PERANAN PENGELOLAAN TAMAN BACAAN MASYARAKAT (TBM) “TAMAN ILMU” SEBAGAI SUMBER BELAJAR MASYARAKAT
PERANAN
PENGELOLAAN TAMAN BACAAN MASYARAKAT (TBM) “TAMAN ILMU” SEBAGAI SUMBER BELAJAR
MASYARAKAT
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Menuntut ilmu merupakan suatu kewajiban bagi seluruh umat Islam. Sebagaimana
yang kita ketahui dalam Qur’an surat Al-Alaq Ayat 1-5, di situ tertera adanya
perintah untuk “membaca”.
Artinya:
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia telah menciptakan
manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah. yang
mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa
yang tidak diketahuinya.
Bangsa
Indonesia telah memasuki era globalisasi yang sangat erat berkaitan dengan
modernisasi dan selalu membutuhkan teknologi dan informasi dalam pelaksanaanya.
Era globalisasi dapat diartikan sebagai jaman persainagan bebas, baik persaingan
dari segi ekonomi, budaya, sosial ataupun teknologi.
Salah satu upaya yang dapat kita tempuh untuk
meningkatkan mutu atau kualitas sumber daya manusia (SDM) dari segi ilmu
pengetahuan yaitu dengan memperluas pengetahuan sumber daya manusia dari hal
yang paling kecil dan sederhana yaitu “membaca”.
Banyak hal yang dapat mempengaruhi masyarakat terhadap kurangnya
kesadaran akan pentingnya budaya membaca diantaranya ialah kemiskinan yang
menyebabkan seseorang tidak dapat membeli buku, jarak antara perpustakaan dengan
domisili warga yang terlalu jauh, dan dapat juga karena belum ada pihak yang memotivasi
pentingnya membaca bagi masyarakat.
Taman Tacaan Masyarakat (TBM) adalah
salah satu bentuk perpustakaan umum sebagai sarana belajar yang didirikan oleh
dan untuk masyarakat. Untuk itu sudah sepantasnya apabila masyarakat juga
berpartisipasi dalam pengembangan perpustakaan. Dengan partisipasi ini,
masyarakat diharapkan akan memiliki perpustakaan yang mampu menjadi sarana
belajar yang mendukung peran strategis untuk mendidik dan memperluas akses
informasi melalui jalur non formal. Hal ini dapat dijadikan motor penggerak
terwujudnya masyarakat baca, selain itu juga dapat menjadi agen budaya dalam
rangka mewujudkan masyarakat yang memiliki sikap kritis karena memiliki wawasan
luas, meningkatnya apresiasi terhadap budaya dan lingkungan, keterampilan bekerja
sehingga dapat mandiri dan mendorong sikap yang semakin cerdas baik emosi
maupun intelektualnya.
Berdasarkan
penjelasan di atas, menjadi daya tarik tersendiri bagi penulis untuk mengkaji tentang peranan pengelolaan Taman
Bacaan Masyarakat (TBM) “Taman Ilmu” sebagai sumber belajar masyarakat lansia
di Desa Kandangan Kecamatan Ngawi. Karena disana terdapat kegiatan-kegiatan yang
dapat mendukung kegiatan belajar masyarakat dan
fasilitas yang mendukung pembelajaran bagi masyarakat (khususnya masyarakat
lansia).
B. FOKUS PENELITIAN
Dari pemaparan latar belakang masalah diatas,
maka yang menjadi focus masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana peranan pengelolaan
Taman Bacaan Masyarakat (TBM) “Taman Ilmu” sebagai sumber belajar masyarakat
lansia di Desa Kandangan Kecamatan Ngawi.
C.
RUMUSAN MASALAH
Adapun yang menjadi
pokok-pokok permasalahan dalam penulisan skripsi ini adalah :
1. Bagaimana
peranan Taman Bacaan Masyarakat Taman Ilmu
sebagai sumber belajar masyarakat lansia di Desa Kandangan?
2. Apa kendala dan faktor yang menghambat berkembangnya Taman Bacaan
Masyarakat Taman Ilmu di Desa Kandangan Kecamatan Ngawi?
D.
TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dalam penelitian ini adalah
1.
Untuk
mengetahui peranan Taman Bacaan Masyarakat Taman Ilmu
sebagai sumber belajar Masyarakat lansia di Desa Kandangan.
2.
Untuk mengetahui kendala
dan faktor yang menghambat berkembangnya Taman Bacaan Masyarakat Taman Ilmu di
Desa Kandangan Kecamatan Ngawi.
E.
MANFAAT PENELITIAN
Adapun hasil dari
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
dalam pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam kajian pengelolaan taman
bacaan masyarakat, sehingga dapat menambah pengetahuan bagi pendiri dan para
pustakawan pada umumnya, dan pada akhirnya taman bacaan masyarakat Taman Ilmu dapat
meningkatkan kualitasnya.
2.
Dapat dijadikan pertimbangan dan dasar pemikiran
bagi pengurus dalam pengelolaan taman bacaan masyarakat.
3.
Dengan harapan bisa menambah wawasan
dan pengetahuan untuk penulis secara nyata tentang peranan Taman
Bacaan Masyarakat (TBM) Taman Ilmu sebagai sumber belajar masyarakat lansia di
Desa Kandangan.
4.
Sebagai khazanah ilmu pengetahuan
dalam menerapkan dan melaksanakan program-program perpustakaan khususnya Taman
Bacaan Masyarakat.
F. METODE PENELITIAN
1. Pendekatan Penelitian Dan Jenis Penelitian
a.
Pendekatan penelitian kualitatif deskriptif
Dalam penelitian ini Penulis menggunakan
metode kualitatif sebab satu, lebih
mudah mengadakan penyesuaian dengan kenyataan yang berdimensi ganda, dua, lebih mudah menyajikan secara
langsung hakekat hubungan antara peneliti dan subyek penelitian, tiga, memiliki kepekaan dan daya
penyesuaian diri dengan banyak pengaruh yang timbul dari pola-pola nilai yang
dihadapi.
Penelitian ini
merupakan kajian lapangan (Field Reseach) yang bersifat
deskriptif analitik, yaitu salah satu bentuk penelitian yang bersifat
melaporkan temuan dari subjek dan objek yang diteliti. Disini peneliti mengkaji dan mendeskripsikan tentang peranan Taman
Bacaan Masyarakat (TBM) Taman Ilmu sebagai sumber belajar Masyarakat lansia di
Desa Kandangan.
b. Teknis penulisan studi kasus
Studi kasus adalah salah satu metode
penelitian dalam ilmu sosial. Dalam riset yang menggunakan metode ini,
dilakukan pemeriksaan longitudinal yang mendalam terhadap suatu keadaan atau
kejadian yang disebut sebagai kasus dengan menggunakan cara-cara yang sistematis
dalam melakukan pengamatan, pengumpulan data, analisis informasi, dan pelaporan
hasilnya. Sebagai hasilnya, akan diperoleh pemahaman yang mendalam tentang
mengapa sesuatu terjadi dan dapat menjadi dasar bagi riset selanjutnya. Studi
kasus dapat digunakan untuk menghasilkan dan menguji hipotesis.[2]
Dalam hal ini peneliti melakukan pengamatan,
pengumpulan data, analisis informasi terhadap peranan Taman Bacaan Masyarakat
Taman Ilmu di Desa Kandangan (khususnya masyarakat lansia) dengan menggunakan instrumen tambahan berupa pedoman
wawancara, observasi, dan dokumentasi.
2. Kehadiran Peneliti
Ciri khas penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan
dari observasi partisipasif, disini peneliti melakukan penelitian secara
partisipasif, yaitu ikut serta dalam proses kegiatan dan pengelolaan
sehari-hari. Sekaligus melakukan observasi dan pengamatan serta menganalisis
data-data penelitian. Sebab dalam penelitian kualitatif posisi peneliti menjadi
instrumen kunci (the key instrumen). Untuk itu validitas dan reabilitas
data kualitatif banyak tergantung pada ketrampilan metodologis, kepekaan, dan
integritas peniliti sendiri.[3]
Sebagai instrumen kunci, peneliti menyadari bahwa dirinya
merupakan perencana, pengumpul dan penganalisa data, sekaligus menjadi pelapor
dari hasil penelitiannya sendiri. Karenanya peneliti harus bisa menyesuaikan
diri dengan situasi dan kondisi di Taman Bacaan Masyarakat Taman Ilmu di Desa
Kandangan untuk menciptakan Hubungan baik dengan pengurus TBM Taman Ilmu di
Desa Kandangan.
3. Lokasi penelitian.
Lokasi penelitian pada penelitian ini adalah Taman Bacaan
Masyarakat Taman Ilmu. Taman Bacaan Masyarakat Taman Ilmu ini dipilih untuk
penelitian sebab Taman Bacaan Masyarakat tersebut adalah salah satu Taman
Bacaan Masyarakat yang masih aktif sampai sekarang masyarakat, khususnya
anggota masyarakat lansia.
4. Sumber Data
Data
yang akan dikumpulkan dan diperoleh dalam penelitian ini dapat dikelompokkan sebagai berikut
:
a. Data
Primer ; Data yang diperoleh langsung dari responden melalui informasi dari
wawancara. Dalam penelitian ini
data primer diperoleh dari pengurus TBM Taman Ilmu, masyarakat sekitar dan
tokoh masyarakat di Desa Kandangan.
b. Data
Sekunder ; Data yang diperoleh melalui dokumentasi atau sumber lainya untuk
menunjang objek yang diteliti. Dalam penelitian ini data
sekunder diperoleh dari buku tentang Taman Bacaan Masyarakat.
5. Prosedur Pengumpulan Data
Dalam mengumpulkan data, penulis menggunakan
beberapa metode yang lazim digunakan dalam berbagai penelitian ilmiah,
yaitu library research dan field research
.
a.
Library research / studi
kepustakaan
Studi
kepustakaan yaitu usaha untuk memperoleh data dengan cara mengadakan research kepustakaan.[4] Dengan memanfaatkan perpustakaan yang berarti dengan
melakukan penelusuran kepustakaan dan menelaahnya.
