kebermaknaan dan fungsionalitas. Sehingga program yang
dihasilkan lebih adaptif terhadap berbagai perubahan kondisi lingkungan
belajar, apalagi beberapa karakteristik anak usia dini menunjukkan sifat yang
amat situasional.
C. Pendekatan Dan Strategi
Pembelajaran Sains untuk AUD
Secara umum terdapat dua pendekatan yaitu pendekatan yang berorientasi pada guru (teacher centered) dan pendekatan yang berorientasi pada anak ( student centered).
Pendekatan yang bersifat teacher centered, maksudnya adalah otoritas dan dominasi aktifitas, interaksi, dan komunikasi dalam pembelajaran cenderung dikuasai oleh guru atau pengajar. Bahkan lebih jauh, otoritas guru mulai dari perencanaan, pelaksanaan, evaluasi hingga penentuan dan pengambilan keputusan tentang perkembangan, kemajuan dan hasil akhir dari pembelajaran. Porsi yang diberikan kapada anak atau anak, meskipun disediakan tapi ruang nya amat terbatas. Sedangkan pendekatan student centered, adalah berdimensi sebaliknya, sistem pembelajaran memberikan porsi dan lahan luas kepada peserta didik untuk terlibat dan aktif dalam proses pembelajaran. Beberapa pengajar, dalam pelibatan anak hingga menyentuh level perencanaan dan penilaian kemajuan, termasuk pengambilan keputusan atas kegiatan pembelajaran yang dilaksakannya.
Yulianti (2010 : 24-29 ) menyatakan bahwa pendekatan pembelajaran sains pada anak usia dini ( Taman Kanak- Kanak ) hendaknya memperhatikan prinsip – prinsip yang berorientasi pada kebutuhan anak dengan memperhatikan hal - hal berikut :
1. Berorientasi pada Kebutuhan dan Perkembangan Anak
Salah satu kebutuhan perkembangan anak adalah rasa aman. Oleh karena itu jika kebutuhan fisik anak terpenuhi dan merasa aman secara psikologis, maka anak akan belajar dengan baik. Di samping itu perlu diperhatikan bahwa siklus belajar Taman Kanak – kanak adalah berulang dengan memperhatikan perbedaan individu.
Minat yang tumbuh akan memotivasi belajarnya, sedangkan anak akan belajar melalui interaksi sosial dengan orang dewasa dan anak – anak lainnya. Tak terkecuali dalam pembelajaran sains, minat sains anak dapat dibangkitkan melalui bermain sains yang dirancang dengan aman untuk anak, dirancang agar anak bisa bersosialisasi dengan teman, membangkitkan motivasi dan rasa ingin tahu. Guru jangan malas untuk selalu mengulang pertanyaan untuk membangkitkan minatnya dan mengulang untuk menegaskan jawaban yang benar.
2. Bermain Sambil Belajar
Bermain merupakan pendekatan dalam melaksanakan kegatan pembelajaran pada anak – anak dini. Untuk itu dalam memeberikan pendidikan pada usia dini harus dilakukan dalam situasi yang menyenangkan sehingga anak tidak merasa bosan dalam mengikuti pelajaran. Bermain bagi anak juga merupakan suatu porses kreatif untuk bereksplorasi, mempelajari keterampilan yang baru dan bermain dapat menggunakan simbol untuk menggambarkan dunianya. Pembelajaran harus dirancang sedemekian sehingga melalui bermain anak – anak menemukan konsep dengan suasana yang menyenangkan dan tidak terasa telah belajar sesuatu dalam suasana bermain yang menyenangkan.
Manfaat bermain sambil belajar sains pada aspek – aspek perkembangan anak, diantaranya adalah :
a. Aspek Perkembangan Motorik Kasar dan Halus
Berbagai penelitian menununjukkan bahwa bermain memungkinkan anak bergerak secra bebas sehingga mampu mengembangkan kemampuan motoriknya. Dia belajar memanjat, melangkah, melompat dan sebagainya.
b. Aspek Perkembangan Kognisi
Piaget dalam Yulianti (2010 : 28), anak akan memahami pengetahuan melalui interaksi dengan objek yand ada di lingkungan sekitarnya. Pada saat bermain sambil belajar sains anak memiliki kesempatan untuk mengetahui objek – objek dengan cara mengamati, menyentuh, mencium, dan mendengarkan.
