PERAWATAN/PENGUKURAN BLOK SILINDER DAN PENGUKURAN CRAMPIN
KATA
PENGATAR
Puji dan syukur penulis panjatkan
kehadiran allah SWT yang maha kuasa karna kita masih di berikan kesehatan dan
umur panjang, serta sholswt dan salam kepada junjungan kita nabi Muhammad Saw
yang telah membawa kita dari kebodohan kea lam yang penuh dengan pengetahuan.
Dengan rahmat dan karunianya maka penulis telah dapat menyelesaikan laporan partikum di bengkel “SMK TRISAKTI
NGAWI “ pemeriksaan blok silinder dan crempin
Kami juga tak lupa mengucapkan
terima kasih kepada
1. Bapak Suyanto SP.d MP,d selaku kepala
sekolah
2. Bapak Ribut Supriyadi selaku pembimbing
mengajar kami
3. Bapak Rudi SM ST selaku waka kurikulum
4. Seluruh teman-teman Teknik Kendaraan
Ringan
Akhir
kata kami berharap dengan partikum tentang perawatan/pengukuran blok silinder
dan crempin mampu membuat pembaca mengerti tentang perwatan/pengukuran blok
silinder dan crempin pada kendaraan khususnya pada mobil.
ii
DAFTAR
ISI
SAMPUL DEPAN
LEMBAR PENGESAHAN i
KATA PENGATAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG 1
1.2 TUJUAN 2
1.3 WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN 2
BAB II : PROSES PRODUKSI
2.1
PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN 3
2.2
GAMBAR KERJA 4
2.3
PROSES PENGERJAAN 6
2.3.1
ANALISA KERUSAKAN 13
2.3.2 PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN 16
2.3.3 HASIL PENGUKURAN 17
BAB III : PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
25
3.2 SARAN 25
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
*Mengukur
merupakan kegiatan membandingkan besaran dengan besaran lain sebagai acuan.
Dalam setiap pengukuran selalu digunakan alat ukur. Alat ukur yang digunakan
sesuai demgan besaran yang akan diukur, misalnya panjang maka alat ukurnya
adalah mistar, meteran, mikrometer sekrup, jangka sorong dan lain lain. Setiap
alat ukur diatas memiliki fungsi utama yang sama yaitu mengukur panjang. Namun
ada keistimewaan tersendiri pada setiap alat alat ukur tersebut baik dari segi
fisik maupun segi kegunaan. Contohnya pada jangka sorong, jangka sorong
memiliki bentuk fisik yang unik. Terdiri dari dua buah rahang berbentuk seperti
gigi runcing dan tiap rahang memiliki skala. Pada satu rahang yang berada di
depan skalanya disebut skala utama sedangkan yang lainnya disebut skala nonius.
Selain itu, fungsi dari jangka sorong tidak hanya untuk mengukur panjang suatu
benda tetapi bisa juga digunakan untuk mengukur kedalaman sebuah benda,
mengukur diameter dalam dan diameter luar sebuah benda yang berbentuk
lingkaran. Untuk memahami jangka sorong secara lanjut dalam mata kuliah
Instrumentasi fisika, maka dibuatlah makalah ini yang bertujuan untuk
mendeskripsikan jangka sorong secara lebih rinci dan mendukung persentasi
penyusun..
*Bore gauge bagi
dunia otomotif adalah alat yang dapat digunakan untuk mengukur diameter dalam
suatu cylinder. Dial gauge yang terletak pada bagian atas dapat dilepas dengan
melonggarkan securing position posisi dial gauge. Grip adalah pemegang untuk
memposisikan ketepatan pengukuran. Ujung batang pengukur (measuring point)
dapat bergerak bila ditekan dan akan menggerakkan jarum pada dial gauge antara
0-2 mm dari harga standarnya. Rod end akan diikat oleh mur pengikat tongkat
pengukur (rod securing thread) tongkat pengukur (rod end) ini dapat
ditukar-tukar ukurannya menurut kebutuhannnya.
Guide plate dipergunakan untuk
membantu menempatkan kedudukan dial gauge pada kedudukan horizontal dan untuk
mendapatkan harga pengukuran yang maksimum. Pada dial gauge model baru yang
dipergunakan pada bore gauge skala penunjukkan jarum terdiri dari angka 0 – 50
pada setengah lingkaran dari arah jarum jam atau berlawanan arah jarum jam.
Posisi yang benar dalam melakukan pengukuran diamater dalam suatu silinder
adalah pada posisi ditengah-tengah.
Bore Gauge bagi dunia otomotif
berfungsi untuk mengukur garis tengah bagian dalam dari sebuah benda kerja,
seperti : Cylinder, lubang dudukan poros dan lain-lain. Ketelitian alat ukur
ini adalah 0,01 mm
1
2.1
Tujuan
1. Meningkatkan memperluas dan memantapkan
ketrampilan yang membentuk kemampuan siswa sebagai bekal untuk memasuki
lapangan kerja sesuai dengan bidangnya masing-masing
2. Meningkatkan siswa pada aspek-aspek usaha
yang potensial dalam lapangan kerja antara lain struktur lain: struktur
organisasi usaha jenjangan karier asesiesi usaha
3. Meningkatkan, memperluas dan memantapkan
proses penyerapan teknologi baru dari lapangan kerja ke sekolah
4. Menumbuhkembangkan dan memantapkan sikap
prosionalisme yang di perlukan oleh siswa untuk memasuki lapangan kerja sesuai
dengan jurusan/bidangnya
5. Memberikan kesempatan siswa untuk
masyarakat baik sebagai pekerja penerima upah (emplove) maupun pekerja mandiri
(entermen).
6. Memperoleh pendidikan dari sekolah yang
akan diterapkan di lapangan kerja industry kerja atau duia industry atau
sebaliknya
2.2
Waktu dan Tempat pelaksanaan
Pembuat
laporan ini di laksanakan pada tanggal 4 bulan oktober 2016 sampai selesai ,
bertempat di SMK TRISAKTI NGAWI
2
BAB
II
PROSES
PRODUKSI
2.1
Persiapan Alat Dan Bahan
A. ALAT
NO
|
NAMA ALAT
|
SPESIFIKASI
|
JUMLAH
|
1
|
JANGKA SORONG
|
VANIER CALIPER
0,02
|
1
|
2
|
DIAL
BORE GAUGE
|
CYLINDER BORE GAUGE
O,O1
|
1
|
B. BAHAN
NO
|
NAMA
BAHAN
|
SPESIFIKASI
|
JUMLAH
|
1
|
CREMPIN
|
CRANKSHAFT
|
1
|
2
|
BLOK SILINDER
|
RUMAH PISTON
|
1
|
3
2.2
Gambar kerja
“BLOK
SILINDER”