Metode ini dilakukan untuk mendapatkan landasan teori yang diperlukan
berdasarkan buku-buku atau literatur yang terkait dengan Taman Bacaan
Masyarakat yang akan diteliti.
b.
Field research / studi lapangan
Studi
lapangan merupakan penelitian yang dilakukan di kancah lapangan terjadinya
gejala-gejala.[5] Studi lapangan digunakan
untuk memperoleh data yang ada di lapangan sehubungan dengan pengembangan
perpustakaan / taman bacaan masyarakat yang
diperlukan dalam penulisan skripsi ini. Untuk mempermudah dalam melaksanakan
studi lapangan, penulis menggunakan beberapa metode untuk memperoleh data-data
yang diperlukan, yaitu observasi partisipasif,
wawancara dan dokumentasi.
1)
Observasi partisipasif.
Observasi partisipasif yaitu peneliti terlibat dengan kegiatan
sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data
penelitian. Disini peneliti melakukan observasi
partisipasif untuk memperoleh data dari pengelola tentang Taman Bacaan
Masyarakat Taman Ilmu.
2) Wawancara
Wawancara yaitu melakukan tanya jawab secara langsung dengan responden untuk memperoleh data. Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri
pada laporan tentang diri sendiri atau self-report,
atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan keyakinan pribadi. Dalam hal ini penelitian melakukan wawancara kepada pengurus, pengelola,
anggota masyarakat dan tokoh masyarakat untuk memperoleh data yang akan
diteliti.
3) Dokumentasi
Dalam hal ini penulis mencari dokumen yang terkait dengan Peranan
pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Taman Ilmu sebagai sumber belajar
masyarakat lansia di Desa Kandangan Kecamatan Ngawi.
6.
Analisis
Data
Analisis
data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh
dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi, dengan cara
mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit,
melakukan sintes, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang
akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah di pahami oleh diri
sendiri maupun orang lain.[6]
Menurut Milles dan Huberman
menyebutkan, bahwa untuk menganalisis data yang bersifat deskriptif kualitatif digunakan
analisis interaktif yang terdiri dari 3 komponen, yaitu (1) reduksi data, (2)
sajian data, dan (3) penarikan kesimpulan/verifikasi, yang digambarkan dalam
suatu proses siklus.[7]
Data
collection
|
Data
reduction
|
Data
display
|
Clonclusions
Drawing/verifying
|
7. Pengecekan Keabsahan Data
Trianggulasi
sumber adalah membandingkan dan mengecek balik derajat keperayaan suatu
informasi yang diperoleh.
Trianggulasi teknik adalah teknik untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan
dengan cara mengecek data dengan sumber yang sama. Dalam penelitian ini,
peneliti berusaha membuktikan data hasil wawancara dengan observasi dan
dokumentasi.
8. Tahapan-Tahapan Penelitian
Tahap-tahap
dalam penelitian ini ada tiga tahapan dan ditambah tahap terakhir dari
penelitian yaitu :
a. Tahap pra lapangan, yaitu meliputi penyusunan
penelitian, memilih lapangan penelitian, mengurus perizinan, menjaga dan
memanfaatkan informasi, menyiapkan perlengkapan penelitian dan yang menyangkut
persoalan etika penelitian.
b. Tahap penggalian data, yaitu tahap ini
merupakan eksplorasi secara terfokus sesuai dengan pokok permasalahan yang
dipilih sebagai fokus penelitian. Tahap ini merupakan pekerjaan lapangan dimana
peneliti memasuki lapangan dan ikut serta melihat aktifitas dan melakukan
interview, pengamatan dan pengumpulan data serta dokumen. Perolehan data
kemudian dicatat dengan cermat, menulis peristiwa yang diamati kemudian
menganalisa data lapangan secara intensif yang dilakukan setelah pelaksanaan
selesai.
c. Tahap analisa data, tahap ini dilakukan oleh
penulis beriringan dengan tahap pekerjaan lapangan. Dalam tahap ini penulis
menyusun hasil pengamatan, wawancara, serta data tertulis untuk selanjutnya
penulis segera melakukan analisa data dengan cara distributif, dan selanjutnya
dipaparkan dalam bentuk naratif.
G.
SISTEMATIKA PEMBAHASAN
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab
ini berisi latar belakang masalah, fokus penelitian, rumusan
masalah, tujuan
penelitian, manfaat
penelitian, metode penelitian dan sistematika pembahasan.
BAB II
LANDASAN TEORI DAN TELAAH PUSTAKA
Pada bab
ini berisi landasan teori dan telaah pustaka tentang peranan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Taman
Ilmu sebagai sumber belajar masyarakat lansia di Desa Kandangan.
BAB III TEMUAN PENELITIAN
Pada bab
ini Berisi Laporan Hasil temuan Penelitian, yaitu peranan pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat (TBM)
“Taman Ilmu” sebagai sumber belajar masyarakat lansia di Desa Kandangan
Kecamatan Ngawi. Bab ini terdiri dari
dua sub bab. Pertama, Gambaran Umum Taman Bacaan Masyarakat (TBM) “Taman Ilmu” yang meliputi sejarah
Taman Bacaan Masyarakat Taman Ilmu, letak geografis, visi dan misi, struktur organisasi Taman Bacaan
Masyarakat (TBM) “Taman Ilmu”, layanan Taman Bacaan Masyarakat
Taman Ilmu, program yang diselenggarakan, sarana dan prasarana,
serta pelaksanaan kegiatan. Kedua, deskripsi data Taman Bacaan
Masyarakat (TBM) “Taman Ilmu” yang meliputi: Peranan Pengelolaan Taman Bacaan
Masyarakat (TBM) “Taman Ilmu” di Desa Kandangan Kecamatan Ngawi, kendala dan
faktor yang menghambat berkembangnya Taman Bacaan Masyarakat “Taman Ilmu”.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab
ini berisi gambaran tentang Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Taman Ilmu dan pembahasan
hasil penelitian yang dilakukan peneliti.
BAB V PENUTUP
Pada bab
ini berisi kesimpulan dan saran.
Bagian akhir yang
berisi daftar rujukan, beberapa lampiran dan daftar riwayat hidup.
TELAAH PUSTAKA DAN LANDASAN
TEORITIK
A. TELAAH PUSTAKA
Di antara
penelitian sejenis telah penulis temukan dari hasil penelusuran.
Penelitian pertama adalah penelitian yang dilakukan oleh Zaenal Arifin yang
berjudul ”Peran Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Mata Aksara Dalam Menumbuhkan Minat
Baca Masyarakat Tegalmanding, Sleman, Yogyakarta”
Dalam penelitian pertama mengkaji tentang : (1) Peran Taman
Bacaan Masyarakat Mata Aksara dalam menumbuhkan minat baca masyarakat dengan
program-program yang dilaksanakan TBM Mata Aksara di Tegalmanding Yogyakarta. (2) Upaya Pengelola Taman Bacaan Masyarakat Mata
Aksara Dalam Menumbuhkan Minat Baca Masyarakat di Tegalmanding Yogyaakarta.
Dilihat dari segi objeknya, penelitian pertama memiliki perbedaan dengan
yang akan diteliti oleh penulis, yaitu lebih menitikberatkan pada peranan Taman
Bacaan Masyarakat (TBM) Taman Ilmu sebagai sumber belajar Masyarakat lansia di
Desa Kandangan. Selain
itu, dilihat dari segi setting lokasi, penelitian ini jelas berbeda dengan yang
akan penulis lakukan.
B. LANDASAN TEORISTIK
1.
PENGERTIAN
PERPUSTAKAAN.
Secara etimologis istilah perpustakaan berasal dari kata dasar “pustaka”. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, pustaka artinya kitab. Dalam
bahasa Inggris dikenal dengan istilah library. Istilah ini berasal dari kata liber atau libri,
yang artinya buku. Dari kata Latin terbenuklah istilah Librarius, tentang buku.
Dalam bahasa asing lainnya perpustakaan disebut bebliotheek (Belanda), yang juga berasal
dari bahasa Yunani biblia yang
artinya tentang buku, kitab.[8] Istilah Pustaka ini kemudian
ditambah awalan “per” dan akhiran “an” menjadi perpustakaan. Perpustakaan sendiri merupakan suatu instansi resmi dari pemerintah
yang ada anggarannya secara khusus.
2. PENGERTIAN TAMAN BACAAN MASYARAKAT.
Berdasarkan
UU RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,[9] disebukan
bahwa satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga
pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, majelis taklim,
serta satuan pendidikan
yang sejenis. Program Taman Bacaan Masyarakat (TBM) dimulai sejak tahun
1992/1993. Kehadirannya merupakan pembaharuan dari Taman Pustaka Rakyat (TPR)
yang didirikan oleh Pendidikan Masyarakat pada tahun 1950-an. Program Taman
Bacaan Masyarakat (TBM) ini bertujuan untuk meningkatkan minat baca dan budaya
baca masyarakat. Oleh karena itu, keberadaan Taman Bacaan Masyarakat (TBM)
sangat penting sebagai sarana belajar masyarakat.
Menelusuri
asal-muasal kata Taman Bacaan, pertama kali digunakan untuk peminjaman buku
perpustakaan yang dikelola oleh orang cina peranakan pada akhir abad ke-19 di
Batavia. Dengan membahas awal dimulainya suatu sastra nasional Indonesia dalam
bahasa yang nanti menjadi bahasa nasional, yang tidak dapat dipisahkan dari
pendirian Balai Pustaka dan perpustakaan umum pertama, bahwa bahasa Indonesia
memperoleh suatu posisi yang kuat sebagai bahasa nasional. Sepanjang abad ke-20
perpustakaan yang dapat dikunjungi oleh masyarakat umum dan Taman Bacaan terus berkembang,
hingga perpustakaan yang dikunjungi masyarakat umum muncul kembali setelah
periode kemerdekaan dengan usaha Sukarno untuk menjalankan ribuan
perpustakaan-perpustakaan desa.