c. Aspek Perkembangan Sosial
Ketika anak sedang bermain sambil belajar sains anak dapat belajar bersosialisasi dan berkelompok sehingga membuka peluang untuk berinteraksi dengan anak atau orang lain. Interaksi tersebut mengajarkan kepada anak cara merespon, memberi dan menerima, menolak dan menyetujui ide atau perilaku anak lain.
d. Aspek Perkembangan Bahasa
Pada saat bermain sambil belajar sains anak dilatih mengemukakan bahasa untuk berkomunikasidan menyatakan ide atau pikirannya.
e. Aspek Perkembangan Moral
Setiap permainan mempunyai aturan. Aturan akan dikenalkan oleh teman bermain sedikit demi sedikit, tahap demi tahap sampai anak memahami aturan bermain. Oleh karena itu, bermain akan melatih anak menyadari adanya aturan dan pentingnya mematuhi aturan. Hal ini merupakan tahap awal dari perkembangan moral.
3. Selektif, Kreatif dan Inovatif
Materi sains yang disajikan dipilih sedemikian rupa sehingga dapat disajikan melaui bermain. Pengeloaan pembelajaran hendaknya juga dilakukan dengan cara dinamis. Artinya anak tidak hanya dijadikan sebagai objek, tetapi juga sebagai subjek dalam pembelajaran. Oleh karena itu dibutuhkan kreativitas dan inovasi guru dalam menyusun pembelajaran sains.
Mengenalkan sains kepada anak dapat dilakukan dengan cara mengamati dan menyelidiki fenomena di lingkungan sekitar. Anak juga dapat diajak beljar sains melalui permainan dengan berbagai macam benda, misalnya air, kertas, tanah liat, daun – daunan dan pohon sekitar sekolah dan sebagainya.
D. Pengembangan Keterampilan Proses Sains untuk AUD
Anita Chandra Dewi dalam skripsi Novitahadsari yang berjudul Peningkatan Keterampilan Mengkomunikasikan Sains melalui Media Grafis pada Anak Kelompok B TK ABA Balerante Sleman Yogyakarta ( 2014: 12 ) menyatakan bahwa, aspek – aspek keterampilan proses meliputi :
Secara umum terdapat dua pendekatan yaitu pendekatan yang berorientasi pada guru (teacher centered) dan pendekatan yang berorientasi pada anak ( student centered).
Pendekatan yang bersifat teacher centered, maksudnya adalah otoritas dan dominasi aktifitas, interaksi, dan komunikasi dalam pembelajaran cenderung dikuasai oleh guru atau pengajar. Bahkan lebih jauh, otoritas guru mulai dari perencanaan, pelaksanaan, evaluasi hingga penentuan dan pengambilan keputusan tentang perkembangan, kemajuan dan hasil akhir dari pembelajaran. Porsi yang diberikan kapada anak atau anak, meskipun disediakan tapi ruang nya amat terbatas. Sedangkan pendekatan student centered, adalah berdimensi sebaliknya, sistem pembelajaran memberikan porsi dan lahan luas kepada peserta didik untuk terlibat dan aktif dalam proses pembelajaran. Beberapa pengajar, dalam pelibatan anak hingga menyentuh level perencanaan dan penilaian kemajuan, termasuk pengambilan keputusan atas kegiatan pembelajaran yang dilaksakannya.
Yulianti (2010 : 24-29 ) menyatakan bahwa pendekatan pembelajaran sains pada anak usia dini ( Taman Kanak- Kanak ) hendaknya memperhatikan prinsip – prinsip yang berorientasi pada kebutuhan anak dengan memperhatikan hal - hal berikut :
1. Berorientasi pada Kebutuhan dan Perkembangan Anak
Salah satu kebutuhan perkembangan anak adalah rasa aman. Oleh karena itu jika kebutuhan fisik anak terpenuhi dan merasa aman secara psikologis, maka anak akan belajar dengan baik. Di samping itu perlu diperhatikan bahwa siklus belajar Taman Kanak – kanak adalah berulang dengan memperhatikan perbedaan individu.