4
“CRANKSHAFT/CRAMPIN”


5
2.3
Proses Pengerjaan
Langkah-langkah atau cara overhaul mesin
*Setelah kita mengetahui
pengertian overhaul dan juga tujuan overhaul mesin atau fungsi overhaul mesin,
langsung saja kita bahas cara overhaul mesin mobil dan langkah-langkahnya,
mesin yang dipakai dalam overhaul mesin mobil ini kebetulan sudah turun dari mobil
atau dudukan engine stand. Langkah-langkah membongkar
mesin mobil adalah sebagai berikut:
Lepaskan terlebih dahulu tutup pada atas katup atau klep.
Lepaskan intake manifold atau saluran buang juga yang menempel
pada kepala silinder.
6
Lepaskan baut yang mengikat kepala silinder, sebagai tips dalam
membuka baut kepala silinder pastikan membuka dengan arah bersilang agar
kekuatan daya tekan tetap seimbang pada semua sisi kepala silinder, misal
pertama kita lepas baut pada bagian kanan bawah, selanjutnya lepas baut pada
bagian kiri atas, untuk lebih jelas silahkan perhatkan gambar di bawah ini.
Setelah semua baut pada kepala silinder terlepas, langkah
berikutnya adalah melepas kepala silinder dari dudukannya, sehingga katup dan pushroad
juga ikut terlepas. Ingat di kepala silinder ada packing maka lepaslah dengan
hati-hati agar tidak rusak packingnya.
Langkah berikutnya adalah melepas timing chain atau timing belt
yang ada pada bagian samping, namun sebelumnya lepas terlebih dahulu baut
pulley hingga pulley menjadi terlepas.
7
Setelah
pulley terlepas, lalu lepas rumah timing chain, namun untuk melepas rumah
timing chain ini karena ada baut yang menahan dan tidak dapat dilepas kecuali
harus melepas karter. Lepas terlebih dahulu karter dan juga lepas
packingnya.
Setelah terlepas, lalu lepas rumah timing chain, kemudian
lepaslah rantai timingnya dan juga sepatu yang menekan rantainya. Lepas
juga poros cam atau camshaft dari dudukannya.
8
Lepas komponen-komponen seperti pompa bensin, filter oli yang
menempel pada bagian samping mesin.
Lepas
Saringan Oli yang ada di carter
9
Lepas juga piston dari tempatnya, lepaskan dulu baut yang mengikat
dan juga connecting rod cup. Untuk memudahkan dalam melepas piston, caranya
posisikan piston pada titik mati atas, lalu dorong piston dari dalam hingga
piston keluar.
Setelah semua komponen terlepas lalu periksalah kondisi komponen
mesin tersebut, sobat juga dapat mengukur kerataan dinding kepala silinder,
diameter piston, diameter dalam silinder piston atau mencari ketirusan dan
keovalan silinder piston menggunakan dial bore gauge. Pemeriksaan komponen lain
seperti pemeriksaan saringan oli, kondisi ruang bakar, kondisi katup, kondisi
packing dan semua komponen yang ada pada mesin. Untuk masing-masing pemeriksaan
akan Guru Otomotif bahas pada artikel sendiri.
Setelah semua komponen diperiksa, langkah berikutnya adalah
memasang kembali komponen yang sudah dilepas. Langkah memasang adalah kebalikan
dari langkah membongkar, langkah-langkah memasang mesin
mobil adalah sebagai berikut:
Pasang kembali piston, dalam pemasangan piston perhatikan tanda
yang ada pada piston, tanda coakan pada piston menghadap ke depan mesin atau ke
silinder 1. Perhatikan gambar berikut ini.
10
Ada tanda pada connecting rod cup dan jangan terbalik, setelah
komponen piston terpasang, pasang kembali saringan oli pada dudukannya.
Kemudian tutup lah dan jangan lupa pasang paking sebelumnya. Sebelum
memasang camshaft top kan dulu pada top 1 atau 4, sehingga piston nomor 1 dan 4
berada di titik mati atas.
Selanjutnya pasang kembali camshaft atau poros cam pada
dudukannya, dan pasang juga rantai timing atau timing chain. Ada tanda pada
rantai timing chain ini, di rantai ada dua mata rantai yang berbeda warnanya
dan juga pada terdapat tanda titik pada gear timing.
Caranya adalah letakkan mata rantai yang berbeda warna itu
pada gear timing dan mata rantai yang berbeda warna satunya lagi pada sisi yang