Ada tiga
reinkarnasi yang jelas berbeda di era modern sekarang ini, yang dapat
ditelusuri kembali ke era persewaan buku Taman Bacaan, yang dimulai di Batavia
pada akhir abad ke-19. Satu hal yang tidak banyak berubah,
dan terus ada hingga saat ini adalah kios-kios kecil yang menyewakan buku dan
komik. Yang kedua adalah persewaan buku yang dikombinasikan dengan suasana
kafe, untuk menarik minat kelas menengah yang tengah tumbuh berkembang di
Indonesia. Reinkarnasi yang ketiga, yang difokuskan di sini adalah pendirian
perpustakaan- perpustakaan umum skala
besar berdasarkan kesukarelaan,
merupakan suatu upaya singkat
di era Orde
Baru Suharto dengan
mendirikan Taman Bacaan Masyarakat
(TBM) di desa-desa pada tahun 1990-an, dan pada akhirnya berubah menjadi Taman
Bacaan seperti yang kita kenal saat ini.[10]
Perpustakaan rakyat dan taman bacaan
rakyat yang dibentuk dan menjamur pada
tahun 1950-an, tapi kemudian meredup. Pada tahun 1990-an, ada perkembangan
mengembirakan karena sejak tahun itu mulai ada dan sekarang terus meningkat
taman bacaan yang ada di masyarakat, baik yang didirikan secara pribadi atau
oleh sebuah institusi.[11]
Taman Bacaan Masyarakat
dapat dinyatakan sebagai
perpustakaan yang sangat dekat dengan masyarakat karena sasaran
utamanya adalah warga masyarakat bahkan sering tumbuh langsung dari masyarakat,
terutama di daerah yang sulit dijangkau oleh perpustakaan umum (perpustakaan
kota maupun daerah).
Taman Bacaan
Masyarakat hadir sebagai tempat baca dengan
suasana sederhana dan terbuka bagi siapa saja yang ingin memanfaatkannya. Hal
tersebut juga tidak terlepas dari peranan pemerintah setempat untuk
mengembangkan TBM di wilayahnya, seperti dinyatakan dalam Undang-Undang nomor
43 tahun 2007 bab XIII pasal 49 tentang
pembudayaan kegemaran membaca; “Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat
mendorong tumbuhnya taman bacaan masyarakat dan rumah baca untuk menunjang
pembudayaan kegemaran membaca. TBM pada hakikatnya memiliki fungsi yang hampir
sama dengan perpustakaan, TBM yang ada beranekaragam keberadaannya, tergantung
daerah setempat dan kondisi dana yang ada.
Komponen-komponen yang ada di Taman Bacaan Masyarakat untuk melaksanakan fungsinya sebagai sumber belajar, sumber
informasi, dan tempat rekreasi edukasi. Komponen yang harus didukung oleh TBM
ialah sumber daya fisik dan sumber daya manusia sebagai berikut :[12]
a.
Sumber Daya Fisik
1) Sumber daya utama, merupakan bahan bacaan. yaitu: bahan bacaan dalam berbagai bentuk media seperti: buku,
majalah, tabloid, koran, CD dan lainnya. Bahan bacaan yang disediakan perlu
memperhatikan: karakteristik, kebutuhan nyata, dan kemampuan baca masyarakat.
2) Sumber daya pendukung, merupakan segala sesuatu yang diperlukan
untuk mendukung pengelolaan TBM, antara lain :
a) rak/almari buku
b) display buku baru
c) rak majalah
d) gantungan Koran
e) meja kerja,
3) fasilitas untuk membaca seperti:
a) meja baca/bangku
b) alas duduk (tikar/karpet)
c) panggung kecil,
d) permainan edukatif untuk anak
e) akses internet.
b.
Sumber
Daya Manusia
Sumber daya manusia menjadi penentu
optimalisasi fungsi layanan TBM sekurang-kurangnya terdiri dari unsur ketua pengelola,
petugas layanan serta petugas administrasi dan teknis.
1)
Ketua.
Memimpin TBM, menyusun dan menetapkan program, memajukan dan mengembangkan TBM, melakukan hubungan
kerjasama dan mengelola keuangan.
2)
Petugas administrasi dan teknis.
Mengurus administrasi dan surat menyurat, mengadakan seleksi dan
pengadaan bahan bacaan, melaksanakan pengolahan bahan bacaan dan
melaksanakan pengembangan bahan bacaan.
3)
Petugas layanan.
Melaksanakan tata tertib, memberikan layanan TBM dan melaksanakan
administrasi keanggotaan.
Untuk memahami kembali komponen-komponen yang
sudah dijelaskan di atas, secara ringkas komponen yang ada dalam
penyelenggaraan TBM terutama terdiri dari pola penyelenggaraan, sistem
evaluasi, pengelola atau SDM, dukungan, jaringan kerja sama, motivasi,
pembiayaan, koleksi bahan bacaan. Semua
komponen tersebut kondisinya
berbeda-beda tergantung dari lembaga penyelenggara masing-masing. Karena dalam
pelaksanaannya, TBM mempunyai kelebihan dan kelemahan masing-masing.[13]
Sehingga untuk memperjelas pemahaman tentang
TBM dan perbedaannya dengan perpustakaan sebaiknya melihat kembali pengertian
perpustakaan menurut Undang-Undang nomor 43 tahun 2007 dalam Bab I Pasal 1
angka 1 yang menyatakan bahwa; “Perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi
karya tulis, karya cetak, dan/atau karya rekam secara profesional dengan sistem
yang baku guna memenuhi kebutuhan
pendidikan, penelitian, pelestarian,
informasi, dan rekreasi pemustaka.”[14]
TBM (Taman Bacaan
Masyarakat) adalah lembaga pembudayaan kegemaran membaca masyarakat yang
menyediakan dan memberikan layanan
dibidang bahan bacaan, berupa: buku, majalah, tabloid, koran, komik, dan
bahan multi media lain, yang dilengkapi dengan ruangan untuk membaca, diskusi,
bedah buku, menulis, dan kegiatan literasi lainnya, dan didukung oleh pengelola
yang berperan sebagai motivator. Dalam
rangka membangun masyarakat membaca untuk mewujudkan masyarakat pembelajar
sepanjang hayat, arah kebijakan Pembangunan Pendidikan Nasional 2010-2014 yang
tertuang pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.48 Tahun 2010 adalah
penguatan dan perluasan budaya melalui penyediaan taman bacaan masyarakat,
bahan bacaan dan sumber informasi lain yang mudah, murah, dan merata
serta sarana pendukungnya.[15]
3. Tujuan Taman Bacaan Masyarakat
Tujuan Taman Bacaan
Masyarakat adalah untuk menyediakan akses sarana pembelajaran yang menyediakan
dan memberikan layanan bahan bacaan yang merata, meluas dan terjangkau oleh
masyarakat dengan mudah dan murah. Adapun tujuannya adalah:
a. Meningkatkan kemampuan keberaksaraan dan
keterampilan membaca.
b. Mengembangkan minat dan kegemaran membaca
c. Membangun masyarakat gemar membaca dan belajar
d. Mendorong terwujudnya masyarakat pembelajar
sepanjang hayat
e. Mewujudkan kualitas dan kemandirian masyarakat
yang berpengetahuan, berketerampilan, berbudaya maju, dan beradab.[16]
4. Fungsi Taman Bacaan Masyarakat
Fungsi yang melekat pada TBM adalah :
a. Sebagai sumber
belajar
TBM dengan menyediakan
bahan bacaan utamanya buku merupakan
sumber belajar yang dapat mendukung masyarakat pembelajar sepanjang
hayat, seperti buku pengetahuan untuk membuka wawasan, juga berbagai
keterampilan praktis yang bisa dipraktekkan setelah membaca, misal praktek memasak, budidaya ikan, menanam cabe
dan lainnya.
b. Sebagai sumber
informasi
TBM dengan menyediakan bahan bacaan berupa
Koran, tabloid, referensi, booklet-leaflet,
atau akses internet dapat dipergunakan masyarakat untuk mencari berbagai
informasi.
c. Sebagai tempat rekreasi
dan edukasi
Dengan buku-buku nonfiksi yang disediakan
memberikan hiburan yang mendidik dan menyenangkan. Lebih jauh dari itu, TBM
dengan bahan bacaan yang disediakan mampu membawa masyarakat lebih dewasa dalam
berperilaku dan bergaul di masyarakat lingkungan.[17]
5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemanfaatan Taman Bacaan Masyarakat
Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi
terhadap pemanfaatan Taman Bacaan Masyarakat adalah
:
a. Minat Masyarakat
Faktor minat masyarakat sangat menentukan
terhadap pemanfaatan TBM. Dengan adanya minat masyarakat terutama dalam hal
membaca buku-buku yang
tersedia di TBM maka dengan sendirinya TBM tersebut turut membantu kebutuhan
masyarakat akan informasi. Apabila sarana dan fasilitas di TBM lengkap dan baik
maka akan bermanfaat sebagaimana yang diinginkan, terutama minat baca
masyarakat terhadap buku-buku di TBM. TBM
dapat menumbuhkan minat
baca masyarakat dengan menjadikan TBM bersifat aktif dan kondusif.
TBM dapat mengadakan kelompok baca, bedah buku, story telling, berbagai macam perlombaan misal: membuat cerpen,
baca puisi dan bedah buku. Untuk merangsang masyarakat agar rajin berkunjung ke TBM dan meminjam buku,
TBM dapat memberikan hadiah atau penghargaan kepada pengunjung atau anggota TBM
yang paling rajin datang dan meminjam buku yang diadakan secara berkala.