Minat yang tumbuh akan memotivasi belajarnya, sedangkan anak akan belajar melalui interaksi sosial dengan orang dewasa dan anak – anak lainnya. Tak terkecuali dalam pembelajaran sains, minat sains anak dapat dibangkitkan melalui bermain sains yang dirancang dengan aman untuk anak, dirancang agar anak bisa bersosialisasi dengan teman, membangkitkan motivasi dan rasa ingin tahu. Guru jangan malas untuk selalu mengulang pertanyaan untuk membangkitkan minatnya dan mengulang untuk menegaskan jawaban yang benar.
2. Bermain Sambil Belajar
Bermain merupakan pendekatan dalam melaksanakan kegatan pembelajaran pada anak – anak dini. Untuk itu dalam memeberikan pendidikan pada usia dini harus dilakukan dalam situasi yang menyenangkan sehingga anak tidak merasa bosan dalam mengikuti pelajaran. Bermain bagi anak juga merupakan suatu porses kreatif untuk bereksplorasi, mempelajari keterampilan yang baru dan bermain dapat menggunakan simbol untuk menggambarkan dunianya. Pembelajaran harus dirancang sedemekian sehingga melalui bermain anak – anak menemukan konsep dengan suasana yang menyenangkan dan tidak terasa telah belajar sesuatu dalam suasana bermain yang menyenangkan.
Manfaat bermain sambil belajar sains pada aspek – aspek perkembangan anak, diantaranya adalah :
a. Aspek Perkembangan Motorik Kasar dan Halus
Berbagai penelitian menununjukkan bahwa bermain memungkinkan anak bergerak secra bebas sehingga mampu mengembangkan kemampuan motoriknya. Dia belajar memanjat, melangkah, melompat dan sebagainya.
b. Aspek Perkembangan Kognisi
Piaget dalam Yulianti (2010 : 28), anak akan memahami pengetahuan melalui interaksi dengan objek yand ada di lingkungan sekitarnya. Pada saat bermain sambil belajar sains anak memiliki kesempatan untuk mengetahui objek – objek dengan cara mengamati, menyentuh, mencium, dan mendengarkan.
c. Aspek Perkembangan Sosial
Ketika anak sedang bermain sambil belajar sains anak dapat belajar bersosialisasi dan berkelompok sehingga membuka peluang untuk berinteraksi dengan anak atau orang lain. Interaksi tersebut mengajarkan kepada anak cara merespon, memberi dan menerima, menolak dan menyetujui ide atau perilaku anak lain.
d. Aspek Perkembangan Bahasa
Pada saat bermain sambil belajar sains anak dilatih mengemukakan bahasa untuk berkomunikasidan menyatakan ide atau pikirannya.
e. Aspek Perkembangan Moral
Setiap permainan mempunyai aturan. Aturan akan dikenalkan oleh teman bermain sedikit demi sedikit, tahap demi tahap sampai anak memahami aturan bermain. Oleh karena itu, bermain akan melatih anak menyadari adanya aturan dan pentingnya mematuhi aturan. Hal ini merupakan tahap awal dari perkembangan moral.
3. Selektif, Kreatif dan Inovatif
Materi sains yang disajikan dipilih sedemikian rupa sehingga dapat disajikan melaui bermain. Pengeloaan pembelajaran hendaknya juga dilakukan dengan cara dinamis. Artinya anak tidak hanya dijadikan sebagai objek, tetapi juga sebagai subjek dalam pembelajaran. Oleh karena itu dibutuhkan kreativitas dan inovasi guru dalam menyusun pembelajaran sains.
Mengenalkan sains kepada anak dapat dilakukan dengan cara mengamati dan menyelidiki fenomena di lingkungan sekitar. Anak juga dapat diajak beljar sains melalui permainan dengan berbagai macam benda, misalnya air, kertas, tanah liat, daun – daunan dan pohon sekitar sekolah dan sebagainya.
D. Pengembangan Keterampilan Proses Sains untuk AUD
Anita Chandra Dewi dalam skripsi Novitahadsari yang berjudul Peningkatan Keterampilan Mengkomunikasikan Sains melalui Media Grafis pada Anak Kelompok B TK ABA Balerante Sleman Yogyakarta ( 2014: 12 ) menyatakan bahwa, aspek – aspek keterampilan proses meliputi :
- Observasi, mencakup
keterampilan melibatkan semua alat indra untuk menyatakan sifat yang
dimiliki oleh suatu benda atau objek.