lainnya, lalu pasangkan juga sepatu penekan rantainya, untuk lebih jelasnya
silahkan lihat gambar berikut ini.
11
Setelah itu tutup kembali timing chain dan dibaut dengan kuat.
Kemudian pasang kembali pulley namun perhatikan tandanya, setel mesin dalam
posisi top silinder 1. Caranya putar piston 1 dan 4 berada di titik mati atas,
dalam keadaan ini bisa jadi top silinder 1 atau top silinder 4 karena kedua
piston (piston nomor 1 dan 4 berada di titik mati atas) untuk memastikannya
lihatlah pada poros nok, bantu dengan memasang pushrod, lebih lanjut tentang
cara menentukan top silinder akan Guru Otomotif ulas pada artikel sendiri.
Setelah top silinder 1 lalu pasang pulley dan perhatikan tanda coakan pada
pulley bagian dalam, letakkan tanda coakan itu tepat di garis angka nol pada
rumah atau body mesin. silahkan lihat gambar berikut:
Kemudian pasang kembali komponen yang ada diluar seperti filter
oli dan pompa bensin, kalau sudah baru pasang kembali kepala silinder, jangan
lupa pakingnya juga dipasang. Bautlah dengan langkah seperti pada pembongkaran,
yaitu kencangkan baut dengan arah yang berlawanan.
Setelah kepala silinder terpasang, pasang kembali pushroad dan
stel agar posisinya dibawah atau ditekan oleh katup. Kemudian pasang intake
manifold dan atau saluran buang pada kepala silinder, ingat di situ ada paking
juga sehingga pastikan mendapatkan paking yang baik agar tidak ada kebocoran.
Langkah terakhir pasang kembali tutupnya dan langkah pemasangan
selesai.
12
2.3.1
Analisa Kerusakan
Blok
silinder mesin merupakan komponen utama pada kendaraan blok silinder adalah
rumah bagi piston, maka blok silinder terbuat besi tuang atau alumunium agar
kuat blok silinder pada mesin adalah salah satu komponen tensi yang harus di
capai juga oleh siswa yang mana biasanya materi yang di ujikan di blok silinder
adalah overhaul
Gambar kerja blok silinder
Konstruksi Blok Silinder
·
Kaku
pembebanan tekananya tidak boleh mengakibatkan perubahan elastisitas pada
bentuknya
·
Konstruksi
blok silinder harus mendapat pendingin yang rata
·
Ringan
dan juga kuat
·
Mudah
di overhaul ataupun diganti
Fungsi poros engkol (crank shaft) seperti
yang sya singgung di atas bahwa crank shaft ini akan menerima tenaga atau beban
yang sangat besar selain itu juga poros engkol berputar dengan kecepatan yang sangat tinggi maka dari itulah
poros engkol harus terbuat dari bahan yang berkualitas, persyaratan bahan
pembuat poros engkol antara lain:
·
Kuat
tahan terhadap pembebanan yang berubah-ubah
·
Pemukaan
pada bantalan harus tahan tekanan tinggi dan keausan
13
Umumnya poros engkol terbuat dari baja
karbon dengan tingkatan dan daya tahan yang sangat baik.
Kontruksi
Poros Engkol (Crank shaft)
Setelah mengetahui fungsi dari poros
engkol ini selanjutnya adalah tentang kontruksi atau bagian-bagian dari poros
engkol.
Gambar
kerja crampin
Dari gambar tersebut dapat penjelas lagi
bahwa terdapat beberapa komponen di dalam poros engkol yaitu:
Crnksahft(Poros engkol) bagian poros
engkol yang akan di hubungkan dengan big and pada conneting rodi crank pin
akan pasangi bantalan yang bisa disebut
dengan metal jalan
Oil hele: merupakan lubang yang digunakan
sebagai jalan oli untuk melumasi poros engkol.
Crank journal dan main journa: bagian
poros engkol yang di hubungkan dengan blok silinder main journal merupakan
crank journal yang terletak di tengah. Crank journal terdapat bantalan yang di
sebut dengan bantalan duduk (metal duduk) sementara pada main journal juga
terdapat bantalan yang di sebut dengan metal bulan.
Masing-masing crankpin terletak di ujung
armnya untuk menyalurkan oli ini poros engkol di lengkapi oli hele(lubang oli)
dan juga di perlukan adanya celah yanf sesuai antara bantalan dan poros engkol.
14
Tekanan Kompressi Rendah
Kemungkinan
Penyebab dan Langkah Perbaikan :