Misalnya tiap semester atau tiap tahun.
b. Tenaga Pengelola
Faktor ini sangat memegang peranan yang sangat
menentukan berhasil tidaknya sebuah TBM. Oleh karena itu untuk membuat TBM yang
bermanfaat sesuai dengan tugas, fungsi dan tujuannya, maka para pengelola,
penyelenggara bisa menyadari akan kepentingan dan kedudukan TBM bagi
masyarakat, memahami keperluan masyarakat dan kemudian menguasai liku-liku
kegiatan dan teknik pekerjaan TBM itu sendiri.
c. Koleksi TBM
Keadaan koleksi Taman
Bacaan Masyarakat sebenarnya erat kaitnya dengan maksud didirikannya Taman
Bacaan Masyarakat itu sendiri.
d. Gedung dan fasilitas TBM
Mengenai keadaan gedung TBM, yang harus
diperhatikan adalah letak, jumlah ruangan dan tata ruangnya. Letak TBM
diharapkan strategis sehingga mudah
diakses oleh masyarakat yang menjadi sasaran. Fasilitas TBM merupakan hal yang
penting, selain buku-buku dan bahan pustaka yang menjadi penunjang bagi
masyarakat, yaitu perlengkapan atau fasilitas yang meliputi rak buku, rak surat
kabar, rak majalah, meja sirkulasi, lemari/kabinet katalog, papan display, papan pengumuman, meja baca dan
perlengkapan lainnya yang digunakan secara tidak langsung. Selain kelengkapan
fasilitas TBM tersebut, yang perlu diperhatikan
adalah penataan ruangan TBM sehingga memberikan kelancaran bagi pengelola
dalam menyelenggarakan TBM, juga pengunjung pada umumnya.
d.
Pendanaan
dan Pengadaan
Pendanaan adalah masalah yang sering menjadi “momok” bagi
sebagian pengelola TBM dalam mengembangkan TBM. Dana diperlukan dalam rangka
pertumbuhan dan pengembangan TBM secara global. Agar TBM yang ada tetap eksis
dan senantiasa tidak ditinggalkan oleh masyarakat
penggunanya, maka pemerintah secara concent
harus dapat menyuplai dana secara berkesinambungan. Untuk itu masalah
pendanaan ini harus direncanakan sedini mungkin. Melalui sebuah “assessment” terhadap koleksi dan tujuan pengembangan
program, sebuah rencana pendanaan dapat dilakukan dan dikeluarkan dalam sebuah
dokumen perencanaan bagi TBM. Selanjutnya apabila dana tersebut sudah ada maka
tugas dari pengelola TBM untuk merancang
dan mengawal penggunaan dana yang ada. Hal itu harus
dilakukan sistematis dan sesuai dengan prosedur yang sudah ada. Kegiatan
pendanaan ini sangat erat hubungannya dengan sebuah kegiatan pengadaan.
Pengadaan di TBM dapat meliputi pengadaan koleksi, fasilitas, ruang, alat
maupun lainnya. Kenyataan di lapangan, pendanaan menjadi faktor penghambat
utama dalam penyelenggaraan TBM. TBM yang ada hanya mengantungkan bantuan
sosial dari pemerintah yang jumlahnya sangat terbatas, bantuan dari
penyelenggara. Karena TBM dalam melayani pengunjung biasanya gratis tanpa
dipungut biaya karena yang dilayani merupakan masyarakat yang kurang mampu
sehingga tidak ada pemasukan sama
sekali bagi TBM.
Tetapi ada juga
TBM yang memunggut
biaya peminjaman buku walaupun sangat sedikit untuk
biaya perawatan buku.[18]
6.
Definisi Membaca
Membaca adalah suatu kegiatan atau cara dalam
mengupayakan pembinaan daya nalar. Dengan membaca, seseorang secara tidak langsung sudah
mengumpulkan kata demi kata dalam mengaitkan maksud dan arah bacaannya yang
pada akhirnya pembaca dapat menyimpulkan suatu hal dengan nalar yang
dimilikinya.
Dari segi linguistik membaca adalah suatu
proses penyandian kembali dan pembahasan sandi (a recording and decoding
process), berlainan dengan berbicara dan menulis yang justru melibatkan
penyandian (encoding). Sebuah aspek pembacaan sandi (decoding) adalah
menghubungkan kata-kata tulis (written word) dengan makna bahasa lisan (oral
language meaning) yang mencakup pengubahan tulisan/cetakan menjadi bunyi yang
bermakna.
Harjasujana mengemukakan bahwa membaca
merupakan proses. Membaca bukanlah proses yang tunggal melainkan sintesis dari
berbagai proses yang kemudian berakumulasi pada suatu perbuatan tunggal. Membaca diartikan sebagai pengucapan
kata-kata, mengidentifikasi kata dan mencari arti dari sebuah teks.
Membaca diawali dari struktur luar bahasa yang
terlihat oleh kemampuan visual untuk mendapatkan makna yang terdapat dalam
struktur dalam bahasa. Dengan kata lain, membaca berarti menggunakan struktur
dalam untuk menginterpretasikan struktur luar yang terdiri dari kata-kata dalam
sebuah teks.[19]
Dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan
bahwa membaca merupakan sebuah proses yang melibatkan kemampuan visual dan
kemampuan kognisi. Kedua kemampuan ini diperlukan untuk memberikan
lambang-lambang huruf agar dapat dipahami dan menjadi bermakna bagi pembaca.
Membaca adalah kegiatan seseorang dengan
menggunakan pengamatan melalui mata untuk menterjemahkan dan
menginterprestasikan tanda atau lambang
di atas kertas atau bahan lainnya. Jadi membaca merupakan proses ingatan,
penilaian, pemikiran, penghayalan, pengorganisasian pemikiran dan pemecahan
masalah.[20]
Membaca sangat penting untuk pengembangan
kualitas hidup manusia. Membaca juga dapat membawa seseorang ke suasana masa
lalu, masa depan dan menjadi gerbang bagi seseorang untuk melihat dunia.
Sebagaimana islam mengajarkan kepada
ummatnya yaitu wahyu
pertama yang diturunkan kepada Rasulullah SAW yaitu perintah untuk membaca.
Dengan membaca maka akan melahirkan generasi-generasi yang cerdas dan
meningkatkan angka minat baca menjadi peringkat yang lebih baik di belahan
dunia, dari hasil membaca seseorang dapat menambah kosa kata dalam berinteraksi
dan bersosialisasi, dari hasil membaca seseorang dapat mahir dalam membuat
tulisan, dengan membaca seseorang bisa menjadi seorang ilmuwan atau cendikiawan
dan banyak manfaat dari hasil membaca.
Informasi dari hasil membaca seseorang akan
terus bertambah jika dibiasakan dan seseorang akan merasa haus akan informasi.
Membaca merupakan proses penyerapan informasi yang lebih efektif dari pada
mendengar. Hal ini akan berpengaruh positif terhadap kreativitas seseorang.
7. Fungsi Membaca
Membaca
pada umumnya memiliki fungsi sosial yakni:
a.
Achievement reading, yakni membaca untuk memperoleh keterampilan tertentu.
b.
Devotional reading, yakni membaca sebagai kegiatan ibadah.
c.
Cultural reading, artinya membaca sesuatu yang terkait dengan ibadah.
8. Manfaat Membaca
Membaca merupakan salah satu dari empat
keterampilan berbahasa yang harus dikuasai setiap individu. Dengan membaca,
kita akan mendapatkan banyak manfaat di antaranya mengetahui perkembangan yang
terjadi, memenuhi kebutuhan
intelektual, spiritual dan
emosional. Membaca dapat
membuat kita memperoleh suatu informasi berdasarkan analisis
pikiran kita sendiri. Dengan banyak membaca berarti akan membantu seseorang
untuk melatih kemampuannya menuangkan suatu gagasan atau pesan terhadap apa
yang dilihat, didengar dan dirasakan ke dalam sebuah tulisan. Manfaat membaca
ini ternyata belum dirasakan betul oleh sebagian besar masyarakat, dimana
terlihat bahwa minat dan kemampuan membaca bangsa kita rendah. Di sisi lain,
membaca merupakan jendela untuk mendapatkan pengalaman, memperbaiki wawasan, dan mempertajam
daya nalar.[22]
Membaca memiliki manfaat dan banyak makna.
Dengan banyak membaca kita akan memperoleh pengalaman dan pelajaran dari orang
lain. Bahkan dengan membaca buku, seseorang dapat terhindar dari kerusakan jaringan otak di masa tua.[23] Beberapa manfaat membaca antara lain:
a. Merangsang Sel-Sel Otak
Membaca merupakan proses berpikir positif
karena menyerap ide dan pengalaman orang lain. Kegiatan ini akan merangsang
sel-sel otak. Otak sebagai pengatur kegiatan manusia memiliki struktur dan
sifat yang unik, misteri, dan penuh keajaiban. Otak memegang peran penting
dalam kehidupan intelektual karena seluruh saraf diatur oleh otak ini. Maka
otak perlu dijaga vitalitasnya, dijaga kesegarannya, dan dicegah proses
penuaannya. Penuaan dan penyusutan otak sebenarnya dapat dikurangi bahkan bisa
dicegah. Secara medis, kesegaran dan vitalitas otak dapat diatasi dengan cara mengatur pola makanan
yang bergizi seimbang. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi
beragam makanan sayuran
dan buah-buahan segar dapat mencegah penuaan dini dan memperbaiki kemampuan
kognitif otak. Secara psikologis, agar otak terjaga vitalitasnya, hendaknya
digunakan untuk berpikir positif, rasional, obyektif, khusnudzhan, dan rileks. Oleh karena itu perlu dijauhi pola pikir
yang negatif, subyektif, dan emosional. Sebab pikiran-pikiran itu dapat
menimbulkan stress dan merusak kesehatan. Orang yang mampu mengoptimalkan kerja
intelektual otak dengan menghasilkan pemikiran
yang positif (buku, artikel, kebjakan dll), inovatif,dan membawa kemaslahatan
manusia adalah orang yang mampu memperpanjang usia otak secara fisik dan psikologis.
b. Menumbuhkan Kreativitas
Dengan membaca kita memeroleh wawasan,
pandangan, penemuan, dan pengalaman orang lain. Hasil bacaan ini kemudian kita
renungkan dan pikirkan untuk dipraktekan dan dikembangkan. Cara baca inilah
sebenarnya merupakan cara baca yang berkualitas. Sebab dalam proses baca ini
tidak saja terjadi proses penyerapan informasi, tetapi ada proses seleksi,
pengolahan, dan usaha kreatif untuk dikembangkan. Maka dapat dipahami bahwa
mereka yang kreativitasnya menonjol, rata-rata memiliki kemampuan baca yang tinggi. Hanya orang-orang
yang kreatif dan beranilah yang mampu
membawa perubahan.
c. Meningkatkan Perbendaharaan Kata
Banyaknya kata-kata yang diserap seseorang
memengaruhi kelancaran komunikasi lisan maupun tertulis. Maka membaca sebagai
upaya penyerapan kosakata, pengetahuan tata
bahasa, dan pengenalan ungkapan merupakan
salah satu cara untuk meningkatkan perbendaharaan kata. Dengan membaca kita
mengenal; persuasi, implikasi, sifat nada, unsur ekspresi lain. Unsur-unsur ini
sangat penting bagi mereka yang bergerak di dunia kesenian, keilmuan,
pendidikan, dan kemasyarakatan.
d. Membantu Mengekpresikan Pemikiran
Banyak orang yang lancar berbicara, ceramah,
orasi, dan ngobrol dalam mengekspresikan pemikirannya. Tetapi begitu sedikitnya
orang yang mampu menulis dengan baik.