- Menafsirkan hasil
pengamatan, melibatkan keterampilan mencari hubungan antara pengamatan
dengan pernyataan ciri – ciri atau sifat suatu benda atau peristiwa yang
mudah diberi arti oleh orang lain.
- Mengelompokkan
memerlukan keterampilan observasi.
- Berkomunikasi,
mencatat hasil pengamatan yang relevan dengan hasil penyelidikan.
- Mengajukan
pertanyaan, memberikan kepada siswa untuk mengungkapkan apa yang ingin
diketahuinya.
- Menyimpulkan (
inferensi ), merupakan keterampilan memberikan penjelasan atau
interprestasi terhadap suatu data yang didasarkan atas pengetahuan dan
pengalaman awal.
Conny Semiawan dalam skripsi
Novitahadsari yang berjudul Peningkatan Keterampilan Mengkomunikasikan Sains
melalui Media Grafis pada Anak Kelompok B TK ABA Balerante Sleman Yogyakarta
(2014 : 2) menyatakan bahwa, Pengembangan keterampilan proses sains anak usia
dini diperlukan dalam menjelajah dan memahami alam sekitar. Keterampilan proses
anak usia dini dikembangkan agar anak usia dini terbiasa untuk menemukan suatu
fakta dan konsep sendiri seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang
berlangsung semakin cepat, untuk melatih anak berpikir dan bertindak secara
kreatif, untuk melatih anak dalam mengembangkan pikiran ( kognitif ) melalui
gerakan dan perbuatan serta untuk sikap dan nilai diri anak sehingga
menghasilkan pribadi yang manusiawi.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari seluruh materi tentang pengembangan program pembelajaran adalah secara umum ruang lingkup pembelajaran sains untuk anak usia dini itu meliputi 2 dimensi yaitu dilihat dari isi bahan kajian dan dilihat dari bidang pengembangan kemampuan yang akan dicapai.
Model program pembelajaran sains untuk anak usia dini yang tepat itu adalah model pembelajaran sains yang mengharuskan anak usia dini terlibat secara langsung dengan kegiatan nyata saat proses belajar sedang berlangsung.
Pendekatan dan strategi yang dipilih dengan pertimbangan dapat menyajikan dan memberikan aktivitas sains secara memadai dan terintegrasi pada anak. Keterampilan proses sains yang harus diajarkan dan dilatih pada anak usia dini yaitu mengamati (observasi), mengelompokkan, menafsirkan, memprediksi, menerapkan, merencanakan penelitian, dan mengkomunikasikan.
B. Saran
Untuk mencapai tujuan dari pembelajaran sains di PAUD secara maksimal, maka hendaknya para penyelenggara PAUD memperhatikan model, pendekatan dan strategi yang akan di terapkan. Serta meningkatkan keterampilan proses yang harus dimiliki oleh anak usia dini. Agar belajar sains tidak dianggap sebagai hal yang sulit dan membosankan oleh anak usia dini.
DAFTAR PUSTAKA
Murtono, “Pengembangan Model
Pembelajaran Sains Bagi Siswa MI/SD”, Jurnal, (Yogyakarta: UIN Sunan
Kalijaga)
Novitahadsari, ”Peningkatan Keterampilan Mengkomunikasikan Sains Melalui Media Grafis Pada Anak Kelompok B TK ABA Balerante Sleman Yogyakarta”, Skripsi, (Yogyakarta: UNY, 2014)
Nugraha, Ali. 2005. PengembanganPembelajaran Sains Pada Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Samatowa, Usman. 2010. Pembelajaran Ipa di Sekolah Dasar. Jakarta: PT Indeks
Yulianti, Dwi. 2010. Bermain Sambil Belajar Sains di Taman Kanak – Kanak. Jakarta: PT Indeks
Novitahadsari, ”Peningkatan Keterampilan Mengkomunikasikan Sains Melalui Media Grafis Pada Anak Kelompok B TK ABA Balerante Sleman Yogyakarta”, Skripsi, (Yogyakarta: UNY, 2014)
Nugraha, Ali. 2005. PengembanganPembelajaran Sains Pada Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Samatowa, Usman. 2010. Pembelajaran Ipa di Sekolah Dasar. Jakarta: PT Indeks
Yulianti, Dwi. 2010. Bermain Sambil Belajar Sains di Taman Kanak – Kanak. Jakarta: PT Indeks
PEDOMAN PEMBELAJARAN DI TK
A. Latar Belakang
Belajar pada hakikatnya adalah aktivitas untuk melakukan perubahan tingkah laku pada diri individu yang belajar. Perubahan tingkah laku terjadi karena adanya usaha individu yang bersangkutan baik yang dapat mengembangkan kreatifitas, sikap dan perilaku pada ranah afektif, perubahan pola pikir dan pola tindak pada ranah kognitif, maupun perubahan fisik dan motorik pada ranah psikomotorik.