- Penyetelan pembukaan pada katup tidak tepat. Buka tutup katup masuk dan dan katup buang dan stel pembukaan katup sesuai dengan standard.
- Katup aus / bengkok. Jika katup aus atau bengkok gantilah katup dengan yang baru sesuai dengan standard.
- Pegas katup patah. Jika pegas katup patah, gantilah pegas dengan yang baru.
- Kepala silinder berubah bentuk atau rusak. Jika terjadi hal demikian gantilah kepala silinder.
- Dinding silinder aus. Perbaiki dengan menambah oversize, ganti piston dan ring piston sesuai oversize yang baru atau ganti dinding silinder.
- Piston dan ring piston aus. Jika terjadi hal demikian ganti piston dan ring piston.
Tekanan
Kompressi Terlalu Tinggi
.
Kemungkinan Penyebab dan Langkah Perbaikan :
Terjadi / terdapat endapan kotoran diruang bakar. Buka
kepala silinder dan bersihkan kepala silinder dari endapan / kotoran.
Suara
Mesin Berisik.
Kemungkinan
Penyebab dan Langkah Perbaikan :
- Penyetelan katup tidak tepat. Buka tutup katup dan katup buang lalu setel katup dengan benar.
- Cam shaft dan rocker arm aus. Perbaiki roker arm dan cam shaft atau ganti dengan yanng baru.
- Sistem Tensioner rantai mesin rusak / aus. Gantilah tensioner rantai mesin dengan yang baru.
- Gigi sprocket aus. Ganti gigi sprocket dengan yang baru.
- Dudukan cam shaft dan roker arm aus. Gantilah dudukan tersebut dengan yang baru.
15
2.3.2
Persiapan Alat dan Bahan
A. ALAT
1. JANGKA SORONG
2. DIAL BORE GAUGE
B. BAHAN
1. CRAMPIN
2. BLOK SILINDER
16
2.3.3 Hasil Pengukuran
CREMPIN
1
DSTD
= 43,50
I
|
II
|
III
|
|
|||
X
|
Y
|
X
|
Y
|
X
|
Y
|
|
43,34
|
43,46
|
43,32
|
43,34
|
43,42
|
43,38
|
Keausan: Dsbx
(min)-DSTD
Dsby
(min)-DSTD
43,32-43,50 = 0,18
43,34-43,50 = 0,16__-
0,02
Keovalan masing” Dsbx-Dsby