Hal ini sangat mungkin disebabkan kurangnya proses baca. Ekspresi melalui
tulisan berbeda dengan ekspresi melalui lisan. Kegiatan menulis memerlukan
penguasaan materi, pemilihan kata, perenungan masalah, dan penyusunan kalimat.
Semua kegiatan ini dilakukan dengan
cermat, teliti, dan penuh pertimbangan. Maka kualitas dan kuantitas bacaan akan
memengaruhi kualitas tulisan.
9. Menumbuhkan dan
Meningkatkan Minat Baca.
Menumbuhkan adalah
Me-num-buh-kan [v] menjadikan (menyebabkan) tumbuh, memelihara dan sebagainya
supaya tumbuh (bertambah besar, sempurna, dan
sebagainya), memperkembangkan, menimbulkan (kebencian, perselisihan, dan sebagainya).[24]
Menumbuhkan minat baca yaitu
menjadikan, memelihara, mengembangkan, menimbulkan keinginan untuk membaca
sehingga menjadikan seseorang bertambah wawasannya dan dengan membaca menjadi
pengalaman yang menyenangkan bagi seseorang. Minat baca ibarat bibit yang jika
ditanam pada lahan yang tepat akan tumbuh menjadi kebiasaan membaca dan pada
waktunya akan berbuahkan budaya baca. Sebagai bibit, minat baca harus ditanam
dan dipelihara agar tumbuh menjadi minat baca.
Meningkatkan adalah
Me-ning-kat-kan [v] menaikkan (derajat, taraf, dan sebagainya), mempertinggi, memperhebat
(produksi dan sebagainya), mengangkat
diri, memegahkan diri.[25]
Dengan meningkatkan
keinginan membaca maka akan melahirkan sebuah kebutuhan dari kegiatan membaca
dan bukan hanya sebuah pengalaman membaca yang menyenangkan, tetapi bisa
menjadi kebiasaan dan budaya membaca.
10. Faktor Pendukung Minat
Baca.
a) Faktor Internal.
Secara umum, terdapat dua
faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya minat baca yaitu faktor internal dan
faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri
seperti pembawaan, kebiasaan dan ekspresi diri.
Faktor internal meliputi
intelegensi, usia, jenis kelamin, kemampuan membaca, sikap, serta kebutuhan
psikologis. Intelegensi merupakan kemampuan keseluruhan atau global individu untuk
bertindak sesuai dengan tujuan, berpikir logis atau rasional, dan berbuat
secara efektif terhadap keadaan.
b) Faktor Eksternal
Faktor eksternal meliputi
belum tersedianya bahan bacaan yang sesuai, status sosial, ekonomi, kelompok
etnis, pengaruh teman sebaya, orang tua, guru, televisi, serta film. Belum
tersedianya bahan bacaan yang sesuai,
maksudnya masih memilih-milih bahan bacaan, padahal, sebetulnya untuk dapat
meningkatkan minat membaca, tidak harus membaca buku yang sangat kita senangi,
karena dengan cara membaca bahan bacaan apapun, secara tidak langsung kita
sedang melatih diri agar terbiasa untuk membaca, sehingga kita akan senang
membaca, karena membaca adalah untuk mendapat informasi, dan informasi itu
dapat diperoleh dari berbagai macam bahan bacaan.
Dalam rangka menumbuhkan
minat membaca sebagai suatu kebiasaan, maka proses terbentuknya kebiasaan
membaca memakan waktu yang cukup lama, karena proses terbentuknya minat baca
seseorang selain dipengaruhi oleh faktor-faktor yang telah disebutkan diatas,
juga secara khusus dipengaruhi oleh sosio-psikologis.
Informasi yang mendukung
dalam belajar adalah berupa bahan- bahan yang tertulis yang mengharuskan
kegiatan membaca sehingga apa yang dibutuhkan dapat tercapai. Sebagai sarana
membaca, perpustakaan merupakan sumber informasi dan pengetahuan yang mengantar
pemustaka ke dunia yang lebih luas, sebagai media yang dapat menghubungkan segala
peristiwa pada masa
lalu, sekarang dan masa yang akan datang. Keberadaan
perpustakaan sangat diperlukan karena perpustakaan dapat memberikan segala
kebutuhan akan minat, khususnya minat dalam membaca koleksi-koleksi
perpustakaan.[26]
11. Faktor Penghambat Minat
Baca.
Kelompok masyarakat yang
memiliki minat dan budaya baca rendah disebabkan karena:
a) Akses informasi dari dan
ke perpustakaan (sumber-sumber bacaan) terbatas.
b) Tingkat pendidikan
masyarakat yang masih banyak di bawah standar.
c) Kondisi sosial dan ekonomi
masyarakat yang kurang menguntungkan sehingga mempengaruhi daya beli mereka
terhadap bahan bacaan.
d) Layanan perpustakaan
kepada masyarakat yang belum merata.
e) Apresiasi dan respon
masyarakat terhadap perpustakaan yang masih rendah.[27]
Faktor tersebut dapat
terpelihara melalui sikap-sikap, bahwa dalam diri tertanam komitmen membaca
memperoleh keuntungan ilmu pengetahuan, wawasan atau pengalaman dan kearifan.
Terwujudnya kondisi yang mendukung minat baca, adanya tantangan dan motivasi
untuk membaca, serta tersedianya waktu untuk membaca, baik di rumah,
perpustakaan ataupun di tempat lain. Dalam masyarakat kita yang telah
berkembang budaya tutur, oral atau lisan, maka masih membutuhkan tekad dan
semangat untuk mengubahnya menjadi budaya baca-tulis. Namun yang paling penting
adalah bahwa hal itu seharusnya dimulai dengan tindakan nyata, tidak terbatas
wacana atau discourses.
TEMUAN PENELITIAN
A.
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN.
1. Sejarah Taman Bacaan
Masyarakat Taman Ilmu
Menciptakan masyarakat cerdas adalah tugas
semua pihak, baik pemerintah atau masyarakat. Cita-cita
nasional yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa adalah suatu wujud dari
pembangunan masyarakat yang didalamnya terdapat dua unsur penting, yaitu
partisipasi masyarakat dan peranan pemerintah dalam memberikan kesempatan dan
dorongan kepada masyarakat untuk berpartisipasi.
Sistem pendidikan formal yang sudah berjalan
masih belum optimal dalam memenuhi kebutuhan pendidikan di masyarakat Indonesia
secara keseluruhan. Oleh karena itu dibentuklah sistem pendidikan alternatif
untuk memenuhi kebutuhan yang belum
terlayani oleh sistem
pendidikan formal yaitu system pendidikan nonformal yang berfungsi sebagai pengganti, pelengkap,
dan penambah pendidikan formal.
Salah satu jenis layanan nonformal adalah Taman
Bacaan Masyarakat (TBM). TBM ini bertujuan memberikan kemudahan akses kepada
masyarakat untuk memperoleh bahan bacaan. Disamping itu TBM juga berperan dalam
meningkatkan minat baca, menumbuhkan budaya baca dan cinta buku.
TBM adalah lembaga yang
dibentuk oleh, dari dan untuk masyarakat dengan menyediakan berbagai jenis
bahan bacaan yang dapat menjadi rujukan dalam informasi dan sumber pengetahuan
bagi masyarakat. Dalam hal ini TBM taman ilmu yang berada di Desa Kandangan,
Kecamatan Ngawi, Kabupaten Ngawi dapat menjadi salah satu solusi yang baik bagi
warga di Pedesaan yang datang dari berbagai latar belakang yang berbeda baik
sosial, strata pendidikan, maupun ekonomi. Sarana
pembelajaran
masyarakat yang cukup membantu meningkatkan pengetahuan warga dan memberdayakannya
serta memotivasi para masyarakat untuk
dapat tetap bersaing di era globalisasi sekarang ini.
Taman Bacaan Masyarakat
Taman Ilmu didirikan pada tahun 2016 yang bertempat di Desa Kandangan Kecamatan
Ngawi yang diprakarsai salah satu tokoh masyarakat yaitu Bapak Sukamto S.Pd,
meskipun TBM Taman Ilmu baru didirikan, tetapi perkembangannya sangat pesat.
Dengan tekat dan niat yang kuat Bapak Sukamto S.Pd mencoba mengajak seluruh
elemen masyarakat ataupun lembaga untuk ikut berpartisipasi dalam mengembangkan
TBM Taman Ilmu tersebut, salah satunya berkordinasi dengan Dinas Pendidikan
Kabupaten Ngawi, PKBM di Desa Kandangan dan beberapa kelompok masyarakat di
Desa Kandangan.[28]
2. Letak Geografis Taman
Bacaan Masyarakat Taman Ilmu
Taman Bacaan
Masyarakat Taman Ilmu berada di wilayah pedesaan yang posisinya cukup strategis
karena bertempat di jalur poros Desa antara Desa Karangtejo dan Desa Kandangan.