Pembelajaran merupakan bentuk penyelenggaraan pendidikan yang memadukan secara sistematis dan berkesinambungan suatu kegiatan. Kegiatan pembelajaran dapat dilakukan di lingkungan sekolah dan di luar lingkungan sekolah dalam wujud penyediaan beragam pengalaman belajar untuk semua peserta didik. Kegiatan pembelajaran sebagai suatu proses harus berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran yang sesuai untuk anak usia Taman Kanak-kanak.
Setiap kegiatan pembelajaran yang dirancang selain mengikuti prinsip-prinsip pembelajaran, juga dilihat keterkaitannya dengan keluasan bahan/materi, pengalaman belajar, tempat dan waktu belajar, alat/sumber belajar, bentuk pengorganisasian kelas, dan cara penilaian.
Dalam kegiatan pembelajaran guru perlu memberikan dorongan kepada peserta didik untuk mengungkapkan kemampuannya dalam membangun gagasan. Guru berperan sebagai fasilitator dan bertangung jawab untuk menciptakan situasi yang dapat menumbuhkan prakarsa, motivasi, dan tanggung jawab peserta didik untuk belajar. Disamping itu guru dalam mengelola kegiatan pembejalaran hendaknya mampu mengembangkan pola interaksi antara berbagai pihak yang terlibat di dalam pembelajaran dan harus pandai memotivasi peserta didik untuk terbuka, kreatif, responsif, interaktif dalam kegiatan pembelajaran.
Kualitas pembelajaran dapat diukur dan ditentukan oleh sejauh mana kegiatan pembelajaran tertentu dapat menjadi alat perubah tingkah laku peserta didik ke arah yang sesuai dengan tujuan/kompetensi yang telah ditetapkan.
Oleh karena itu, guru TK dituntut mampu merancang, mengembangkan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik perkembangan dan kebutuhan peserta didik TK, keadaan lingkungan sekitar, dan ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan serta kondisi TK untuk pengembangan diri.
B. Tujuan
Penyusunan pedoman ini bertujuan memberi panduan kepada guru TK agar dapat mengembangkan model-model pembelajaran yang tepat untuk anak didik TK.
C. Ruang Lingkup
Pedoman ini terdiri atas: (1) pendahuluan yang berisi latar belakang dan tujuan pengembangan model pembelajaran; (2) bidang pengembangan, prinsip-prinsip dan asas-asas pembelajaran di TK; (3) metode, pengelolaan dan model pembelajaran di TK, dan (4) penutup.
II. BIDANG PENGEMBANGAN,
PRINSIP, DAN ASAS PEMBELAJARAN
Pembelajaran di TK memiliki karakteristik khas. Kekhasan tersebut sesuai dengan pertumbuhan fisik dan perkembangan psikologis anak TK. Oleh sebab itu, pembelajaran di TK hendaknya memperhatikan bidang-bidang pengembangan, prinsip-prinsip, dan asas-asas berikut.
A. Bidang Pengembangan di TK
Program pembelajaran di TK meliputi dua bidang pengembangan, yaitu (1) pengembangan diri dan (2) pengembangan kemampuan dasar.