II
= 43,32-43,34 = 0,02 0,12-0,02 = 0,10
III
=
43,42-43,38 = 0,04
Ketirusan masing” Dsbx-DSTD
Dsby-DSTD

II. 43,32-43,50
= 0,18 0,18-0,08
= 0,10
III. 43,42-43,50 = 0,08

II. 43,34-43,50 = 0,16 0,16-0,04 = 0,12
III. 43,38-43,50 = 0,12
Jadi ketirusannya adalah 0,10-0,12 =0,02
17
CREMPIN
2
DSTD
= 43,48
I
|
II
|
III
|
|
|||
X
|
Y
|
X
|
Y
|
X
|
Y
|
|
43,34
|
43,32
|
43,26
|
43,28
|
43,30
|
43,36
|
Keausan: Dsbx
(min)-DSTD
Dsby
(min)-DSTD
43,26-43,48 = 0,22
43,28-43,48 = 0,20_ -
0,02
Keovalan masing” Dsbx-Dsby

II
= 43,26-43,28 = 0,02 0,06-0,02 = 0,04
III
= 43,30-43,36 = 0,06
Ketirusan masing” Dsbx-DSTD
Dsby-DSTD

II.
43, 26-43,48 = 0,22 0,22-0,14
= 0,08
III.
43,30-43,48 = 0,18

II. 43,28-43,48 = 0,20 0,20-0,12 = 0,08
III. 43,36-43,48 = 0,12
Jadi ketirusannya adalah : 0,08-0,08
= 0
18
CREMPIN 3
DSTD
: 43,38
I
|
II
|
III
|
|||
X
|
Y
|
X
|
Y
|
X
|
Y
|
43,30
|
43,32
|
43,24
|
43,26
|
43,28
|
43,34
|
Keausan: Dsbx(min)-DSTD
Dsby(min)-DSTD
43,24-43,38 = 0,14
43,26-43,38 = 0,12_ -
0,02
Keovalan masing” Dsbx-Dsby
I.
43,30-43,32 = 0,02

II. 43,24-43,26 = 0,02 0,06-0,02 - 0,04
III.
43,28-43,34 = 0,06
Ketirusan masing” Dxbx-DSTD
Dsby-DSTD

II.
43,24-43,38 = 0,14 0,14-0,08 = 0,06
III. 43,28-43,38 = 0,10

II.
43,26-43,38 = 0,12 0,12-0,04 = 0,08
III. 43,34-43,38 = 0,04
Jadi
ketirusannya adalah 0,06-0,08 = 0,02
19
CREMPIN 4
DSTD
: 43,46
I
|
II
|
III
|
|||
X
|
Y
|
X
|
Y
|
X
|
Y
|
4336
|
43,34
|
43,28
|
43,26
|
43,30
|
43,32
|
Keausan: Dsbx(min)-DSTD
Dsby(min)-DSTD
43,28-43,46 = 0,18
43,26-43,46 = 0,20_ -
0,02
Keovalan masing” Dsbx-Dsby
I.
43,36-43,34 = 0,02

II. 43,28-43,26 = 0,02 0,02-0,02
= 0
III. 43,30-43,32 = 0,02
Ketirusan masing” Dsbx-DSTD
Dsby-DSTD

II. 43,28-43,46
= 0,18 0,18-0,10 = 0,08
III.43,30-43,46 = 0,16

II. 43,26-43,46 = 0,20 0,20-0,12 = 0,08
III.43,32-43,46 = 0,14
Jadi ketirusannya adalah 0,08-0,08 = 0
20
SILINDER 1
DSTD
: 75,24
I
|
II
|
III
|
|||
X
|
Y
|
X
|
Y
|
X
|
Y
|
75,27
|
75,31
|
75,30
|
75,29
|
75,25
|
75,26
|
Keausan Dsbx(max)-DSTD
Dsby(max)-DSTD
75,30-75,24 = 0,06
75,31-75,24 = 0,07_ -
0,01
Keovalan masing” Dsbx-Dsby
I.
75,27-75,31 = 0,04