Selain itu lokasi TBM Taman Ilmu dekat dengan SDN Kandangan 3 dan pasar
tradisional, hal ini memudahkan Masyarakat Untuk datang ke TBM Taman Ilmu.
Ditinjau dari segi geografis TBM
Taman Ilmu berada
5 km ke tenggara dari
Pusat Kota dan tepatnya berada di jalan Supriadi Desa
Kandangan, Kecamatan Ngawi. Secara jelas letak TBM Taman Ilmu ini berbatasan
dengan:
a. Sebelah utara jalur Ring Road timur
b. Sebelah barat sungai madiun
c. Sebelah selatan berbatasan Kecamatan Kwadungan
d. Sebelah timur perkampungan dan persawah
Dengan
lokasi yang setrategis, akan memudahkan dalam mengajak dan mensosialisasikan
kepada masyarakat untuk mengunjungi TBM Taman Ilmu.
3.
VISI
DAN MISI
a.
Visi
Menjadikan
masyarakat gemar membaca, berwawasan luas dan terampil
b. Misi
1) Meningkatkan minat baca di masyarakat.
2) Memberdayakan masyarakat melalui
membaca.
3) Membudayakan membaca bersama dalam
keluarga.
4) Menyediakan buku-buku bermutu yang dibutuhkan masyarakat di semua
jenjang usia.
4. Pengurus atau Sumber Daya Manusia
Pengurus atau
Sumber Daya Masyarakat yang mengelola TBM Taman Ilmu adalah sebagai berikut :
Pendiri dan Pembina : Sukamto, S.Pd
Ketua : Sukamto, S.Pd
Sekretaris : Lilik Lamiyati, S.Pd
Bendahara : Iswanto
Bidang Pelayanan : Ali Mustofa,
A.Md[30]
5. Layanan Taman Bacaan Masyarakat Taman Ilmu
TBM Taman Ilmu
memberikan pelayanan peminjaman buku bagi masyarakat selama 7 hari. Agar dapat
meminjam buku, sanggar memberikan kartu anggota kepada masyarakat yang akan
meminjam buku. Jadwal pelayanan dilakukan selama 5 hari dalam
seminggu, dengan rincian sebagai berikut :
Senin - Jum’at : 13.00 WIB - 17.00 WIB
6. Program-Program Yang Diselenggarakan
Adapun program-program yang diselenggarakan TBM Taman Ilmu adalah sebagai
berikut :
a.
Indentifikasi sasaran dan Kebutuhan
Baca Masyarakat.
b.
Mengumpulkan dan menyediakan buku bacaan.
c.
Mempersiapkan sarana dan prasarana TBM Taman Ilmu
7.
Sarana dan
Prasarana TBM Taman Ilmu
Sarana dan
Prasarana merupakan komponen yang ikut menentukan keberhasilan proses Taman Bacaan Masyarakat Taman Ilmu. Adapun mengenai kondisi sarana dan prasarana yang ada
TBM Taman Ilmu
antara lain :
TABEL 3.1
Kondisi
sarana dan prasarana
yang ada TBM Taman Ilmu
Tahun
2016/2017
No
|
Nama Barang
|
Jumlah
|
Keterangan
|
1
|
Meja
|
2
|
Baik
|
2
|
Papan tulis
|
1
|
Baik
|
3
|
Rak buku
|
1
|
Baik
|
4
|
Tikar
|
4
|
Cukup baik
|
5
|
Komputer
|
1
|
Cukup baik
|
6
|
Buku LKS dan pelajaran
Sekolah Dasar
|
150
|
Cukup baik
|
7
|
Buku pelajaran SMP / MTs.
|
170
|
Cukup baik
|
8
|
Buku pengetahuan umum
|
70
|
Cukup baik
|
Sumber: Dokume Data Sarana TBM Taman Ilmu Tahun 2015/2016
B.
DESKRIPSI DATA
Sesuai dengan hasil penelitian yang dilaksanakan, kami memperoleh
data tentang bagaimana peranan pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat (TBM)
“Taman Ilmu” sebagai sumber belajar masyarakat lansia di Desa Kandangan
Kecamatan Ngawi.
Pada penelitian ini, kami menggunakan metode wawancara/interview dan dokumentasi. Adapun
data-data yang penulis peroleh mengenai peranan pengelolaan TBM Taman Ilmu sebagai sumber
belajar masyarakat lansia di Desa Kandangan Kecamatan Ngawi adalah sebagai berikut:
1.
peranan pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat (TBM)
Taman Ilmu sebagai sumber belajar masyarakat lansia di Desa Kandangan Kecamatan
Ngawi.
Dalam hal ini, peranan pengelola adalah salah satu komponen penting
dalam berkembangnya suatu Taman Bacaan Masyarakat. Pada penelitian
ini, penulis mengumpulkan data dengan melakukan wawancara kepada pengelola TBM.
Berdasarkan hasil wawancara
dengan Bapak Sukamto, S.Pd selaku pembina dan pengurus TBM Taman Ilmu, beliau
menjelaskan bahwa:[33]
“TBM Taman Ilmu di Desa Kandangan ini bisa
dikatan baru, oleh karena itu saya dan team relawan berusaha merangkul semua
elemen masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan ini, Selain itu saya
juga bekerja sama dengan warga belajar PKBM di Desa Kandangan, kami mencoba
menggabungkan antara PKBM dan TBM. Dengan beberapa cara tersebut harapan saya
bisa lebih memaksimalkan mengajak masyarakat untuk mau membaca. (khususnya
warga lansia). Saya selalu mengajak para masyarakat sekitar untuk sering-sering
main ke TBM. (khususnya warga Kandangan). Karena menurut saya ketika orangtua
memberikan contoh membaca, secara tidak langsung anak akan meniru dan melakukan
apa yang dilakukan orang tuanya.”
Dari
wawancara kepada Bapak Sukamto, S.Pd diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa
cara yang Beliau gunakan adalah mencaba bersosialisasi kepada masyarakat,
merangkul semua elemen masyarakat untuk mensukseskan kegiatan tersebut. Selain
itu Bapak Sukamto, S.Pd menitik beratkan ke orang tua agar mau membaca. Karena
dengan mengajak orang tua membaca, maka secara tidak langsung anak dan
keluarganya akan mencontoh yang dilakukan orang tua tersebut.
“Berdirinya TBM di rumahnya Pak Kamto saya kira sangat
bagus, karena sebelumnya belum ada TBM di Desa Kandangan. Dengan adanya TBM di
Desa Kandangan akan sangat membantu masyarakat sekitar dalam mengembangkan
ilmunya, selain itu setelah adanya TBM di Desa Kandangan sekarang masyarakat
lebih terampil, karena di TBM itu sering mengadakan pelatihan-pelatihan untuk
masyarakat”
Dari
wawancara Ustad Nur Amin selaku tokoh masyarakat di Desa Kandangan, peneliti
dapat menyimpulkan bahwa adanya TBM Taman Ilmu di Desa Kandangan sangat
membantu, karena dengan adanya TBM Taman Ilmu di Desa Kandangan masyarakat
mudah dalam membaca dan mengembangkan ilmunya, selain itu masyarakat juga lebih
terampil, karena TBM Taman Ilmu sering mengadakan pelatihan untuk masyarakat.[34]
2. Kendala dan Faktor
yang menghambat berkembangnya
TBM Taman Ilmu
Berikut
beberapa faktor yang menghambat berkembangnya TBM Taman Ilmu sebagai berikut :
a.
Kurangnya kepedulian masyarakat.
Karena
masih banyak masyarakat yang belum tahu dan belum meratanya sosialisasi tentang
TBM, maka masyarakat tidak menanggapi terlalu dalam keberadaan TBM Taman Ilmu
tersebut. Berikut hasil wawancara dengan Ibu Lilik Lamiati S.Pd selaku pengurus
TBM Taman Ilmu mengenai faktor penghambat dari ketidak pedulian masyarakat.[35]
“Masyararakat
masih awam dengan TBM, meraka tidak peduli apa itu TBM, maka kami harus lebih
giat dalam mensosialisasikan tentang TBM Taman Ilmu ini. Mungkin memang butuh
waktu, apalagi dengan terbatasnya team relawan kami. Tapi kami yakin seiringnya
waktu masyarakat akan menyadari pentingnya membaca.”[36]
Berikut
wawancara dari masyarakat sekitar tentang keberadaan TBM Taman Ilmu.
“terusterang saya belum tau tentang TBM, bahkan apa itu TBM
saja saya kurang paham. Kemarin anak saya memang kesanan dengan teman-temannya,
tapi saya belum sempat tanya ke anak saya tentang TBM itu sendiri. ya nanti
kalau saya sudah dirumah coba saya tanyakan ke anak saya.”
Dari wawancara bapak kasto, peneliti bisa menyimpulkan
bahwa sosialisasi dari pihak pengelola kurang maksimal, dan hal tersebut
berdampak ketidak pedulian masyarakat tentang adanya TBM di Desa Kandangan.
b.
Dana yang Masih Terbatas
Selain
kurangnya kepedulian masyarakat, TBM Luru Ilmu juga terkendala tentang
pendanaan, dan ini berdampak pada sarana dan prasarana yang dimiliki TBM Taman
Ilmu juga terbatas. TBM Taman Ilmu hanya mengandalkan bantuan dari pemerintah
daerah dan para donatur darnai masyarakat. Berikut hasil
wawancara dengan pengelola TBM
Taman Ilmu mengenai faktor penghambat dari
segi pendanaan :[37]
“Kemudian kendala dengan keuangan, karena TBM itu lembaga
non-profit tidak menghasilkan, mungkin dari segi sarana dan prasarana juga
terbentur dana lagi.
Sarana dan prasarana kita ini ya apa adanya, kita hanya
mengandalkan bantuan dari pemerintah daerah dan beberapa masyarakat sekitar.”
Dari
wawancara diatas penulis bisa menyimpulkan bahwa salah satu kurangnya sarana
dan prasarana TBM Taman Ilmu dikarenakan dana yang masih terbatas.
PEMBAHASAN
A. Peranan pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat
Taman Ilmu sebagai sumber belajar masyarakat lansia di Desa Kandangan,
Kecamatan Ngawi.