1. Bidang Pengembangan Diri
Bidang pengembangan diri merupakan kegiatan yang dilakukan secara terus-menerus dan ada dalam kehidupan sehari-hari anak sehingga menjadi pola pengembangan diri yang baik. Bidang pengembangan diri meliputi aspek pengembangan moral dan nilai-nilai agama, serta pengembangan sosial, emosional, dan kemandirian. Dari aspek pengembangan moral dan nilai-nilai agama diharapkan akan meningkatkan ketaqwaan anak terhadap Tuhan yang Maha Esa dan membina sikap anak dalam rangka meletakkan dasar agar peserta didik menjadi warga negara yang baik. Aspek pengembangan sosial dan kemandirian dimaksudkan untuk membina anak agar dapat mengendalikan emosinya secara wajar dan dapat berinteraksi dengan sesamanya maupun dengan orang dewasa dengan baik serta dapat menolong dirinya sendiri dalam rangka kecakapan hidup. Bidang pengembangan diri dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a. Kegiatan rutin adalah kegiatan yang dilakukan di TK setiap hari, misalnya berbaris, berdoa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan, menyanyi lagu-lagu yang dapat membangkitkan motivasi diri, lagu-lagu religius, berjabat tangan, dan mengucapkan salam baik kepada sesama anak maupun kepada guru, dan mengembalikan mainan pada tempatnya.
b. Kegiatan spontan adalah kegiatan yang dilakukan secara spontan, misalnya meminta tolong dengan baik, menawarkan bantuan dengan baik, memberi ucapan selamat kepada teman yang mencapai prestasi baik, dan menjenguk teman yang sakit.
c. Pemberian teladan adalah kegiatan yang dilakukan dengan memberi teladan/contoh yang baik kepada anak, misalnya: memungut sampah yang dijumpai di lingkungan TK, mengucapkan salam bila bertemu dengan orang lain, rapi dalam berpakaian, hadir di TK tepat waktu, santun dalam bertutur kata, dan tersenyum ketika berjumpa dengan siapapun.
d. Kegiatan terprogram adalah kegiatan yang diprogram dalam kegiatan pembelajaran (perencanaan semester, satuan kegiatan mingguan dan satuan kegiatan harian) di TK, misalnya: makan bersama, menggosok gigi, menjaga kebersihan lingkungan, dan lain-lain. ( ditinjau kembali ---- merujuk pada pedoman pembiasaan)
2. Bidang Pengembangan Kemampuan Dasar
Bidang pengembangan kemampuan dasar merupakan kegiatan yang dipersiapkan oleh guru untuk meningkatkan kemampuan dan kreativitas anak sesuai dengan tahap perkembangannya yaitu berbahasa kognitif, fisik /motorik, dan seni.
a. Berbahasa
Pengembangan kemampuan berbahasa bertujuan agar peserta didik mampu mengungkapkan pikiran melalui bahasa yang sederhana secara tepat, berkomunikasi secara efektif, dan membangkitkan minat anak untuk berbahasa yang baik dan benar.
b. Kognitif
Pengembangan kemampuan kognitif bertujuan agar anak mampu mengolah perolehan belajarnya, menemukan bermacam-macam alternatif pemecahan masalah, mengembangkan kemampuan logika matematika, pengetahuan ruang dan waktu, kemampuan memilah dan mengelompokkan, dan persiapan pengembangan kemampuan berfikir teliti.
c. Fisik/motorik
Pengembangan fisik / motorik bertujuan untuk memperkenalkan dan melatih gerakan kasar dan halus, meningkatkan kemampuan mengelola, mengontrol gerakan tubuh dan koordinasi, serta meningkatkan keterampilan tubuh dan cara hidup sehat sehingga dapat menunjang pertumbuhan jasmani yang sehat, kuat, dan terampil.
d. Seni
Pengembangan seni bertujuan agar anak dapat menciptakan sesuatu berdasarkan hasil imajinasinya dan dapat menghargai hasil kreativitas orang lain.
Pengembangan kemampuan dasar diprogramkan dalam perencanaan semester, perencanaan mingguan dalam bentuk satuan kegiatan mingguan (SKM) dan perencanaan harian dalam bentuk satuan kegiatan harian (SKH) yang dilaksanakan dalam pembelajaran sehari-hari di TK.
B. Prinsip-prinsip Pembelajaran di TK
Dalam melaksanakan pembelajaran di TK perlu memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Berorientasi pada Perkembangan Anak
Dalam melakukan kegiatan, pendidik perlu memberikan kegiatan yang sesuai dengan tahapan perkembangan anak. Anak merupakan individu yang unik, maka perlu memperhatikan perbedaan secara individual. Dengan demikian dalam kegiatan yang disiapkan perlu memperhatikan cara belajar anak yang dimulai dari cara sederhana ke rumit, konkrit ke abstrak, gerakan ke verbal, dan dari ke-aku-an ke rasa sosial.