II. 75,30-75,29 = 0,01 0,04-0,01 = 0,03
III. 75,25-75,26 = 0,01
Ketirusa masing” Dsbx-DSTD
Dsby-DSTD

II. 75,30-75,24
= 0,06 0,06-0,01 = 0,05
III.
75,25-75,24 = 0,01

II, 75,29-75,24 = 0,05 0,07-0,02 = 0,05
III.
75,26-75,24 = 0,02
Jadi
ketirusannya adalah 0
21
SILINDER 2
DSTD:
75,26
I
|
II
|
III
|
|||
X
|
Y
|
X
|
Y
|
X
|
Y
|
75,30
|
75,31
|
75,34
|
75,29
|
75,28
|
75,26
|
Keausan Dsbx(max)-DSTD
Dsby(max)-DSTD
75,34-75,26 = 0,08
75,31-75,26 = 0,05
Keovalan masing”Dsbx-Dsby
I.
75,30-75,31 = 0,01

II. 75,34-75,29 = 0,05 0,05-0,01 = 0,04
III. 75,28-75,26 = 0,02
Ketirusan masing Dsbx-DSTD
Dsby-DSTD

II. 75,34-75,26 = 0,08 0,08-0,02 = 0,06
III.
75,28-75,28 = 0,02

II. 75,29-75,26 = 0,03 0,05-0,00 = 0,05
III.
75,26-75,26 = 0,00
Jadi ketirusannya adalah 0,06-0,05 = 0,01
22
SILINDER 3
DSTD
: 75,27
I
|
II
|
III
|
|||
X
|
Y
|
X
|
Y
|
X
|
Y
|
75,31
|
75,33
|
75,35
|
75,38
|
75,29
|
75,30
|
Keausan: Dsbx(max)-DSTD
Dsby(max)-DSTD
75,35-75,27 = 0,08
75,38-75,27 = 0,11_ -
0,03
Keovalan masing” Dsbx-Dsby
I.
75,31-75,33 = 0,02

II. 75,35-75,38 = 0,03 0,03-0,01 = 0,02
III. 75,29-75,30 = 0,01
Ketirusan masing” Dsbx-DSTD
Dsby-DSTD

II. 75,35-75,27 = 0,08 0,08-0,02 = 0,06
III.
75,29-75,27 = 0,02

II. 75,38-75,27 = 0,11 0,11-0,03 = 0,08
III.
75,30-75,27 = 0,03
Jadi ketirusannya adalah: 0,08-0,06
= 0,02
23
SILINDER 4
DSTD:
75,25
I
|
II
|
III
|
|||
X
|
Y
|
X
|
Y
|
X
|
Y
|
75,28
|
75,30
|
75,31
|
75,32
|
75,26
|
75,27
|
Keausan: Dsbx(max)-DSTD
Dsby(max)-DSTD
75,31-75,25 = 0,06
75,32-75,25 = 0,07_ -
0,01
Keovalan masing”Dsbx-Dsby
I.
75,28-75,30 = 0,02

II. 75,31-75,32 = 0,01 0,02-0,01 = 0,01
III. 75,26-75,27 = 0,01
Ketirusan masing” Dsbx-DSTD
Dsby-DSTD

II. 75,31-75,25 = 0,06 0,06-0,01 = 0,05
III.
75,26-75,25 = 0,01

II. 75,32-75,25 = 0,07 0,07-,02 = 0,05
III.75,27-75,25 = 0,02
Jadi ketirusannya adalah 0
24
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Proses
perawatan Dan Pengukuran Yang Sesuai dengan teori akan dapat menghasilkan
kualitas jasa perbaikan atau service yang bagus dan bermutu tinggi.
Tetapi
Setelah Melakukan Pemeriksaan Dan Pengukuran Kebanyakan Orang sulit memahami
teori-teori yang di berikan kepada pembimbing.
3.2
Saran
Dari praktikum yang telah dilaksanakan
hendaknya data yang di ambil dalam pengukuran haruslah secara sempurna. Selain
itu sebelum melakukan praktikum para praktikan sebaiknya sudah menguasai
bahan-bahan materi yang akan dipraktikumkan sehingga memudahkan untuk
pemahamannya. Bimbingan dari asisten juga sangat diperlukan.
25
Komentar