Peranan pengelola adalah bagian dari salah
satu tugas pokok yang harus dijalankan di dalam Taman Bacaan masyarakat. Oleh karena itu peranan yang dijalankan tersebut ikut menentukan dan mempengaruhi
tercapainya visi dan misi serta program yang dilaksanakan dalam jangka waktu
pendek maupun panjang.
Mendorong seseorang untuk melakukan kegiatan
membaca atau literasi itu bukanlah hal yang mudah, perlu adanya upaya atau
suatu bentuk nyata untuk mewujudkan harapan tersebut, dengan adanya TBM Taman
Ilmu di lingkungan sekitar masyarakat Kandangan maka TBM Taman Ilmu melakukan
upaya-upaya untuk menarik minat baca melalui program-program yang sudah
direncanakan.
Menurut peneliti, pengelola sudah melakukan
beberapa upaya untuk meningkatkan kualitas TBM Taman Ilmu yang berada di Desa
Kandangan. Meskipun TBM Taman Ilmu baru berdiri sekitar satu tahun yang lalu,
tetapi dengan tekat yang kuat dari Bapak Sukamto S.Pd (selaku pendiri dan
pengelola TBM taman Ilmu) Taman Bacaan tersebut sudah berkembang dengan sangat
cepat. Banyak hal-hal yang dilakukan pengelola untuk memberikan daya tarik masyarakat dalam rangka
meningkatkan peranan TBM Taman Ilmu sebagai sumber belajar (khususnya
masyarakat lansia di Desa Kandangan). Berikut beberapa cara yang dilakukan TBM Taman Ilmu dalam
menarik simpati masyarakat agar mengunjungi dan membaca di TBM Taman Ilmu :
1. Memfasilitasi sarana dan
prasarana yang dibutuhkan masyarakat.
Seperti yang sudah
dijelaskan peneliti diatas, bahwa Sarana
dan Prasarana merupakan komponen yang ikut menentukan keberhasilan proses Taman Bacaan Masyarakat. Disini TBM Taman Ilmu mempunyai luas
ruangan 6,5 meter x 8 meter, dengan dilengkapi dua meja, satu papan tulis, satu
rak buku besar, empat tikar dan satu unit komputer. Dengan sarana dan prasarana
tersebut setidaknya cukup memberikan kenyamanan masyarakat ketika datang ke TBM
Taman Ilmu.
TBM Taman Ilmu memiliki
koleksi buku yang beragam, berikut beberapa koleksi buku yang dimiliki TBM
Taman Ilmu :
a. Buku LKS dan pelajaran
Sekolah Dasar berjumlah 150 buku.
b. Buku pelajaran SMP / MTs
berjumlah 170 buku
c. Buku pengetahuan umum
berjumlah 70 buku.
Meskipun
koleksi buku di TBM Taman Ilmu kurang begitu lengkap, tapi setidaknya cukup
untuk memberikan fasilitas kepada masyarakat. Mengingat TBM Taman Ilmu baru
berdiri satu tahun silam.
2. Meningkatkan SDM Pengelola.
Dalam hal ini pengelola TBM Taman Ilmu merupakan
seorang yang aktif di dalam masyarakat, selain itu pengelola TBM Taman Ilmu
mayoritas seorang tenaga pendidik, sehingga memiliki semangat untuk memajukan
sebuah TBM yang berguna untuk mencerdaskan kehidupan masyarakat di sekitarnya. Untuk
meningkatkan SDM, pengelola sering mengikuti pelatihan dan seminar yang
diadakan oleh pemerintah Kabupaten Ngawi maupun organisasi yang berkaitan
dengan Taman Bacaan Masyarakat.
Dengan kualitas SDM yang dimiliki, pengelola bisa
membantu masyarakat yang membutuhkan informasi. Entah dari pelajaran sekolah
ataupun pengtahuan umum.
3. Menjalankan
Visi dan Misi TBM Taman Ilmu.
Dalam hal pencapaian suatu tujuan diperlukan suatu
perencanaan dan tindakan nyata untuk dapat mewujudkannya, secara umum bisa
dikatakan bahwa visi dan misi adalah suatu konsep perencanaan yang disertai
dengan tindakan yang sesuai apa yang sudah direncanakan untuk mencapai suatu
tujuan.
Dalam hal ini TBM Taman Ilmu mempunyai visi Menjadikan
masyarakat gemar membaca, berwawasan luas dan terampil.
Sedangkan misi dari TBM Taman Ilmu adalah (1)
Meningkatkan minat baca di masyarakat, (2) Memberdayakan masyarakat melalui
membaca, (3) Membudayakan membaca bersama dalam keluarga, (4) Menyediakan
buku-buku bermutu yang dibutuhkan masyarakat di semua jenjang usia, (5)
Memotivasi masyarakat agar terbiasa membaca.
Dengan menjalankan visi dan misi tersebut, pengelola akan
lebih terarah dalam mengemberkembangkan TBM Taman Ilmu untuk kedepannya.
4.
Program-Program
yang Menarik.
TBM Taman Ilmu untuk memberikan daya simpati kepada
masyarakat dengan memberikan program yang menarik. Program menarik yang di adakan di TBM Taman Ilmu selalu merujuk ke buku sebagai bahan
referensi untuk program yang akan diadakan. Salah satunya
dengan mengadakan pelatihan kepada anak-anak tentang pembuatan bunga plastik,
bedah buku dan beberapa pelatihan lainnya.
Selain itu untuk memberikan daya
tarik ke masyarakat lansia, TBM Taman Ilmu juga mengadakan pelatihan yang
bekerja sama dengan beberapa organisasi, salah satunya dengan mengadakan
pelatihan pembuatan anyaman tas untuk Ibu-Ibu dan latihan karawitan untuk
Bapak-Bapak. Dengan adanya pelatihan tersebut pengelola mencoba melakukan
pendekatan emosional kepada masyarakat lansia dan secara bertahap diberikan
motifasi tentang pentingnya membaca.
5.
Kerjasama dengan organisasi dan lembaga
pemerintah.
Untuk menjadikan sebuah TBM yang
efektif dan aktif, dalam upaya menumbuhkan dan mengembangkan minat baca
masyarakat, maka TBM Taman Ilmu melakukan kerjasama atau bermitra dengan
organisasi masyarakat dan lembaga pemerintah. TBM Taman Ilmu telah melakukan
kerjasama dengan kelompok masyarakat yang ada di Kadangan, seperti kelompok PKK,
Sinoman, PKBM, Karang taruna Desa Kandangan, dan kelompok masyarakat lainnya.
Selain itu TBM Taman Ilmu juga bekerjasama dengan Dinas Pendidikan, Perpusda, dan
beberapa instansi yang ada di Kabupaten Ngawi. Dengan adanya kerjasama tersebut
diharapkan dapat memajukan dan dapat membantu dalam berkembangnya TBM Taman
Ilmu.
6.
Pengelompokan usia masyarakat.
Melalui program-program yang
diselenggarakan oleh TBM Taman Ilmu, TBM Taman Ilmu menyesuaikan program berdasarkan
kelompok usia dan kebutuhan masyarakat, karena dengan mengelompokkan program
kegiatan berdasarkan kelompok usia, maka program-program tersebut lebih terarah
dan disesuaikan dengan bahan bacaan yang
dibutuhkan.
Program tersebut dibagi menjadi dua kelompok yaitu
anak-anak dan lansia. Dalam hal ini untuk anak-anak bisa mengadakan belajar
kelompok, mengerjakan tugas dari sekolah dan pelatihan pembuatan ketrampilan.
Sedangkan untuk lansia bisa belajar membaca (untuk yang belum terlalu lancar
membaca), membaca tentang ilmu sosial dan mengadakan pelatihan pembuatan
keterampilan, seperti pembuatan anyaman tas, latihan karawitan, dll.
7.
Melakukan sosialisasi kepada masyarakat.
Pada dasarnya masyarakat belum
terlalu paham apa itu TBM (Khususnya masyarakat Kandangan) dan masyarakat belum
tau keberadaan TBM Taman Ilmu di Desa Kandangan. Oleh sebab itu pengelola
mencoba memberikan sosialisasi tentang TBM Taman Ilmu kepada masyarakat di Desa
Kandangan.
Banyak hal-hal yang dilakukan
pengelola dalam mengenalkan TBM kepada masyarakat, salah satunya dengan masuk
ke organisasi masyarakat seperti kelompok PKK, Karang taruna, sinoman dan
beberapa organisasi lainnya. Dengan demikian pengelola dapat menjelaskan secara
detail tentang TBM Taman Ilmu. Selain itu pengelola juga menyebar beberapa
brosur dan pamflet di sekitar Desa Kandangan. Dengan cara tersebut diharapkan
bisa memaksimalkan sosialisasi TBM Taman Ilmu secara merata dan masyarakat tau
akan keberadaan TBM Taman Ilmu di Desa Kandangan.
Dengan beberapa cara yang dilakukan
TBM Taman Ilmu dalam menarik simpati masyarakat agar mengunjungi dan membaca di
TBM Taman Ilmu diharapkan bisa berjalan maksimal.
B.
Kendala dan Faktor yang menghambat berkembangnya Taman
Bacaan Masyarakat (TBM) Taman Ilmu di Desa Kandangan, Kecamatan Ngawi.
Meskipun demikian, banyak kendala yang menghambat
berkembangnya TBM Taman Ilmu, berikut beberapa kendala yang menghambat dalam
berkembangnya TBM Taman Ilmu:
1.
Kurangnya kepedulian masyarakat.
Beberapa faktor penghambat
berkembangnya TBM Taman Ilmu adalah tingkat pendidikan masyarakat yang masih
banyak di bawah standar yaitu pendidikan dari keluarga, terutama orang tua,
karena orang tua sangat memegang peranan penting dalam tumbuh kembangnya kemampuan
belajar anak, namun banyak orang tua yang kurang memperhatikan pendidikan anak
terutama minat untuk membaca. Karena orang tua hanya memberikan pendidikan
formal saja kepada anak namun tidak diimbangi dengan pendidikan non formal.