2. Berorientasi pada Kebutuhan Anak
Kegiatan pembelajaran pada anak harus senantiasa berorientasi kepada kebutuhan anak. Anak pada usia dini sedang membutuhkan proses belajar untuk mengoptimalkan semua aspek perkembangannya. Dengan demikian berbagai jenis kegiatan pembelajaran hendaknya dilakukan berdasarkan pada perkembangan dan kebutuhan masing-masing anak.
3. Bermain Sambil Belajar atau Belajar Seraya Bermain
Bermain merupakan pendekatan dalam melaksanakan pembelajaran di TK. Kegiatan pembelajaran yang disiapkan oleh pendidik hendaknya dilakukan dalam situasi yang menyenangkan dengan menggunakan strategi, metode, materi/bahan, dan media yang menarik serta mudah diikuti oleh anak. Melalui bermain anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan dan memanfaatkan objek-objek yang dekat dengan anak, sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi anak. Ketika bermain anak membangun pengertian yang berkaitan dengan pengalamannya.
4. Stimulasi Terpadu
Perkembangan anak bersifat sistematis, progresif dan berkesinambungan. Hal ini berarti kemajuan perkembangan satu aspek akan mempengaruhi aspek perkembangan lainnya. Karakteristik anak memandang segala sesuatu sebagai suatu keseluruhan, bukan bagian demi bagian. Stimulasi harus diberikan secara terpadu sehingga seluruh aspek perkembangan dapat berkembang secara berkelanjutan, dengan memperhatikan kematangan dan konteks sosial, dan budaya setempat.
Contohnya jika anak melakukan kegiatan makan, maka dalam kegiatan tersebut anak mengembangkan aspek:
• Moral/agama : mengerti tata cara makan yang baik dan benar
• Sosial, emosional dan kedisiplinan : menolong diri sendiri
• Bahasa : mengenal kosakata tentang nama makanan dan peralatan makan
• Kognitif : mengerti manfaat makan
• Motorik : mulai belajar memegang sendok
5. Lingkungan Kondusif
Lingkungan pembelajaran harus diciptakan sedemikian menarik dan menyenangkan serta demokratis sehingga anak selalu betah dalam lingkungan sekolah baik di dalam maupun di luar ruangan. Lingkungan fisik hendaknya memperhatikan keamanan dan kenyamanan anak dalam bermain. Penataan ruang belajar harus disesuaikan dengan ruang gerak anak dalam bermain sehingga anak dapat berinteraksi dengan mudah baik dengan pendidik maupun dengan temannya.
Lingkungan belajar hendaknya tidak memisahkan anak dari nilai-nilai budayanya, yaitu tidak membedakan nilai-nilai yang dipelajari di rumah dan di sekolah ataupun di lingkungan sekitar. Pendidik harus peka terhadap karakteristik budaya masing-masing anak.
6. Menggunakan Pendekatan Tematik
Kegiatan pembelajaran dirancang dengan menggunakan pendekatan tematik. Tema sebagai wadah mengenalkan berbagai konsep untuk mengenal dirinya dan lingkungan sekitarnya. Tema dipilih dan dikembangkan dari hal-hal yang paling dekat dengan anak, sederhana, serta menarik minat.
7. Aktif, Kreatif, Inovatif, Efektif, dan Menyenangkan
Proses pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif, efektif, dan menyenangkan dapat dilakukan oleh anak yang disiapkan oleh pendidik melalui kegiatan-kegiatan yang menarik, menyenangkan untuk membangkitkan rasa ingin tahu anak, memotivasi anak untuk berpikir kritis, dan menemukan hal-hal baru. Pengelolaan pembelajaran hendaknya dilakukan secara demokratis, mengingat anak merupakan subjek dalam proses pembelajaran.
8. Menggunakan Berbagai Media dan Sumber Belajar
Setiap kegiatan untuk menstimulasi perkembangan potensi anak, perlu memanfaatkan berbagai media dan sumber belajar, antara lain lingkungan alam sekitar atau bahan-bahan yang sengaja disiapkan oleh pendidik. Penggunaan berbagai media dan sumber belajar dimaksudkan agar anak dapat bereksplorasi dengan benda-benda di lingkungan sekitarnya.