Apresiasi dan respon masyarakat terhadap perpustakaan yang masih rendah yaitu
karena masih banyak masyarakat yang belum tahu dan belum meratanya sosialisasi
tentang TBM. Maka diperlukannya sosialisasi dan arahan kepada masyarakat
tentang keberadaan TBM Taman Ilmu. Disini pengelola mencoba menitik beratkan ke
orang tua agar mau membaca. Karena dengan mengajak orang tua membaca, maka
secara tidak langsung anak dan keluarganya akan mencontoh yang dilakukan orang
tua tersebut.
2.
Dana yang masih terbatas.
Selain kurangnya kepedulian
masyarakat, TBM Luru Ilmu juga terkendala tentang pendanaan, dan ini berdampak
pada sarana dan prasarana yang dimiliki TBM Taman Ilmu juga terbatas. TBM Taman
Ilmu hanya mengandalkan bantuan dari pemerintah daerah dan para donatur dari
masyarakat. Dengan adanya kerjasama dengan organisasi dan lembaga pemerintah
diharapkan bisa membantu dan mengembangkan TBM Taman Ilmu yang ada di Desa
Kandangan tersebut.
Dengan kendala-kendala
tersebut pengelola akan terus mencari solusi agar TBM Taman Ilmu lebih
berkembang dan diterima di masyarakat (khususnya masyarakat di Desa Kandangan).
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan di
atas, maka peneliti mengambil beberapa
kesimpulan tentang peranan Taman Bacaan
Masyarakat (TBM) Taman Ilmu sebagai bahan sumber belajar Masyarakat lansia di
Desa Kandangan.
Kondisi TBM
Taman Ilmu sangat mendukung sebagai sumber belajar masyarakat. Selain lokasi
yang setrategis dan bahan bacaan yang dimiliki, di TBM Taman Ilmu juga terdapat
fasilitas pendukung lainnya seperti komputer, alat pelatihan ketrampilan ataupun
ruangan yang nyaman. Selain itu peneliti menemukan beberapa upaya yang
dilakukan pengelola untuk memberikan daya tarik masyarakat dalam rangka
meningkatkan peranan TBM Taman Ilmu sebagai sumber belajar, (khususnya masyarakat
lansia di Desa Kandangan) yaitu dengan memfasilitasi sarana dan prasarana yang dibutuhkan
masyarakat, meningkatkan SDM Pengelola, menjalankan visi dan misi TBM Taman Ilmu, memberikan program-program yang menarik, kerjasama dengan organisasi dan lembaga
pemerintah, pengelompokan
usia masyarakat, dan melakukan
sosialisasi kepada masyarakat.
Selain itu ada beberapa kendala yang menghambat
dalam berkembangnya TBM Taman Ilmu, diantaranya :
1.
Kurangnya kepedulian masyarakat.
Karena masih banyak masyarakat yang belum tahu dan belum
meratanya sosialisasi tentang TBM, maka masyarakat tidak menanggapi terlalu
dalam keberadaan TBM Taman Ilmu tersebut.
2.
Dana yang Masih Terbatas.
Selain kurangnya kepedulian masyarakat, TBM Luru Ilmu
juga terkendala tentang pendanaan, dan ini berdampak pada sarana dan prasarana
yang dimiliki TBM Taman Ilmu juga terbatas. TBM Taman Ilmu hanya mengandalkan
bantuan dari pemerintah daerah dan para donatur dari masyarakat.
B.
SARAN
Saran yang diberikan dari penulis kepada TBM Taman Ilmu
adalah sebagai berikut :
1.
Untuk kedepan diharapkan pengelola menambah sarana dan
prasarana yang mendukung berkembangnya TBM Taman Ilmu, khususnya penambahan
koleksi yang dibutuhkan masyarakat. Karena dengan adanya sarana dan prasarana
yang memadai akan menciptakan kenyamanan pada masyarakat yang datang ke TBM
Taman Ilmu.
2.
Untuk kerjasama dan dukungan dari pemerintah sangat dibutuhkan dalam hal ini,
karena pemerintah mempunyai peranan yang penting dalam memajukan bangsa. Jadi
semua pihak terlibat tidak hanya satu pihak yang berperan, karena semua itu
tidak mungkin terlaksana tanpa adanya kerjasama yang baik. Untuk kedepannya TBM
Taman Ilmu tetap mempertahankan dan meningkatkan peranan TBM Taman Ilmu sebagai
sumber belajar masyarakat melalui program-programnya (khususnya masyarakat
lansia).
3.
Agar masyarakat berapresiasi dan merespon dengan adanya
TBM disekitar lingkungannya, maka TBM Taman Ilmu juga dapat menambah program
yang menarik minat masyarakat agar masyarakat datang ke TBM dan pengelola TBM
dapat mensosialisasikan tujuan adanya
TBM Taman Ilmu.
4.
Untuk kedepannya pengelola dapat meberikan solusi terbaik
atas kendala yang menghambat dalam berkembangnya TBM Taman Ilmu.
RUJUKAN PUSTAKA
UU RI No 20 Tahun 2003, Pasal 26, Ayat 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional
https://id.wikipedia.org/wiki/Studi_kasus, akses 27
April 2017
Sugiyono, Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D (Bandung: Alfabeta, 2008), hlm. 223.
Sutrisno
Hadi, Metodologi Research Jilid I, (Yogyakarta: Andi Ofset,
1997),hlm.9
Wiji Suwarno, Dasar-dasar ilmu perpustakaan
(sebuah pendekatan praktis)
Stian Haklev.Mencerdaskan Bangsa-Suatu Pertanyaan
Fenomena Taman Bacaan di
Indonesia. (Toronto: IDS University of
Toronto at Scarborough,
2008), hlm. 45
Asrorun Ni‟am
Sholeh. Perpustakaan Jendela Dunia :
Teks, Konteks, dan Dinamika Pembahasan Undang- Undang tentang
Perpustakaan. (Depok: eLSAS, 2008), hlm.117
Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan. Petunjuk
Teknis Pengajuan, Penyaluran,
dan Pengolahan Bantuan Bacaan Masyarakat Ruang Publik. (Jakarta:
Direktorat Pembinaan Pendidikan Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Anak
Usia Dini, Nonformal, dan Informal, 2013), hlm. 9
Ratih Rahmawati dan Blasius
Sudarsono. Perpustakaan untuk Rakyat
Dialog Anak dan Bapak.
(Jakarta:
Sagung Seto, 2012), hlm. 29
Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan. Petunjuk
Teknis Pengajuan dan Pengelolaan
Taman Bacaan Masyarakat Bantuan Perluasan dan Penguatan
Taman Bacaan Masyarakat (TBM).(Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan
Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal, dan Informal, 2012.), hlm. 4
http://andragogia.p2pnfisemarang.org/wp- content/uploads/2010/10/andragogia1_2.pdf, akses pada 25 April 2017
http://www.kajianpustaka.com/2014/01/pengertian-dan-hakikat-membaca.html, akses 27 April 2017
Perpustakaan
Nasional RI. Kajian Pembudayaan Kegemaran
Membaca. (Jakarta: Perpustakaan
Nasional RI, (2011), hlm. 6
Muhammad
Syarif Bando. Jadikan Membaca Sebagai
Kebiasaan Sehari-hari. (Jakarta : Koran Tempo, 2014)
Lasa HS. “Peran
Perpustakaan dan Penulis
Dalam Peningkatan Minat
Baca Masyarakat”. Visi Pustaka. Volume 11
Nomor 2 Agustus 2009. hlm. 8
http://118.97.219.90/images/stories/pustakawan/pdfteguh/kemampuan
dan minat baca.pdf. diakses pada 10 April 2017
[2] Wikipedia bahasa
Indonesia, ensiklopedia bebas, ”studi kasus" https://id.wikipedia.org/wiki/Studi_kasus, akses 27 April 2017
[13] Melati Indri Hapsari. “Analisis Sistemik Penyelenggaraan Taman Bacaan Masyarakat di
Kabupaten Semarang”. Jurnal diakses pada 25 April 2017
dari http://andragogia.p2pnfisemarang.org/wp- content/uploads/2010/10/andragogia1_2.pdf
[14] Ratih Rahmawati dan Blasius Sudarsono. Perpustakaan untuk Rakyat Dialog Anak
dan Bapak. (Jakarta: Sagung Seto, 2012), hlm. 29
[15] Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Petunjuk Teknis Pengajuan dan Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat
Bantuan Perluasan dan Penguatan Taman Bacaan Masyarakat (TBM).(Jakarta:
Direktorat Pembinaan Pendidikan Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Anak
Usia Dini, Nonformal, dan Informal, 2012.), hlm. 4
[18]Melati Indri Hapsari. “Analisis Sistemik Penyelenggaraan Taman
Bacaan Masyarakat di Kabupaten Semarang”. http://andragogia.p2pnfisemarang.org/wp- content/uploads/2010/10/andragogia1_2.pdf, akses pada 25
April 2017
[19] Pengertian dan Hakikat Membaca”, http://www.kajianpustaka.com/2014/01/pengertian-dan-hakikat-membaca.html, akses 27 April 2017
[20]Khotijah Samsul.
“Strategi Pengembangan Minat dan Kegemaran Baca”.http://e-dokumen.kemenag.go.id/files/G4pKDLun1338123296.pdf, akses 25 Januari 2017
[24] Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
Diakses pada tanggal 10
April 2017 dari www.KamusBahasaIndonesia.org
[26] Teguh Yudi Cahyono.
“Peran Perpustakaan dalam Membina Kemampuan dan Minat Baca.” Artikel diakses
pada 10 April 2017 dari http://118.97.219.90/images/stories/pustakawan/pdfteguh/kemampuan
dan minat baca.pdf.
[27] Perpustakaan Nasional RI. Kajian
Pembudayaan Kegemaran Membaca. (Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2011), hlm. 6
[28] Wawancara dengan Bapak Sukamto, S.Pd, pengurus TBM Taman Ilmu, Kandangan,
Ngawi, tanggal 10 April 2017
Komentar