9. Mengembangkan Kecakapan Hidup
Proses pembelajaran harus diarahkan untuk mengembangkan kecakapan hidup melalui penyiapan lingkungan belajar yang menunjang berkembangnya kemampuan menolong diri sendiri, disiplin dan sosialisasi serta memperoleh keterampilan dasar yang berguna untuk kelangsungan hidupnya.
10. Pemanfaatan Teknologi Informasi
Pelaksanaan stimulasi pada anak usia dini jika dimungkinkan dapat memanfaatkan teknologi untuk kelancaran kegiatan, misalnya tape, radio, televisi, komputer. Pemanfaatan teknologi informasi dalam kegiatan pembelajaran dimaksudkan untuk mendorong anak menyenangi belajar.
11. Pembelajaran bersifat demokratis
Proses pembelajaran di TK memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berpikir, bertindak, berpendapat, serta berekspresi secara bebas dan bertanggung jawab.
C. Asas-Asas Pembelajaran di TK
1. Asas Apersepsi
Kegiatan mental anak dalam mengolah hasil belajar dipengaruhi oleh pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya. Oleh sebab itu, pembelajaran yang dilakukan guru hendaknya memperhatikan pengetahuan dan pengalaman awal agar anak bisa mencapai hasil belajar secara optimal.
2. Asas Kekongkritan
Melalui interaksi dengan obyek-obyek nyata dan pengalaman kongkrit, pembelajaran perlu menggunakan berbagai media dan sumber belajar agar apa yang dipelajari anak menjadi lebih bermakna, misalnya menggunakan gambar binatang untuk mempelajari binatang, membawa binatang (hidup) ke dalam kelas, menggunakan audio visual tentang banjir untuk mempelajari tentang air, dan lain-lain.
3. Asas Motivasi
Belajar akan optimal jika anak memiliki dorongan untuk belajar. Oleh sebab itu, pembelajaran hendaknya dirancang sesuai dengan kebutuhan, minat, dan kemauan anak. Misalnya, memberi penghargaan kepada anak yang berprestasi dengan pujian atau hadiah; memajang setiap karya anak di kelas; lomba antar kelompok; melibatkan setiap anak pada berbagai kegiatan lomba dan kegiatan TK; melakukan pekan unjuk kemampuan anak.
4. Asas Kemandirian
Kemandirian merupakan upaya yang dimaksudkan untuk melatih anak dalam memecahkan masalahnya. Oleh sebab itu, pembelajaran hendaknya dirancang untuk mengembangkan kemandirian anak, misalnya tata cara makan, menggosok gigi, memakai baju, melepas dan memakai sepatu, buang air kecil dan buang air besar, merapikan mainan setelah dipakai, dan lain-lain.
5. Asas Kerjasama (Kooperatif)
Kerjasama menjadi asas karena dengan bekerja sama keterampilan sosial anak akan berkembang optimal. Oleh sebab itu, pembelajaran hendaknya dirancang untuk mengembangkan keterampilan sosial anak, misalnya bertanggung jawab terhadap kelompok, menghargai pendapat anak lain, aktif dalam kerja kelompok, membantu anak lain, dan lain-lain.
6. Asas Perbedaan Individu
Perbedaan individu menjadi asas karena setiap anak itu bersifat unik, berbeda dengan anak yang lain. Oleh sebab itu, pembelajaran hendaknya memperhatikan perbedaan individu, misalnya perbedaan latar belakang keluarga, perbedaan kemampuan, perbedaan minat, perbedaan gaya belajar, dan lain-lain agar anak mencapai hasil belajar secara optimal.
7. Asas Keterpaduan
Korelasi menjadi asas karena aspek pengembangan diri anak yang satu dengan aspek pengembangan diri yang lain saling berkaitan. Oleh sebab itu pembelajaran di TK dirancang dan dilaksanakan secara terpadu. Misalnya perkembangan bahasa anak berkaitan erat dengan perkembangan kognitif, perkembangan kognitif anak berkaitan erat dengan perkembangan diri, dan lain-lain.
8. Asas Belajar Sepanjang Hayat
Belajar sepanjang hayat menjadi asas karena proses belajar anak tidak hanya berlangsung di TK tetapi sepanjang hayat anak. Oleh sebab itu, pembelajaran di TK hendaknya diupayakan untuk membekali anak agar bisa belajar sepanjang hayat dan mendorong anak selalu ingin dan berusaha belajar kapan pun dan di mana pun.
Komentar